Khesya merasa tidak nyaman dengan kak Adit, dia masih menyalakan radio musik dengan suara paling kencang. Tidak hanya itu, kak Adit juga bernyanyi dengan suara yang kencang, suara yang benar-benar fals dan membuat kepala Khesya menjadi sangat pusing.
"IH! BERISIK BANGET SIH!" teriak Khesya yang sudah tidak tahan dengan kak Adit.
"Nih." Kaka Adit memberikan Headphone berwarna merah yang berada di lehernya.
"Buat apaan?" tanya Khesya.
"Buat menutup telinga lo biar lo nggak merasa berisik." jawab kak Adit dengan santai.
"Ih nyebelin banget sih! Pantesan aja si Nayla sering ribut sama lo." jawab Khesya dengan nada cepat.
"Eh... anak kecil gak boleh ngomong lo-gue, anak kecil harus ngomongnya aku-kamu." jawab kak Adit sambil mengangkat jari telunjuknya di hadapan wajah Khesya.
"Ih! Udah gede gini masa dibilang anak kecil!"
"Terus gua bilang lo apa?" Mama gitu?"
"Udah ah aku mau turun!"
"Turun?"
"Iya! Berhenti sekarang!"
Kak Adit menghentikan mobilnya, Khesya terkejut dengan yang dilakukan oleh kak Adit dan kemudian Khesya memberikan tatapan tajamnya.
"Kok malah berhenti sih?!" tanya Khesya sambil marah-marah.
"Kan tadi lo nyuruh gua berhenti."
"Tapi kenapa berhenti beneran sih?!"
"Lah kan lo nggak bilang kalau bohongan?!"
"Kok malah kak Adit yang kesel sih?!"
"Astaga Key! Gua gak kesel sama lo!"
"Terus?"
"Gua marah sama lo!"
"Kok malah kak Adit sih yang marah?! Kan seharusnya aku yang marah!"
Kak Adit tidak menjawab, dia mengeluskan dadanya dan kemudian dia menjalankan mobilnya kembali.
"Sabar, Dit. Ngadepin cewek itu memang harus sabar, apalagi cewek kayak dia." gumam kak Adit sambil fokus menyetir.
"Nyebelin banget sih! Udah tau berisik! Dasar nggak peka! Pantesan aja jomblo!" gerutu Khesya dengan kesal.
"Masih kedengaran sama gua." ujar kak Adit sambil fokus mengendarai mobilnya
Khesya hanya diam dan tak menjawab kak Adit. Khesya terus melihat pemandangan melalui kaca jendela mobil. Sesekali kak Adit melirik ke arah Khesya dan kembali fokus menyetir. Kak Adit membawa mobilnya ke arah yang belum pernah Khesya lewati, Khesya mengerutkan keningnya sambil melihat jalanan yang dia lewati.
"Kita mau kemana?" tanya Khesya sambil mengerutkan keningnya.
"Ke semak-semak." jawab kak Adit asal ceplos tetapi dengan wajah yang serius.
"Ngapain? Kakak jangan macam-macam ya!" jawab Khesya sambil mengancam kak Adit.
"Haha.. lo percaya kalo gua mau bawa lo ke semak-semak?" tanya kak Adit sambil tertawa.
"Iyalah, anak bandel kayak kak Adit gini pasti mau macam-macam kan! Iya kan?!" jawab Khesya dengan tajam.
"Lo dengar gua baik-baik ya, sebandel-bandelnya gua, gua gak mungkin mau merusak masa depan anak orang lain. Wanita itu harus dilindungi bukannya dirusak." jawab kak Adit dengan serius.
"Yaudah maaf."
"Untuk?"
"Ya.. Aku udah ngomong kayak gitu ke Kakak."
"Iya." jawab kak Adit.
"Kita makan dulu, gua lapar." sambungnya kembali yang telah berhenti di depan sebuah Restaurant yang sangat bagus.
Mereka masuk bersama dengan langkah yang sama. Khesya melangkah memasuki Restaurant sambil memegangi tasnya dan kak Adit melangkah sambil melirik ke setiap perempuan. Dia akan mengedipkan mata sebelah kanannya jika ada perempuan yang membalas tatapannya.
Mereka duduk di meja nomor 23, mereka mulai memesan beberapa makanan dan juga minuman. Setelah mereka memesan, mereka mulai menyibukkan diri, Khesya menyibukkan diri dengan cara membaca novel, sedangkan kak Adit menyibukkan diri dengan bermain game di ponselnya. Keheningan terjadi di antara mereka dan tak ada pembicaraan apapun di antara mereka. Tak lama kemudian pesanan datang, mereka menghentikan kesibukkan mereka dan mengambil makanan yang telah di berikan oleh pelayan Restaurant.
"Mba, mas Anto masih kerja disini?" tanya kak Adit kepada pelayan Restaurant.
"Nggak ada yang namanya mas Anto disini, Mas." jawab pelayan Restaurant tersebut yang merasa bingung.
"Tapi dia masih disini kan?" tanya kak Adit dengan santai.
"Iya kali Mas, saya juga nggak tau." jawab pelayan Restaurant.
"Oh yaudah deh, terima kasih ya, Mba." jawab kak Adit dengan senyum ramahnya sambil mengedipkan matanya.
"Sama-sama, Mas." jawab pelayan Restaurant tersebut sambil tersenyum.
Pelayan Restaurant tersebut pergi meninggalkan mereka.
"Kak."
"Hm."
"Emang mas Anto itu siapa? Yang punya toko emas?"
"Bukan, Key."
"Terus?"
"Dia itu tukang Kebun di Rumah gua."
"Oh.. dia kerja sampingannya disini?"
"Nggak."
"Lah terus?" tanya Khesya yang mulai bingung.
"Gua cuman ngerjain mbanya aja."
"Ih di kirain beneran." jawab Khesya sedikit kesal.
"Ya itu kan beneran." jawab kak Adit dengan santai
"Beneran apanya?" tanya Khesya yang tambah bingung
"Beneran bohongnya." jawab kak Adit asal ceplos.
"Bercandanya receh."
"Gua gak punya receh, tapi punya nya dollar."
"Ih! Kalau ngomong terus kapan makannya!" jawab Khesya yang mulai merasa jengkel.
"Ada yang larang?" tanya kak Adit acuh tak acuh.
Khesya tak memperdulikan kak Adit dan dia langsung makan begitu saja. Kak Adit hanya memperhatikannya sambil menahan tawanya. Dia melihat Khesya makan seperti melihat anak kecil yang sedang makan. Khesya melahap makanannya dan tak menyadari bahwa dia telah di perhatikan terus oleh kak Adit. Kak Adit mulai melahap makanannya sambil menatap wajah Khesya yang sangat lucu.
"Ini anak kok lucu banget sih? Gua jadi pengen cepat-cepat nikah biar bisa punya anak." gumm kak Adit sambil menggelengkan kepalanya dan juga sambil tersenyum.
_________________________________________
PENASARAN DENGAN CERITA SELANJUTNYA?COMMENT YA...
YUK BACA TERUS DAN JANGAN LUPA VOTE " DETIK "
DAN JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM AKU YA...
@DESISYFTRITERIMA KASIH
SALAM
DESI SYAFITRI
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik
Teen FictionBEBERAPA PART TELAH SAYA PRIVATE, JADI SILAHKAN FOLLOW AKUN SAYA TERLEBIH DAHULU. Mendapatkan seorang senior? Itu bukanlah hal yang mustahil, hanya saja sulit. Seorang junior yang lugu mencintai seorang senior yang keras, dingin, dan juga arogan. Ha...