18. Camping

486 26 0
                                    

Beberapa detik kemudian orang yang memberi CPR kepada Linda wajahnya berubah menjadi hopeless, yang dimana menandakan Linda sudah tidak bernyawa lagi. Dan aku hanya tidak dapat berbuat apapun selain menangis menyesali kecerobohan dan kebodohanku.

Part 18

"Kak kenapa nangis?" ujar Sheril sambil memegangi kedua bahuku.

Aku rupanya terbawa kedalam lamunan dihari Linda meninggal, dan itu menjadi hari paling menyedihkan bagiku setelah kematian kedua orangtuaku. Mendengar Sheril bertanya dengan nada khawatir, aku langsung menyeka air mataku dengan kedua tangan.

"Gak apa-apa kok Dek, kakak Cuma keingetan yang sedih aja"

Sheril hanya memandangiku, mungkin dia merasa sebaiknya diam daripada mengatakan hal yang malah akan membuatku lebih bersedih. Aku beranjak dari duduk meninggalkan Sheril dan yang lainnya dan menuju ke kamarku.

Dikamar aku langsung merebahkan badan, air mataku sudah tidak mengalir lagi, hanya tinggal rasa sesak di dada saja. Aku teringat perkataan Sheril mengenai pesan Linda yang menyuruhku melupakannya dan menjalin hubungan dengan wanita yang baru.

"Mana mungkin aku ngelupain kamu Lin, wanita yang aku sayang banget dan meninggal didepan mataku sendiri, bahkan aku yang ngebuat kamu celaka" aku berbicara sendiri dalam kamar.

Kutoleh kearah meje kerja, Foto dan kacamata Linda masih tersimpan rapi. Kutatap fotoku dan Linda dari kejauhan, sudah lima tahun lamanya kami berpisah namun perasaan dihatiku sangatlah kuat.

"Kak?"

Aku mendengar suara Sheril, namun pandanganku sedang terarah kemeja kerja dan membelakang Sheril yang sepertinya berdiri dipintu. Aku dengan cepet mengelap air mata ku yang tinggal sedikit dengan sarung bantal dan segera duduk.

"Iya dek kenapa?"

Sheril kemudian berjalan dan duduk dikasur, dia menggenggam tanganku dengan kedua tangannya. Matanya yang tajam menatapku penuh harap, dia melipat bibirnya kedalam. Dia seperti ingin berbicara namun merasa ragu.

"Mau ngomong apa Dek, ngomong aja gak usah malu. Kakak dengerin kok"

"Kaka jangan sedih dan mikirin yang udah kelewat, aku mau kakak bangkit buat ngadepin hari esok kak. Kaka juga punya kehidupan"

"Iya Dek...ta..."

"Gak ada tapi-tapian !" Sheril sedikit meninggikan nada bicaranya.

Aku yang merasa malu oleh Sheril, aku yang sekarang memimpin dirumah malah lembek dan tidak bisa bangkit dari bayang-bayang masa lalu. Aku hanya menunduk didepan Sheril.

"Sekarang mah kaka mendingan cari hiburan aja buat nyenengin hati kakak, kalo kakak cuman dirumah terus mandangin foto teh Linda ya gak bakalan ngerasa lebih baik kak"

Aku menaikan pandangan dan melihat wajah Sheril, wajahnya penuh harap. Mungkin dia juga merasa kasihan kepadaku yang selama ini mencari pelarian dengan menyibukkan diri menulis. Dan Sheril mungkin selama ini memperhatikan diriku yang terus berkutat dengan kisah dimasa lalu.

"Terus Kaka sekarang harus gimana Dek?"

"Hadeuh kakak gimana sih, kan tadi udah aku bilang lakuin hal yang kakak seneng!"

"Cosplay maksudnya Dek?"

Mendengar jawabanku Sheril malah tertawa, aku tidak mengerti kenapa dia tertawa disaat seperti ini. Namun ada satu hal yang kurasakan saat ini,aku merasa Sheril begitu sangat cantik ketika tertawa, senyumnya begitu manis disertai pipinya yang begitu mulus. Aku memandanginya dan ikut tersenyum.

"Kaka kenapa senyum-senyum gitu ngeliatin aku?"

"Eh gak apa-apa kok Dek, gak kerasa yah adek kecil kakak sekarang udah jadi gadis cantik "

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang