5. Pisah?

6.9K 509 56
                                    

Terkhusus buat yang minta bonus, entah bonus dalam rangka apa😂

"Tidakkah cukup jarak yang ada di antara kita ini? , hingga akhirnya kau ciptakan tembok pembatas yang begitu kokoh nan tinggi?
Itu sangat melukaiku, andai kau tau "

*******

1 bulan kemudian....

Perempuan itu berdiri di atas balkon kamarnya.
Dinginnya semilir angin malam membuat perempuan yang mengenakan sweater abu-abu itu mengeratkan kedua tangannya,seolah memeluk tubuhnya sendiri.

Pukul 10, atau bisa jadi lebih.
Namun entah mengapa rasa kantuk belum juga menghampiri kedua kelopak matanya,tidak seperti biasanya.

Sudah hampir 2 jam ia berdiri di sini, menatap bintang serta menikmati setiap hembusan angin yang menerpa pori-pori kulitnya.

Ia sendiri.
Suaminya, Nazar, juga nadia sedang pergi untuk menghadiri pesta pernikahan salah satu klien nazar.

Ini bukan pertama , kedua, atau ketiga kalinya mereka pergi dan meninggalkan ia sendiri di rumah.
Ia tidak cemburu, tidak juga merasa keberatan akan hal itu, hanya saja itu membuat pikirannya berkelana.

Membawanya pada satu titik yang membuat hati kecilnya kian bertanya,
"Sebegitu tidak pantaskan aku menjadi istrinya? "

Entah mengapa rahma jadi berfikir kalau nazar malu memiliki istri sepertinya, malu karna lelaki itu sudah menikahi perempuan yang tidak berpendidikan tinggi sepertinya.
Hal itu terbukti dengan nazar yang tidak pernah sekalipun mengajaknya ke acara bisnis.

Memangnya apa yang ia akan lakukan jika datang ke acara bisnis seperti itu?
Memangnya apa ia bisa berbaur dengan kalangan kasta tinggi tanpa membuat kesalahan sedikit pun?
Ia tidak percaya, sama halnya seperti nazar yang juga tidak mempercayainya.

Tiba-tiba saja setetes air itu sudah jatuh mengalir di pipinya.
Inilah yang selalu tidak disukainya, ia akan menjadi lemah hanya karna memikirkan perbedaannya dengan lelaki itu, akhir-akhir ini, entah mengapa.

Rahma segera mengusap air matanya.
Ia tidak boleh menangis dan menjadi cengeng.
Ia adalah perempuan dengan sejuta tekat dan ambisi, setidaknya sebelum ia menikah dengan Nazar.

Perempuan itu tampak menghela napas.
Andai saja ia tidak pernah menikah dengan Nazar.
Andai saja ia bisa menemukan sosok lelaki idaman seperti dalam dongeng favoritnya sewaktu kecil.
Andai saja ayahnya tidak memiliki hubungan budi-membudi dengan keluarga Nazar.
Ia pasti tidak akan pernah merasakan semua ini.
'hidup dalam ikatan semu'

Air mata perempuan itu kembali terjatuh saat rasa itu kembali menyapanya.
Rasa yang sudah 2 hari ini selalu menemani siang dan malamnya.

Ia mual.

******

Ada yang ganjil dalam ruangan ini.
Tidak ada yang bicara.
Hanya terdengar dentunan sendok yang bergesekan dengan permukaan piring.

Nazar terlihat fokus dengan sarapannya, tidak seperti biasanya, lelaki itu banyak makan hari ini.

Rahma menoleh untuk menatap nadia,
Perempuan yang biasanya paling riang di meja makan itu hanya terdiam, wajahnya ditekuk, terlihat masam.

Ini membuat nafsu makan rahma semakin buruk.

Rahma meletakkan sendok yang dipegangnya kembali ke piring, mendorong kursi, kemudian bangkit untuk membawa piring kotornya ke wastafel.

Kepalanya sangat pusing, ia rasa ia akan tidur saja setelah ini.

"Aku selesai " nazar juga bangkit dari tempatnya tak berapa lama kemudian, disusul dengan nadia yang mengantar lelaki itu sampai depan pintu, seperti biasanya, sampai anisa merasa bosan melihatnya.

𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang