1.Selamat datang di neraka, rahma!

10.5K 652 13
                                    

"Rumah ini adalah neraka, neraka terdingin yang pernah ada"

******

Perempuan itu menangis di pinggir jendela.
Sudah sejak lama, hingga setiap tetes yang berjatuhan di pipinya terasa panas.

Perempuan itu bernama Hanna Adelya Rahmania, setidaknya sebelum ia mendapatkan gelar sebagai Hanna "nazar " beberapa jam lalu.

Ya, sekarang ia sudah resmi menjadi istri dari Nazar Aiden. Seorang pengusaha kaya, tampan, tapi..
Sudah beristri.

Bahu perempuan itu kembali berguncang.

Pernikahan yang "sempurna " adalah mimpi dari setiap wanita, begitu juga dirinya.
Namun ternyata semua mimpinya itu tidaklah menjadi nyata,
Jangankan "sempurna " pernikahannya ini bahkan terkesan "hina ", menurutnya.

Bagaimana tidak?
Ia sekarang bahkan terlihat seperti perempuan murahan, perebut suami orang.

Rahma masih ingat saat dirinya tidak sengaja melihat perempuan itu menangis pilu di bangku taman belakang, sehari sebelum hari pernikahan itu terjadi.
Dan tanpa menyelidiki lebih jauh lagi, rahma sudah tau betul siapa perempuan itu, nadia.
Perempuan malang yang harus merelakan suaminya menjadi milik mereka "bersama "

Rahma benar-benar merasa berdosa pada perempuan itu,dan Rahma benar-benar merasa bodoh karna tidak mampu menolak pernikahan ini.

Memangnya mau bagaimana lagi? Keluarganya sudah terlalu banyak berhutang budi pada keluarga Tuan nazar, juga ia tidak bisa menolak permohonan ayahnya yang sedang sakit parah.

Terlebih kakaknya, rania, juga memberi dorongan kepadanya agar mau menjadi istri Tuan nazar dengan alasan selain karna itu bisa meringankan biaya hidup mereka, juga memangnya siapa yang akan menikahinya selain Tuan nazar?

Selama ini rahma terlalu fokus bekerja, siang malam banting tulang untuk menafkai keluarga.

pacaran? Itu bahkan tidak ada dalam kamusnya.

Rahma mengusap air matanya saat pintu kamar itu di dorong dari luar.
Bersamaan dengan itu, jantung miliknya berdetak dengan cepat, membuatnya harus memegangi sebelah dadanya.

Rahma beranjak dari tempatnya, dan menelan ludah kasar.
Ia belum siap bertemu Tuan nazar.
Rahma bahkan tidak tau, kata "pembuka " seperti apa yang harus ia ucapkan kepada Tuan nazar.

Dan yang lebih mengerikan, bagaimana jika... Lelaki itu meminta 'malam pertama' mereka? "

Rasanya, Rahma ingin gantung diri saja.

"Selamat malam "
Rahma menghela napas lega, saat menyadari jika seseorang yang membuka pintu kamarnya itu nyonya nadia, meskipun sejujurnya Rahma juga takut, malu lebih tepatnya.

"Ma-malam nyonya "
Rahma sedikit menunduk, lain halnya dengan nadia yang tersenyum penuh arti.

"Aku baru saja membuat cake cherry, aku harap kau suka, dan betah tinggal di sini "

Rahma mendongak, menatap sepasang bola mata Coklat milik perempuan yang ada di hadapannya, Tampak begitu teduh dan meluluhkan siapa saja yang menatapnya.

"Terimakasih nyonya... " rahma mengatakannya dengan kikuk, membuat perempuan itu lagi lagi tersenyum.

"Jangan memanggilku nyonya, rahma, panggil aku nadia atau aku juga akan memanggilmu nyonya "

"A-aku tidak bisa nyonya, aku- "
"Lebih muda dariku? Kalau begitu kau bisa memanggilku 'kakak' "

Bukan, rahma tidak bermaksut seperti itu, Justru ia tidak ingin lancang dengan memanggil perempuan itu tanpa  "nyonya "

𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang