Khesya beruntung karena kak Rafael telah menyelamatkannya, kak Vera dan teman-temannya pergi dengan amarah yang menggebu-gebu.
"Makasih ya kak," kata Khesya sambil tersenyum kaku.
"Jangan makasih doang dong," jawab kak Rafael dengan senyumnya yang penuh teka-teki.
"Maksudnya?" tanya Khesya sedikit bingung.
"Anterin gua ke kantin dulu," pinta kak Rafael.
"Udah mau masuk kak," tolak Khesya yang beralasan.
"Lo mau gua suruh si Vera tarik lo lagi?" tanya kak Rafael dengan kata-kata yang sedikit mengandung ancaman.
"Eh.. nggak kak, yaudah ayo," jawab Khesya dengan terpaksa.
Kak Rafael langsung menggandeng Khesya dan membawanya ke kantin. Kak Rafael membeli batagor sedangkan Khesya hanya membeli roti yang dua ribuan, Rafael fokus dengan makanannya sedangkan Khesya khawatir karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, Khesya terus memperhatikan jam tangannya dan memperhatikan kak Rafael yang masih menyantap batagornya.
"Kak, aku ke kelas dulu ya, bentar lagi bel masuk," izin Khesya dengan nada pelan.
"Nggak, lo disini temenin gua dulu, gua belum habis," jawab kak Rafael yang mencegah Khesya pergi.
Khesya merasa sangat kesal karena dia harus di tahan seperti ini, dia tidak ingin ketinggalan pelajaran namun kak Rafael malah membuatnya menjadi tertinggal pelajarannya. Kaki Khesya mulai gemetar, dia tidak ingin di hukum oleh gurunya. Dia terus bersabar menunggu kak Rafael yang membuatnya jengkel, dia lebih menjengkelkan dari pada kak Adit.
"Kak cepetan dong makannya, bentar lagi masuk nih," kata Khesya semakin tidak sabar.
"Lo diam aja, jangan ganggu gua lagi makan," kata kak Rafael yang membuat Khesya semakin kesal.
Semakin lama semakin besar rasa ketidak sabaran Khesya, rasanya dia ingin sekali melempar benda apapun kepada orang yang berada di hadapannya.
"Oh.. jadi lo pacaran disini," kata seseorang dengan nada dinginnya.
Khesya melirik ke belakang dan ternyata itu adalah kak Adit. Masalah baru telah menghampirinya, dia semakin di tambah masalah dengan kehadiran kak Adit, dia melirik di seluruh area kantin dan memastikan bahwa kak Vera sedang tidak mengawasinya, kak Adit langsung mengambil posisi tempat duduk di sebelah Khesya namun Khesya langsung melarang kak Adit untuk duduk di sebelahnya.
"Ngapain lo larang gua duduk disitu?" tanya kak Adit dingin.
"Aku nggak mau kak Vera marah-marah lagi hanya karena kak Adit dekat denganku," kata Khesya polos.
"Lo di apain lagi sama dia?"
"Nggak," jawab Khesya menggelengkan kepalanyanya dengan cepat.
"Ngaku Key," desak kak Adit.
"Dia tadi di kejar-kejar sama genk Vera, mau di hajar tuh tadi tapi lo tenang aja gua tadi udah menyelamatkan dia," kata kak Rafael.
"Eh kak, aku ke kelas dulu ya," kata Khesya langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Hanya ekspresi dingin yang berada di wajah kak Adit, dia langsung memesan makanan dan makan bersebelahan dengan kak Rafael.
*****
Khesya berlari dengan cepat menuju ruang kelasnya. Saat sampai disana, seluruh pasang mata memperhatikannya hingga dia duduk di tempat duduknya. Sepertinya gurunya sedang ke toilet, suatu hal yang sangat memberuntungkan untuknya karena tidak terkena hukuman karena keterlambatannya. Khesya langsung membuka buku mata pelajaran hari ini dan berpura-pura sedang membaca buku. Bu Fikha masuk kedalam kelas dan tidak menyadari kehadiran Khesya, bu Fikha baru menyadari saat melirik ke sebelah Rendy.
"Key, bukannya tadi kamu belum datang?" tanya bu Fikha bingung.
"Eng... gak kok, saya sejak tadi udah di kelas," jawab Khesya berbohong sambil tertawa kaku.
"Sepertinya memang benar bahwa tadi saya sedang mengantuk, yasudah tolong kamu kerjakan soal yang ada di papan tulis," kata bu Fikha santai.
Khesya melirik ke arah papan tulis dan dia terkejut sekali, pasalnya dia sama sekali tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu, dia mulai panik namun berusaha untuk tetap terlihat tenang supaya tidak dimarahi oleh bu Fikha.
"Ayo key," kata bu Fikha.
"Maaf bu saya kurang paham," jawab Khesya ragu-ragu.
"Loh... kamu kenapa nggak bilang dari tadi kalau belum paham? Saya kira kamu sudah paham,"
"Saya... masih bingung dengan rumus itu," kata Khesya mencari-cari alasan.
"Yasudah saya jelaskan lagi," kata bu Fikha kemudian berdiri di dekat papan tulis.
Khesya merasa lega karena dia tidak mendapatkan hukuman dari bu Fikha walaupun dia harus berbohong kepada beliau. Semua ini diakibatkan oleh kak Rafael, dia memaksa Khesya untuk menemaninya hingga telat seperti ini.
"Kali-kali bohong lah, nanti nego ah sama tuhan biar nggak dosa gara-gara bohongin guru sendiri," gumam Khesya merasa senang.
"Lo kenapa telat?" tanya Rendy berbisik kepada Khesya.
"Ceritanya panjang banget, lebih panjang daripada intronya Nissa Sabyan," jawab Khesya yang juga berbisik.
"Ceritain sih," paksa Rendy.
"Panjang ceritanya, sepanjang jalan kenangan lagu the rain," jawab Khesya.
Rendy merasa kesal dengan jawaban Khesya, dia langsung menggeser kursinya berjarak sedikit jauh dari Khesya.
_________________________________________
PENASARAN DENGAN CERITA SELANJUTNYA?COMMENT YA...
YUK BACA TERUS DAN JANGAN LUPA VOTE " DETIK "
DAN JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM AKU YA...
@DESISYFTRITERIMA KASIH
SALAM
DESI SYAFITRI
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik
Teen FictionBEBERAPA PART TELAH SAYA PRIVATE, JADI SILAHKAN FOLLOW AKUN SAYA TERLEBIH DAHULU. Mendapatkan seorang senior? Itu bukanlah hal yang mustahil, hanya saja sulit. Seorang junior yang lugu mencintai seorang senior yang keras, dingin, dan juga arogan. Ha...