15. Rumah Linda

465 31 6
                                    

"Kakak mimpiin Teh Linda yah?"

Part 15


Rumah Linda

Sheril memelukku dengan erat, aku tidak menjawab pertanyaannya dan aku terus memacu motorku dengan cepat. Bukannya aku tidak ingin menjawab, namun aku merasa memang baiknya aku tidak menjawab.

Karena jika aku menjawab aku khawatir akan terjadi perbincangan tentang Linda, Sheril sangat menyayangi Linda ketika Linda masih hidup.

Tak berapa lama kami akhirnya sampai dirumah, Sheril segera turun untuk membukakan pintu gerbang. Dia langsung membuka kunci pintu rumah dengan kunci duplikat yang dia miliki, dan langsung masuk kekamarnya tanpa banyak berkata kepadaku.

Apakah Sheril juga merasa sedih karena dia merindukan Linda juga?

Setelah beres memarkirkan motor aku bergegas masuk kerumah, seperti biasa dirumah aku melihat Yuli dan Rian sedang bermain kejar-kejaran. Kakek-nenek masih berdiri diruang tengah da nom sixpack masih menjentul didepan pintu gudang( menjentul = terdiam), aku langsung masuk ke kamarku mengambil handuk untuk mandi karena badanku sudah terasa lengket karena keringat.

Ketika aku berjalan melewati ruang tengah, kakek-nenek menatapku dengan mata hitam mereka sambil tersenyum. Aku membalas senyum mereka, ketika melewati om sixpack aku juga sudah lumayan terbiasa karena dia juga tetap dalam posisinya tanpa bergerak sedikitpun.

Setelah beberapa saat aku akhirnya selesai mandi, segar rasanya setelah merasakan lelah dari kemarin. Aku berjalan dengan santai keruangan tengah dan tidak mendapati Sheril, sepertinya dia masih didalam kamarnya.

"Dek...kamu gak mandi ..mandi dulu dek biar seger kan habis keringetan banyak semalem"

Tidak ada jawaban dari Sheril, kembali kuketuk dan mengulangi perkataanku namun dengan suara lebih keras.

"Dek mandi gih, entar kalo gak mandi gak keliatan cantik loh"

Aku tidak mendengar jawaban lagi, namun aku mendengar suara seperti Sheril sedang menyalakan speaker di komputernya dan benar saja tak berapa lama terdengar lagu.

"Aku belum mandi....tak tuntuang,,,tak tuntuang,,,tapi masih cantik juga...tak tuntuang,,tak tuntuang.."

Aku hanya terkikih kesal melihat kelakuan adikku yang satu ini, lagaknya seperti wanita yang sedang PMS saja meskipun memang saat ini dia sedang haid. Akupun menyerah dan masuk kekamarku, biarlah Sheril nanti juga akan mandi jika dia sudah ingin.

Setelah berpakaian, aku menuju meja kerjaku untuk melanjutkan materi yang aku tulis dan juga deskripsi yang aku alami. Tiba-tiba terpikir olehku ada baiknya jika aku membuat semacam VLOG untuk bahan bukuku agar lebih mudah diingat, akupun merekam diriku sambil menceritakan kejadian yang kualami dari mulai membuka mata batin hingga kejadian yang menimpa Sheril.

"Tok...Tok..Tok..."

"Masuk aja dek" ujarku.

Sheril memasuki kamarku, dia sudah berganti pakaian. Jika dilihat dari rambutnya dia sepertinya barusaja selesai mandi karena terlihat masih basah.

"Ada apa dek?"

"Kakak gak apa-apa kan?"

"Maksudnya dek?"

Sheril kemudian duduk dikasurku dan merebahkan badannya, namun kakinya dari lutut menjuntai kebawah. Hari ini dia menggunakan celana pendek sepaha, memang jika dirumah dia senang menggunakan baju dan celana pendek dengan dalih merasa gerah.

"Dek..ko diem? tadi nanya ..pas kakak jawab malah diem" ujarku sambil mematkan video camera.

"Kakak tadi pagi mimpiin Teh Linda ya?"

Sheril melontarkan pertanyaan yang sama seperti ketika di motor tadi, sebenarnya aku ingin mengelak, namun karena dia sudah bertanya dua kali mau tidak mau aku harus menjawabnya.

"Iya dek, kok kamu bisa tau?"

Sheril kemudian mengambil bantal dan memeluknya, dia diam untuk beberapa saat dan tidak langsung menjawab.

"Aku tau soalnya aku hafal. Kalo kakak bangun tidur langsung nangis pasti habis mimpiin Teh Linda. Kaya 5 tahun lalu pas aku sering nginep dikamar kakak dirumah kita yang dulu"

Aku sedikit terkejut mendengar pernyataan Sheril yang mengetahui aku suka manangis jika bermimpi tentang Linda ketika dia belum lama meninggal. Padalah aku merasa yakin aku menangis dengan suara pelan, dan hanya berlnang air mata. Tapi Sheril bisa tahu kalau aku menangis.

"Aku mau kakak cepet move on dari Teh Linda. Kakak juga punya kehidupan"

"Iya dek, maafin kakak yang belom bisa berubah..kakak gak tau kenapa aa bisa sayang banget sama dia" ujarku sambil menghampiri Sheril dikasur dan rebahan disampingnya.

Aku merebahkan badanku disamping Sheril, dan menghadap kearahnya. Sheril lalu menghadapkan badannya juga kearahku, sekarang kami sedang saling berhadapan melihat satu sama lain. Seperti sepasang suami istri.

"Aku yakin kok ada cewek yang sayang ke Kakak yang sayang nya sama besar kaya Teh Linda"

"Iya Dek kakak juga tau, pasti ada ..Cuma kayaknya kakak belum nemuin dek" ujarku sambil menggaruk kepala. Sheril hanya menatapku.

"Atau jangan-jangan karena Kakak didepan komputer mulu kali ya Dek, jadi jarang ketemu sama cewek " lanjutku.

"Ya kata aku mah kakak jangan terlalu berangan mencari yang mirip sama Teh Linda, atau mencari yang sempurna. Karena yang sempurna Cuma Rokok"

"Sampoerna kali dek Rokok mah"

"Ya terserah kakak deh, terus kakak juga harus inget. Kadang yang kita cari selama ini, ada didekat kita " Sheril tiba-tiba menutupi separuh wajahnya dengan bantal, telinganya merah seperti Popi.

"Iya kakak tau, nanti kakak bakal berusaha nyari lagi deh yah kakak Ipar buat kamu dek...haha" ujarku sambil tertawa dengan keras.

"Brug!!"

Sheril memukulku dengan bantal dan langsung berlalu keluar dari kamarku begitu saja, sontak aku merasa bingung dibuatnya. Apa salahku sehingga Sheril bersikap seperti ini? masa iyah dia menyukaiku ini yang menjabat sebagai kakaknya, namun aku tidak ambil pusing dan kembali duduk dimeja kerja.

Dimeja kerja aku melihat Fotoku bersama Linda, apa mungkin aku sulit menyukai orang lain karena aku melihat foto ini sepanjang waktu ? Terlintas dibenakku tentang sosok Linda yang menunjukkan dirinya kepadaku beberapa kali, apakah dia hantu penasaran ? apakah ada urusan didunia yang belum terselesaikan?

Aku mencoba mengingat-ngingat segala hal ketika Linda masih hidup, seingatku dia tidak memiliki musuh ataupun masalah karena dia tidak pernah bercerita. Aku teringat omongan Arif yang mengatakan jika Linda sedang Pulang kampung kerumahnya, lalu munculah niat dikepalaku untuk mengunjungi rumahnya, siapa tahu aku bisa menemui sosok Linda disana.

Kulihat jam menunjukkan pukul 11.45 dan berbarangan dengan terdengarnya suara adzan. Aku memutuskan akan pergi mengunjungi rumah Linda seusai shalat Dzuhur, dan berharap mendapati sosok Linda dirumahnya itu.

Usai Shalat Dzuhur aku bersiap-siap untuk berangkat kerumah Linda, tak lupa aku memberitahu Sheril bahwa aku akan pergi keluar. Ditengah rumah Yuli masih sibuk bermain dengan Rian, yah suasana rumah terasa ramai biarpun bukan oleh manusia.

"Dek, kakak pergi dulu yah ada urusan. Kalo kakak pulang telat kamu main ke rumah Anggi aja ya Dek"

Aku tidak mendapatkan jawaban dari Sheril, yang ada hanya rasa bingung dikepalaku kenapa Sheril bertingkah aneh akhir-akhit ini.

"Tong teng Tong Teng, ada pesan gan"

Hp ku berbunyi menandakan ada Chat Whatsapp masuk dan segera ku cek.

" Iya Kak"

Ternyata Chat tersebut dari Sheril, kembali aku terkikih kesal karena aku merasa seperti tidak sedang bicara dengan seorang adik, melainkan bicara dengan kekasih yang sedang bertengkar.

"Mau kakak beliin apa dek nanti pulangnya?"

"Tong teng Tong Teng, ada pesan gan " kembali Hp ku berdering dan ku cek isinya.

"Pengen Martabak Mehong"

Lagi-lagi Sheril membalas via whatsapp, aku menyerah untuk mengajaknya bicara dan langsung berpamitan tanpa memberitahu aku akan kerumah Linda.

Siang ini cukup cerah, cuaca yang sangat mendukung untuk perjalanan jauh. Rumah Linda dan rumah ku yang dulu lokasinya sangat dekat, namun karena sekarang aku sudah pindah aku harus menempuh perjalanan selama 1 jam untuk menuju kerumahnya.

Aku segera mengeluarkan motorku dan bergegas, diluar aku menengok kearah rumah Tante Tuti, rumahnya sangat sepi. Namun perhatianku tertuju kepada benda putih yang terlihat dibalik jendela rumah Tante Tuti, sesosok hantu permen sedang menatap kearahku, namun aku bersikap biasa saja.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya aku tiba didepan sebuah rumah yang besar namun sederhana. Rumah yang terletak dipinggir sungai dengan warna Kuning dan halaman kecil didepannya, dan sebuah garasi berisi sebuah mobil tua.

Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi rumah ini,aku merasa gugup ketika akan memencet bel rumah ini, aku mencoba mengumpulkan keberanianku.

"Ting nung"

"Iya sebentar"

Terdengar suara laki-laki paruh baya dari arah rumah, seorang Pria berkepala botak dengan badan tambun dan kumis baplang yang jika kuperhatikan mirip Indro dari Warkop DKI. Dia yang melihatku langsung menghampiriku dengan lari kecil.

"Nak Roni , apa kabar ?" Ujar bapak tersebut sambil membuka kunci gerbang.

"Sehat Om,Om sendiri gimana kabarnya?"

Pria ini adalah ayah Linda, namanya Om Indra yah padahalmah sekalian aja Indro ya. Biarpun tampang beliau terlihat sangar, namun pada hakekatnya beliau adalah orang yang sangat baik. Bahkan setelah semeninggalnya Linda, beliau masih memperlakukanku dengan sangat Baik.

"Alhamdulilah Om baik Ron, udah lama banget kamu gak main kesini yah"

"Iya om, Tante ada?"

"Tante ada didalem, kalo Aji masih belum pulang sekolah. Katanya lagi sibuk eskul di SMA barunya"

Aji adalah nama dari Adik Linda, Linda adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dan adiknya Aji seumuran dengan Sheril, namun mereka tidak saling mengenal karena belum pernah bertemu sebelumnya.

"Masuk yuk Ron" ujar Om Indra mempersilahkan.

Aku memandang keseluruh sudut rumah ini namun tidak mendapati sosok Linda, didalam rumah bukannya masuk keruang tamu, Om indra malah mengajakku keruang keluarga dan disana tampak Ibu Linda sedang duduk termenung melamun.

"Udah hampir lima tahun semenjak kepergian Linda, si Mamah masih sering melamun. Udah om ingetin supaya Ikhlas tapi masih aja susah
Ron"

Tiba-tiba om Indra mengeluarkan kata-kata yang membuatku merasa bersalah, namun aku tidak menanggapinya dan memilih untuk diam. Ibu Linda menyadari keberadaan kami dan menoleh kebelakang.

"Eh nak Roni, apa kabar? Udah lama gak main kesini yah"

Ibu Linda menyapaku dengan kata-kata hangat namun aku pikir itu hanyalah sebatas kata-kata saja, karena aku dapat melihat dengan jelas raut wajahnya yang kecut masam sedang memaksakan tersenyum.

"Iya Tante udah lama"

"Sini duduk nak sama Tante"

Aku menghampiri Ibu Linda sementara Om Indra kembali keluar, mungkin dia sedang sibuk mengerjakan sesuatu diluar. Aku merasa sangat canggung karena melihat wajah Ibu Linda yang terlihat seperti kesal kepadaku namun masih berusaha ramah, barusaja aku duduk Ibu Linda mengajakku untuk kekamar Linda.

"Ron kekamar Linda yuk, kamu pasti kangen masa-masa pas maen dulu sama Linda" aku hanya menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.

Kami berjalan kekamar Linda yang ada didekat ruangan keluarga, Aku merasa aneh karena dirumah ini aku tidak melihat sosok makhluk ghaib apapun. Saat ini aku sangat berharap berjumpa dengan sosok Linda.

Ibu Linda membuka pintu kamar Linda, dan aku melihat dengan jelas kamar Linda tidak berubah sedikitpun ketika dia masih hidup dulu. Dengan refleks aku memasuki kamar dan memandang benda-benda milik Linda, termasuk jam tangan dan boneka beruang yang kuberi saat kita terakhir bermain di Danau.

Aku merasakan sesak didadaku, dan aku menangis sejadi-jadinya dikamar Linda.

"Linda...Linda...maafin aku Lin...." Aku terus menangis sambil mengucap namanya dan meminta maaf.
Dibelakangku aku juga mendengar suara Ibu Linda ikut menangis dengan sejadi-jadinya dan berteriak.

"Ini semua gara-gara kamu Roni , kalo kamu gak ngajak dia ke Danau Linda Pasti masih hidup"

Ibu Linda menghampiriku dan memukul-mukul punggungku sambil terus menangis, kami berdua menangis dengan kencang hingga Om Indra masuk dan berusaha menenangkan kami. Tak berapa lama Ibu Linda jatuh pingsan, aku yang melihat Ibu Linda pingsan langsung sigap bersama Om Indra membopongnya kekamarnya disebelah.

Tangisanku langsung berhenti saat melihat Ibu Linda Pingsan, aku dan Om Indra membopongnya kekamar. Dikamar Om Indra meminta maaf karena Ibu Linda belum bisa mengontrol kesedihannya, dan berakhir dengan Pingsan. Dan Om Indra memintaku untuk segera pulang khawatir jika Ibu Linda sadar dia akan melakukan hal yang tidak-tidak kepadaku nanti.

Aku hanya bisa menuruti permohonan Om Indra demi kebaikan bersama, aku menyetujui aku akan pulang segera sebelum Ibu Linda siuman. Om Indra berpesan kepadaku agar jangan kapok mengunjungi rumahnya, dia memintaku tak lupa mendoakan mendiang Linda.

Akupun berpamitan kepada Om Indra untuk pulang, ketika aku menyalakan motor dan keluar gerbang aku melihat seorang anak Laki-Laki menggunakan seragam SMA didekat gerbang. Aku mengenali Anak tersebut, dia adalah Aji adik Linda.

"Aji..baru pulang?"

Namun Aji tidak menjawab pertanyaanku, dia malah menatap kesal bercampur malas kepadaku, kemudian dia berlalu begitu saja melewatiku tanpa sepatah kata pun.

Aku tidak dapat protes mendapat perlakuan seperti ini, biarpun aku merasa tidak senang. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka mungkin menyalahkanku atas kematian Linda karena aku mengajaknya ke Danau.

"Aiyay iya menkuri pam pam pam pam"

HP ku berdering menandakan telfon masuk, rupanya dari Sheril dan segera kuangkat.

"Kak pulang kak sekarang,,pulang kak aku takut"

Aku mendengar suara Sheril berkata sambil menangis, aku merasa panic.

"Kamu kenapa Dek?"

"Kakak pokonya pulang sekarang,,,aku takutt"


BERSAMBUNG

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang