Perempuan itu berdiri di atas balkon kamarnya.
Dinginnya semilir angin malam membuat perempuan yang mengenakan sweater abu-abu itu mengeratkan kedua tangannya,seolah memeluk tubuhnya sendiri.Pukul 10, atau bisa jadi lebih.
Namun entah mengapa rasa kantuk belum juga menghampiri kedua kelopak matanya,tidak seperti biasanya.Sudah hampir 2 jam ia berdiri di sini, menatap bintang serta menikmati setiap hembusan angin yang menerpa pori-pori kulitnya.
Ia sendiri.
Suaminya, Nazar, juga nadia sedang pergi untuk menghadiri pesta pernikahan salah satu klien nazar.Ini bukan pertama , kedua, atau ketiga kalinya mereka pergi dan meninggalkan ia sendiri di rumah.
Ia tidak cemburu, tidak juga merasa keberatan akan hal itu, hanya saja itu membuat pikirannya berkelana.Membawanya pada satu titik yang membuat hati kecilnya kian bertanya,
"Sebegitu tidak pantaskan aku menjadi istrinya? "Entah mengapa rahma jadi berfikir kalau nazar malu memiliki istri sepertinya, malu karna lelaki itu sudah menikahi perempuan yang tidak berpendidikan tinggi sepertinya.
Hal itu terbukti dengan nazar yang tidak pernah sekalipun mengajaknya ke acara bisnis.Memangnya apa yang ia akan lakukan jika datang ke acara bisnis seperti itu?
Memangnya apa ia bisa berbaur dengan kalangan kasta tinggi tanpa membuat kesalahan sedikit pun?
Ia tidak percaya, sama halnya seperti nazar yang juga tidak mempercayainya.Tiba-tiba saja setetes air itu sudah jatuh mengalir di pipinya.
Inilah yang selalu tidak disukainya, ia akan menjadi lemah hanya karna memikirkan perbedaannya dengan lelaki itu, akhir-akhir ini, entah mengapa.Rahma segera mengusap air matanya.
Ia tidak boleh menangis dan menjadi cengeng.
Ia adalah perempuan dengan sejuta tekat dan amibisi, setidaknya sebelum ia menikah dengan Nazar.Perempuan itu tampak menghela napas.
Andai saja ia tidak pernah menikah dengan Nazar.
Andai saja ia bisa menemukan sosok lelaki idaman seperti dalam dongeng favoritnya sewaktu kecil.
Andai saja ayahnya tidak memiliki hubungan budi-membudi dengan keluarga Nazar.
Ia pasti tidak akan pernah merasakan semua ini.'hidup dalam ikatan semu'
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)
Romance(COMPLETED) Berbagi itu indah. Sejak secil ibunya selalu mengajari hal itu kepada rahma. Tapi, jika berbagi suami? Itu tidak akan semudah membangikan permen dan mainan. Berbagi suami itu menyesakkan. Terlebih jika suaminya adalah nazar. Nazar...