Aku merasa terkejut Popi tiba-tiba berdiri dengan kondisi seperti itu, sesaat kemudian aku mencium bau bangkai. Popi berlari kearah ruangan pembimbing tempat kami makan tadi, dia berlari cukup cepat dengan kondisi yang telah dia alami tadi.
Aku berusaha mengejar namun Hp ku terjatuh lepas dari genggamanku, mau tidak mau aku harus memungutnya. Ketika aku mengadahkan pandangan kearah Popi terlihat olehku dia sudah memasuki ruangan pembimbing tadi, aku dengan segera menyusulnya.
Akhirnya aku sampai didepan ruangan pembimbing, pintunya terbuka. Suasana disini terasa cukup mencekam karena dibelakang ruangan ini adalah kebun rambutan.
Aku segera memasuki ruangan untuk mengecek keberadaan Popi, ruangan ini terbagi menjadi dua bagian, yang dipisahkan tembok dan disambungan dengan sebuah pintu dipojokkan, mirip dengan model kontrakan namun ruangan ini lebih besar.
"Pop ?"
Aku mencoba memanggil nama Popi, namun tidak ada jawaban. Lampu diruangan depan menggunakan lampu neon sedangkan saat kulihat ruangan belakang ternyata tidak demikian. Lampu ruangan belakang menggunakan lampu bohlam yang bahkan aku tidak habis pikir, kenapa untuk ukuran sekolah tidak bisa membeli lampu neon untuk ruangan belakang.
"Popi !"
Aku mencoba memanggilnya kembali, namun tetap tidak ada jawaban. Aku berjalan kearah ruangan belakang, ruangannya tidak terlalu terang karena bohlamnya hanya lima watt sepertinya.
Terdengar olehku suara keran air menyala, kusoroti ruangan dengan senter hp ku, rupanya suara itu berasal dari kamar mandi yang terletak didalam ruangan pembimbing.
"Anjay, kampret gue kira si Popi kenapa, ternyata dia kebelet BAB. Pantes aja tadi pas dia berdiri kecium bau bangke, ternyata kentutnya dia" aku berguman dalam hati dan dilanjutkan dengan tertawa.
"Popi.. kamu didalem ?" Ujarku sambil mengetuk pintu kamar mandi. kulihat WC ini ada dua dan bagian atasnya terbuka.
"Iya !"Aku mendengar jawaban dari dalam, aku memutuskan untuk menunggunya khawatir dia kenapa-kenapa. Aku duduk dikursi yang sepertinya digunakan petugas TU untuk mencatat administrasi sekolah, kursinya terbuat dari kayu.
Sambil menunggu Popi keluar aku iseng memainkan Hp ku, aku membuka situs kaskus untuk masuk ke forum stories from the heart, lumayan sambil nunggu bisa baca karena wanita biasanya suka lama jika sedang dikamar mandi.
Aku melihat jam di HP ku, sudah 15 menit Popi belum juga keluar. Suara keran air masih terdengar, aku berpikir dan merasa ada yang tidak beres oleh suara air itu. Kuputuskan untuk menghampiri Popi dikamar mandi khawatir terjadi sesuatu dengannya, suara air keran masih terdengar mengalir dengan deras.
"Masa sih dari tadi nih air ga penuh-penuh mah buat cebok ?" aku bergumam didalam hatiku.
"Pop....Popi ?"
Kuketuk pintu kamar mandi yang terbuat dari plastic berwarna biru telor asin, namun tidak ada jawaban. Aku merasakan khawatir, aku mulai cemas.
"Pop...Popi ..kamu didalem kan ?"
Aku memanggilnya sambil mengetuk dengan pelan, aku yang merasa penasaran bercampur dengan khawatir memutuskan membuka knop pintu.
Saat kuputar knop pintu ternyata tidak dikunci,kudorong sedikit dengan perlahan. Tidak ada tanda-tanda perempuan akan mengamuk akan diintip. Dengan cepat aku mendorong pintu ini dengan kuat."Astagfirullah"
Didalam kamar mandi ternyata tidak ada Popi, namun sesosok kuntilanak yang sedang duduk diatas tembok toilet dengan wajah menunduk dan menghadap kearahku, wajahnya tidak terlihat olehku, yang terlihat hanya bajunya yang sudah kusam kotor.
Aku merasa kaget dan jantungku berdegup kencang LAGI, sedetik kemudian dia tertawa dengan melengking , sangat melengking dan telingaku terasa pengang.
Tak mau berlama-lama dalam kondisi ini aku memutuskan untuk segera pergi dari ruangan ini TAK LUPA KUMATIKAN KERANNYA KARENA KITA HARUS MENGGUNAKAN AIR DENGAN BIJAK
Aku berjalan kearah luar meninggalkan kamar mandi dan ruangan, suara tertawa kuntilanak ini masih terdengar sampai keluar ruangan.
Aku segera berlari kearah lapangan upacara dan mendapati Popi sudah berada dilapangan sedang duduk ditempat kami tadi. Sontak aku merasa kaget dan bingung dengan apa yang barusan aku alami, aku segera menghampiri Popi.
"Popi !"
"Iya Ron kenapa ?"
Aku masih merasa bingung dengan kejadian barusan dan malah terdiam sambil berdiri disamping Popi, padahal aku sangat yakin tadi melihat Popi masuk keruangan pembimbing. Namun nyatanya aku hanyalah menunggu orang yang bahkan orangnya tidak ada disana.
"Halo Ron kok diem ?" ujar Popi sambil menarikku untuk kembali duduk.
"Pop tadi kamu kenapa lari tiba-tiba sambil melotot ?" Popi hanya diam,dan tersenyum malu.
"Maaf Ron tadi aku kebelet pengen ke WC " lalu dia terdiam dengan senyum malu.
Benar ternyata dugaanku dia kebelet ingin ke WC, tapi kenapa aku tidak mendapatinya di WC tadi ? Akupun kembali menatap kepadanya dan bertanya.
"Kamu emang tadi ke WC mana ? yang diruangan pembimbing bukan ?"
Aku bertanya dengan wajah serius untuk memastikan, raut wajah Popi berubah dari tersenyum malu menjadi wajah orang yang sedang keheranan. Kami berdua sekarang sedang menatap satu sama lain dengan wajah heran kami.
"Aku tadi lari ke WC yang deket mesjid Ron, soalnya ada ibu bapak kantin disana, jadi aku ga begitu takut. Udah gitu terang lagi WC nya ga gelap kaya diruang pembimbing, emang kenapa ?"
Aku tidak menjawab, sedetik kemudian aku tersenyum kecil. Memikirkan baru beberapa hari saja dibuka mata batin sudah beberapa kali dikerjai oleh makhluk ghaib, sekarang aku malah ingin tertawa jika mengingat kejadian tadi.
"Apa gue update status aja yah... habis nungguin kunti berak " aku bergumam dalam hatiku.
Popi menggoyang-goyangkan pundakku dan bertanya
"Ada apa sih Ron kok sekarang malah ketawa gitu ?" Popi bertanya dengan menyeritkan dahinya.
"Gak papa kok Pop"
Aku hanya menjawab dengan singkat disertai dengan tawa kecil.
"Eh Ron bentar lagi bagian kamu ngisi acara, udah disiapin kan materinya ?" Popi mengingatkan.
"Sebenernya sih aku gak bikin materi Pop, spontan aja lah paling, biar kaya stand up comedy Cuma versi horror"
"Ah kamu mah Ron, bisa aja ngejawabnya" kembali Popi tersenyum.
Jika kupikir dengan teliti, sikap Popi begitu lembut kepadaku.
"Jangan-jangan Popi suka sama gue? Tapi kan dia udah punya pacar, tadi sore aja dia sibuk bales chatnya. Tapi kalo gue inget-inget lagi tadi dia bilang itu bukan pacarnya. Hmm hadeuh kenapa gue malah mikirin hal kaya gini ?"
Aku berbicara sendiri dalam hati. Kutoleh kearah Popi dia masih tersenyum melihatku.
"Deg"
Aku merasa terkejut karena ada yang menepuk pundakku, saat kutoleh ternyata kang Robi. Dia mengingatkan ku sebentar lagi bagianku untuk mengisi acara sebelum dimulainya jurit malam. Akupun segera merapikan pakaianku yang kurasa tidak rapih karena digandeng Popi tadi dan juga setelah berlari tadi.
"Yah untuk malam ini kita kedatangan tamu anak-anak, seorang penulis yang bukunya pernah menjadi best seller, judulnya hantu jeruk manis. Kasih tepuk tangan anak-anak buat kak Roni" ujar salah satu pembimbing yang menjadi pembawa acara.
Aku berjalan ketempat yang telah disediakan, anak-anak tidak begitu riuh dengan tepuk tangan. Entah karena mereka merasa lelah atau merasa kesal karena sebelum acara jurit malam malah diisi oleh acaraku.
"Selamat malam adik-adik, sehat semuanya ?"
Aku mencoba membuka acaraku dengan menyapa peserta namun hanya sedikit yang menjawab, itupun dengan nada sedikit malas. Aku tidak patah arang dan yakin aku harus bisa menarik perhatian mereka.
Namun ketika aku akan memulai pembahasan aku menyadari akan satu hal. Sosok yang berkumpul dilapangan tidak terlihat satupun, aku terdiam dan terheran.
"Kang,,arek moal yeuh sih ( bang jadi gak nih ) ? " terdengar olehku suara siswa laki-laki dari arah barisan belakang.
Aku mencoba tidak ambil pusing dengan masalah ini, akhirnya aku memulai acara bedah buku. Tiga puluh menit berlalu, aku sudah beres membahas bukuku. Kini saatnya sesi Tanya jawab, sebenarnya aku merasa malas disaat sesi Tanya jawab karena seringnya tidak ada yang bertanya.
"Ya udah gitu aja adik-adik bahas buku nya ...ada yang mau ditanyain gak sama kak Roni ?"
Aku kemudian berdiri dari tempat duduk dan mendekatkan diri dengan mereka.
"Saya nanya kak !"
Aku mendengar suara anak perempuan diujung barisan sebelah kananku.
"Iya silahkan mau nanya apa dik ?"
"Kakak pernah liat hantu gak ? kalo udah liat apa kak ?"
Aku sedikit bingung harus menjawab apa, karena jika aku menjawab bahwa mata batinku sudah dibuka. Aku khawatir Sheril akan terkejut dan marah karena tidak memberitahunya. Namun jika aku menjawab hanya pernah sekali melihat, reputasiku mungkin akan terlihat kurang baik.
"Iya pernah dik, sebenernya mata batin saya kebuka, saya bisa liat "
"Bodo amat lah sama Sheril siap dimarahin aja ntar kalo dirumah" aku bergumam dalam hati.
Ketika aku mengatakan hal demikian peserta yang tadinya merasa bosan mendadak seperti tertarik, terlihat dari posisi yang tadinya duduk malas menjadi tegap. Dan juga raut wajah mereka menunjukkan rasa penasaran meskipun beberapa terlihat seperti ketakutan.
"Kak mau nanya !"
Sekarang anak perempuan dibagian yang tengah yang bertanya.
"Iya dik sok ajah !"
"Kakak lagi jomblo gak kak ?" ujar anak ini sambil tersipu malu.
Sontak para peserta menjadi riuh setelah anak perempuan tadi bertanya demikian, terutama para anak perempuan. Memang aku ini lelaki yang terbilang agak tampan, ya diatas standar lah sedikit.
"Emmm sekarang saya lagi jomblo dik " aku menjawab dengan percaya diri dan wajah senyum ramah.
"Boleh dong kalo gitu daftar kak ?" anak itu melanjutkan.
"CIIYEEEEEEE ...!!!!! " suara peserta dengan kompak.
Lagi-lagi peserta riuh akibat ulah pertanyaan anak tersebut, aku hanya bisa tersenyum dan tidak menjawabnya.
"Ada lagi yang mau nanya ?" Aku kembali menawarkan kepada peserta.
"Kak saya mau nanya !" kali ini giliran anak laki-laki diujung yang lain yang ingin bertanya.
"Iya dik silahkan !"
Akhirnya ada juga anak laki-laki yang bertanya, semoga pertanyaannya normal.
"Kakak kan mata batinny kebuka yah ?"
Aku menjawabnya dengan anggukan, kemudian anak itu melanjutkan.
"Kalo gitu gimana kak udah keliat belom jodohnya siapa ?"
Dan untuk kedua kalinya suasana riuh oleh suara tawa peserta. Aku menjawabnya dengan senyuman dan posisi tangan mengusap dadaku, mereka kembali riuh melihatku. Aku juga merasakan lucu jiga teringat aku sudah menjomblo dalam waktu yang cukup lama.
"Waduh anak-anak, kasian kak Roninya jangan digodain terus, nanyanya yang serius yah" pembawa acara berbicara mengingatkan para peserta.
Dan rupanya berhasil karena hanya dalam hitungan detik suasana kembali tenang, aku sempat berpikir apakah guru ini adalah sosok yang ditakuti anak-anak hingga mereka sampai begitu patuh kepadanya, lalu beliau mempersilahkan kepada peserta yang ingin bertanya dengan serius.
"Kak saya nanya !"
Aku mendengar suara seorang gadis yang kukenal, suara yang sangat familiar ditelingaku, suara itu tak lain adalah suara Sheril, Adikku yang barusaja mendengarkan pernyataan dariku bahwa aku bisa melihat makhluk ghaib.
"Iya dik silahkan !"
Aku lalu mempersilahkan Sheril bertanya dan memperlakukan dia sama dengan siswa yang lainnya.
"Kakak bilang bisa liat hantu kan, bisa kasih tau ke kita gak disini ada hantu apa aja ? soalnya tadi pas kakak belum tampil ngedenger suara cewek ketawa. Udah itu aja kak"
Ternyata suara tertawa kunti yang berasal dari ruang pembimbing terdengar sampai kesini, aku merasa sedikit bingung karena sekarang tidak ada satupun makhluk ghaib dihadapanku. Entah kemana mereka hilang begitu saja. Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan yang kulihat sebelum mereka menghilang.
"Ya udah kakak jawab sekarang ya, sekarang mereka lagi pada gak ada . jadi dilapangan ini gak ada hantu sekarang, cuman tadi memang ada"
"Huuuuuuuu " anak laki-laki bersuara meledek.
"Tapi beneran dik, ya udah kalo kalian gak percaya saya bakal sebutin apa aja yang saya liat tadi.. disini ada hantu cewek yang wajahnya item sama kuku panjang diruangan atas disana kan ?" aku menunjuk kearah bangunan tempat Popi pingsan tadi.
Seketika saat itu juga suasana menjadi hening, semua peserta terdiam. Sepertinya aku berhasil meyakinkan mereka bahwa aku tidak berbohong.
Kulanjutkan ceritaku tentang sosok lainnya yang berada disekolah ini seperti hantu siswi yang mati ditikam,pocong yang duduk ditangga dan juga hantu kepala buntung yang ada dibawah pohon beringin. Semua peserta diam ketika aku menceritakan ini, bahkan ada beberapa yang kulihat menutup telinga mereka.
Aku mencoba melihat kearah Sheril yang menanyakan hal tadi, saat ini dia memasang wajah ketus. Namun tidak terlihat takut,padahal dia adalah sosok penakut.
Aku juga menyempatkan melihat kea rah Popi, dia hanya tersenyum manis melihat kearahku.sepertinya dia baik-baik saja.
"Yah anak-anak waktunya habis buat Tanya jawab sama kak Roninya yah , makasih yah kak Roni udah ngisi acara kita disini" Ujar pembawa acara dan mempersilahkan aku duduk kembali.
Aku berjalan kearah Popi yang sedang duduk bersama kang Robi dan duduk didekatnya, dia kembali menggandeng tanganku tanpa permisi.
Aku merasa aneh namun juga aku merasakan sensasi menyenangkan ketika dia mengeratkan gandengannya. Tiba-tiba terlintas dipikiranku kemana perginya sosok-sosok ini,padahal tadi ramai sekali. Aku berinisiatif bertanya kepada kang Robi.
"Kang punten, kok saya gak liat sosok-sosok yang tadi ngumpul dilapangan ya kang ?" kang Robi memasang wajah heran dan menyiratkan dahi.
"Ga ada kemana ? mereka masih pada ngumpul tuh Ron dilapangan. Tadi aja ngelilingin kamu mereka, masa gak keliatan ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Batin They Among Us
HorrorCerita Horor Real-Fiksi yang diangkat dari berbagai pengalaman nyata Penulis dan kerabat Penulis yang kemudian dirangkai menjadi sebuah jalan cerita. Kisah seorang penulis yang membuka Mata Batin demi materi Buku Novelnya, awalnya tak ada masalah se...