Semuanya kembali seperti semula.
Sehari setelah nazar jatuh pada pangkuan rahma, lelaki itu kembali pada kepribadiannya.Rahma tidak keberatan akan hal itu.
Rahma bersumpah, lebih baik melihat sikap dingin lelaki itu daripada harus melihat keterpurukannya terhadap masa lalu.Lelaki yang dinikahi rahma adalah Tuan Nazar, lelaki yang beku yang tidak pernah perduli akan sekitar. Bukan nazar, lelaki hangat yang penuh cinta.
Nazar sudah mencintai anna,
Sementara Tuan Nazar sudah ditakdirkan untuk tidak mencintai siapapun.Rahma harus mulai bisa menerima kenyataan.
Kenyataan jika dirinya hanyalah pemeran pembantu dalam kisah cinta nazar.Suaminya sudah berangkat bekerja, Nadia juga sudah pergi dijemput oleh sahabatnya, tinggalah rahma di rumah seorang diri.
Rahma belum sarapan pagi ini, ia hanya minum segelas susu dan kemudian melakoni sejuta aktifitasnya.
Sempat terlintas di pikiran rahma, apa yang membuat sikap Nadia berubah?
Sudah lama sekali, perempuan itu tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah, seolah melimpahkan semuanya pada rahma.Rahma memang tidak keberatan, hanya saja semua pekerjaan ini kadang membuat rahma lemah.
Bagaimana tidak?
Di samping masa kehamilan mudanya, selain disibukkan oleh morning sickness, rahma juga harus bekerja mengurus seisi rumah ini.Jujur, terkadang rahma khawatir dengan kondisi bayi dalam perutnya.
Rahma mengusap perutnya.
Perut yang tadinya datar itu kini mulai membesar seiring dengan berjalannya waktu.
Usia kandungam rahma memang belum lebih dari 4 bulan, tapi itu sudah cukup membuat rahma merasakan setuja perubahan dalam kehidupannya."Temani ibu mengepel ya nak..
Setelah itu kita akan pergi ke dokter. Dan melihat sudah sebesar apa kesayangan ibu sekarang"Karna hari ini adalah jadwalnya untuk memeriksakan kandungannya, oleh karna itu rahma ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan segera menuju rumah sakit.
Rahma sudah sangat tidak sabar untuk melihat gambaran makhluk mungil itu dari dalam monitor. Mengamati apa-apa saja yang berubah sejak pemeriksaannya bulan lalu.
********
Setelah membayar ongkos, rahma turun dari angkatan umum.
Perempuan itu berjalan santai memasuki pekarangan rumah sakit.
Ketika sampai di resepsionis, rahma langsung meminta nomor antrian.
Rahma duduk di kursi panjang untuk menunggu antrian.
Ia menyandarkan kepala di tembok sambil mengusap peluh di dahi.
Panasnya angkutan umum juga banyaknya pekerjaan yang seharian ini dilakukannya membuat rahma merasa sangat kelelahan.
"Kamu sehat-sehat ya kesayangan papa- "
Rahma menoleh, mendapati sepasang suami istri yang duduk tidak jauh dari tempatnya, sang suami sedang mengelus perut istrinya dan mengajak bayi mereka bicara, sementara sang istri tersenyum-senyum sambil ikut mengelusi perutnya, mereka tampak sangat bahagia.
Tanpa sadar, sudut bibir rahma terangkat, ia tersenyum pilu. Ada sesuatu yang menyentil hatinya tatkala melihat pandangan di sekeliling, tidak hanya ada satu pasangan suami istri, banyak pasangan suami istri yang tampak bahagia menanti pemeriksaan calon bayi mereka.
Sebenarnya pemandangan ini sudah biasa didapati oleh rahma, namun entah mengapa kali ini pemandangan itu terasa menyakiti mata dan juga lubuk hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)
Romance(COMPLETED) Berbagi itu indah. Sejak secil ibunya selalu mengajari hal itu kepada rahma. Tapi, jika berbagi suami? Itu tidak akan semudah membangikan permen dan mainan. Berbagi suami itu menyesakkan. Terlebih jika suaminya adalah nazar. Nazar...