24. Wanita

415 28 5
                                    

"Brug..!!!"

Aku mendengar suara benda jatuh diatas atap dengan keras, aku merasa kaget sampai-sampai buntelan yang kupegang terjatuh.

"ANJING PERGI LU ANJING JANGAN GANGGU GUE!!"

Aku mendengar suara umpatan kasar dari suara yang familiar, suara Popi.

Part 24

Aku segera memungut buntelan yang kujatuhkan dan berjalan keruangan tengah dengan segera. Diruangan tengah tidak terdapat siapapun, hanya tergeletak kasur lantai saja dengan selimut berhamburan.

"Pop kenapa Pop tenang Pop!"

Aku mendengar suara Ratna dan juga suara yang lain dari arah kamar yang berada didepanku, aku merasa khawatir dan ingin seger melihat keadaan Popi, namun saat aku akan bergerak.

"DEG"

Samar-samar aku melihat sosok wanita berpakaian Gaun Onepiece berwarna kuning dari arah kamar tempat Popi dan yang lain, sosok itu terlihat jelas karena cahaya dari lampu emergency yang menyala dikamar itu. Wanita itu menghadap kearahku.

Aku dapat melihat jelas rupa dari sosok wanita itu. Dia berambut panjang sepinggang, wajahnya hancur tidak utuh,daging diwajahnya seperti terkoyak sesuatu karena terlihat hancur berantakan namun bola matanya masih teerihat utuh dan melotot kearahku, darah merah terlihat menetes kebajunya dan baju bagian depannya dipenuhi bercak darah.

Mendadak aku tidak dapat menggerakan tubuhku, rasanya kaku dan berat bahkan sempat aku merasakan sensasi seperti kesemutan diseluruh badan. Wanita itu melayang kearahku dengan perlahan, sekitar lima meter dari arahku, sosok itu terlihat semakin marah dan akhirnya menjauh dariku dan hilang menembus tembok kamar.

Beberapa detik kemudian badanku dapat digerakkan, dan listrik kembali menyala, karena listrik sudah kembali menyala kumasukan buntelan kebalik jaketku karena aku tak ingin yang lain mengetahui aku memiliki benda seperti ini. Kudengarkan suara didalam kamar tidak seriuh tadi, sepertinya Popi sudah mulai tenang.

Aku berjalan dengan pelan kearah kamar tempat mereka berkumpul, disana Popi sedang memeluk Ratna dengan mata tertutup dan dengan isak tangis yang sangat pelan. Galih dan para pria lainya berdiri disamping kasur dan wajah mereka terlihat bingung melihat keadaan Popi, aku mendekat kearah mereka.

"Pop kamu kenapa?" ujarku dengan nada Khawatir.

Popi langsung membuka matanya, sepertinya dia mengenali suaraku. Sedetik kemudian dia melepaskan pelukannya dari tubuh Ratna, berjalan kearahku dan memelukku dari arah depan.

"Ron aku takut!!"'

Popi berkata dengan suara pelan diikuti isak tangis, pelukannya terasa sangat kuat dan tanpa sadar aku juga memeluknya dan mengusap-usap kepalanya. Aku merasakan sebuah sensasi, seperti dejavu, dan setelah kuingat-ingat aku menyadari ternyata Sheril juga pernah ketakutan seperti ini dan tiba-tiba memelukku.

"Gak usah takut Pop, ada aku kok disini"

Aku berusaha menenangkan Popi, kulihat matanya masih terpejam dan masih menangis kecil. Tak lama kemudian dia merubah posisi tangannya yang tadinya memelukku, kini posisi tangannya mengahalangi dadanya dengan kedua kepalannya berada dilehernya.

"Kenapa Pop? Kamu kedinginan?"

Aku bertanya dengan pelan, Popi tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya saja. Sedetik kemudian dia memukul-mukul dadaku dengan pelan berulang kali.

"Kenapa Pop? Hei Pop!" ujarku.

Sedetik kemudian dia menyenderkan wajahnya kebahuku dengan posisi tangan menghalangi dadanya kemudian berkata pelan dengan wajah memerah.

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang