17. Aku yang dia cinta?

7.3K 510 44
                                    

#RNBday

Beb dimas libur dulu everybody, besok dia beraksi:)

*******

Rahma meringis saat bi asih memijat punggungnya.

Dengan menggit bibir serta kedua tangan yang berpegangan erat pada ujung pakaian, rahma berusaha menahan rasa sakit pada perutnya.

Rahma tidak tau apa yang membuat perutnya tiba-tiba sangat terasa sakit. Yang ia tahu, ini adalah yang paling sakit dari yang pernah ia alami sebelumnya.

"Non, apa tidak sebaiknya non ke dokter saja? Bibi khawatir melihat non seperti ini "
Mendengar nada bicara wanita paruhbaya itu membuat rahma tersenyum tipis,ia merasa jika wanita itu sudah seperti ibunya, sangat baik dan penuh perhatian.

"Ti-dak usah bi.., Aku baik-baik saja "

"Tapi non, non kelihatan pucat sekali,bibi jadi takut non"

Sekali lagi rahma tersenyum tipis. Hatinya menghangat karna akhirnya ada seseorang yang sangat perduli padanya di rumah ini, meskipun orang itu bukanlah suaminya, namun rahma sudah sangat bersyukur.

"Bi-sakit- "
Rahma meringis saat pijatan pada punggungnya terasa keras, tidak selembut sebelum-sebelumnya.

"Apanya yang sakit? "

Rahma tentu mengenali suara serak itu, suara serak dingin yang selalu membuatnya takut namun rindu jika tidak menjumpainya beberapa menit saja. Suara milik suaminya

"Maaf tuan, tapi tuan harus lebih pelan lagi memijitnya, kasian non rahma "

Jantung rahma berdetak cepat dengan seketika, seluruh tubuhnya terasa bergetar hebat saat mendengar perkataan bi asih barusan.

Rahma menurunkan pandangannya ke arah pinggangnya, mendapati sepasang tangan kekar yang menempel di atas sana, tangan milik suaminya

"M-mas? "

"Maaf rahma, aku-aku tidak bisa, bi tolong gantikan "

Nazar hampir saja bangkit jika rahma tidak meletakkan telapak tangannya di atas punggung tangan nazar, menggengamnya, seolah tidak ingin membiarkannya pergi.

Rahma sendiri tidak tau apa yang membuatnya bisa sampai seberani ini, ia merasa begitu takut jika suaminya pergi.

"Bi, tolong tinggalkan kami "
"Baik tuan, saya permisi "

Sepeninggal bi Asih, suasana menjadi sunyi, masih dengan posisi yang sama, keduanya seakan membisu, tidak mampu mengucapkan kata.

Kedua telapak tangan nazar yang semula berada di atas pinggang rahma, kini mulai beralih ke atas perut rahma,mengusapnya gerakan perlahan.

Rahma memejamkan mata, merasakan setiap sentuhan yang diberikan oleh suaminya. Air matanya sudah menetes sejak tadi, namun sepertinya rahma tidak memiliki niat sedikit pun untuk menghapus tanda kebahagiannya itu.

"Maaf, maaf rahma "

Rahma tidak menjawab, perempuan itu hanya terisak, menggengam tangan suaminya dengan gemetar.

Jika ini soal cinta, bukankah tidak ada yang salah dan benar?

*******

Makan malam kali ini adalah yang paling luar biasa bagi rahma.

Jika biasanya ia harus makan di dapur seorang diri, menahan keinginan untuk berada di dekat sang suami, namun kali ini justru sebaliknya.

𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang