Hantu Penunggu Sekolah“Jadi dari tadi kamu cuma pura-pura aja gitu gak bisa liat padahal kamu bisa Pop?”
Aku berkata dengan nada kesal namun pelan, kulihat Popi hanya menggaruk kepalanya.
“Hehe maaf bang, aku gak maksud ko. Cuma pengen ngetes aja bener apa enggak abang bisa liat hantu“ dia melemparkan senyuman manisnya kepadaku.
“Ya gak gitu juga kali Pop“ aku hanya bisa mengusap dadaku saat itu dan menarik nafas panjang.
Kami berdua sekarang berada dilantai atas, Popi tampak memandang kearah para siswa yang tampaknya sudah beres melakukan apel sore. Popi melapaskan ikat rambut yang membuat rambutnya dikuncir kuda.
Rambutnya jatuh dengan sangat lembut, rambutnya sangat halus dan hitam, sesekali tertiup oleh angina sore saat itu. Aku menatapnya dengan seksama, cantik juga Popi, dia menggerai rambutnya namun mengikatnya kembali dengan gaya kuncir kuda.
“Kok dikuncir lagi Pop? Buat apa dilepas kalo bakal diiket lagi ?” aku menyeritkan dahi karena heran dibuatnya.
“Gapapa sih, Cuma pengen ngeliat reaksi abang aja kalo ngeliat aku digerai rambutnya. Terpesona ya bang?”
Popi kembali mengedipkan matanya kepadaku, aku hanya bisa memberikan senyum saat dia berkata seperti itu kepadaku dengan penuh percaya diri. Apa kepolosannya tadi hanyalah akting semata? aku bertanya-tanya dalam hatiku.
“Bang liat deh, didekat tiang bendera keliatan gak?” Popi menunjukan jarinya kearah lapangan.
“Iya, emang kenapa gitu? Gak ada penampakan deh kayaknya” aku mencoba melihat dengan lebih teliti lagi.
“Hahahaha“
Popi tertawa dengan keras, aku hanya bisa terdiam melihat tingkahnya. sedetik kemudian dia kembali mengeluarkan HP nya dan asyik dengan whatsappnya, aku menunggunya selesai dengan HP nya.
“Eh bang maaf aku cuekin lagi, ini cowok aku lagi chat”
Dia berkata dengan santai, sontak aku merasa sangat ganjil dengan Popi setelah hal-hal yang dia lakukan tadi kepadaku ternyata dia memiliki kekasih. Jangan-jangan dia melakukan hal yang serupa kesemua laki-laki, akupun mencoba memulai pembicaraan.
“Tadi ditiang bendera ada apaan Pop kok kamu tunjuk?“
Aku bertanya dengan pelan sambil menyandarkan sikuku dipagar pembatas lantai dua.
“Gak ada apa-apa kok bang, ngetes aja keliatan gak tiang bendera sama abang“ kembali dia tertawa.
Aku merasa kesal dihatiku, namun entah karena hal apa aku merasa lucu dan ikut tertawa bersamanya. Posisi kami sekarang berdiri saling berhadapan, dia menatapku dengan senyuman manisnya. Aku merasakan sensasi, sensasi aneh ada dalam dadaku, dadaku berdegup kencang.
Disaat aku akan membalasnya dengan senyuman, kepalaku seperti ada yang memegang dengan kedua tangan merayap dengan pelan. Terasa olehku tangan kirinya memegang bagian kiri dan tangan kanannya memegang bagian kanan, sangat terasa jika tangan ini keriput, aku kaget namun badanku rasanya berat untuk digerakkan.
“BRUG” Popi jatuh pingsan.
Badanku masih terasa sulit digerakan, diujung lorong tampak pocong yang kulihat ditangga tadi melayang dan berhenti didekat pintu kelas ujung, matanya dengan tajam menatapku, wajahnya seperti sedang marah.
Tangan yang memegang kepalaku merayap kedepan kebagian pipiku, terlihat oleh mataku dengan jelas kuku hitam panjang berasal dari tangan keriput yang sedang memegangi kepalaku dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Batin They Among Us
TerrorCerita Horor Real-Fiksi yang diangkat dari berbagai pengalaman nyata Penulis dan kerabat Penulis yang kemudian dirangkai menjadi sebuah jalan cerita. Kisah seorang penulis yang membuka Mata Batin demi materi Buku Novelnya, awalnya tak ada masalah se...