"Untuk pertama kalinya, kau menatapku, bukan lagi sebagai orang asing, aku melihat ada cinta dibalik kedua bola matamu.
Dan saat aku ingin segera mendekapmu, kau memanggil 'Anna'.
Dan di situlah aku sadar, bahwa cintamu adalah salah satu kemustahilan terbesar dalam hidupku "******
"Anna! "
Nazar terduduk di tempat tidur dengan reflek.Nafas lelaki itu memburu, keringat bercucuran di wajahnya.
Ada apa dengan dirinya?
Mengapa mimpi buruk itu kembali datang setelah sekian lama?Nazar menghidupkan lampu tidur yang berada tidak jauh dari posisinya, menyambar segelas air yang ada di atas nakas, dan kemudian mulai merogoh saku celananya.
'sial'
Nazar mengumpat saat ternyata lelaki itu tidak menemukan dompetnya di saku celana.
Padahal ia sangat membutuhkan dompet itu sekarang.Nazar segera bangkit dari tempatnya, ia harus segera menemukan dompet itu, atau jika tidak ia akan tergaja .
Baru selangkah Nazar berjalan, lelaki itu menoleh, menyadari sesuatu, ia berada di kamar.... rahma.
Dan Nazar melihatnya, Rahmania itu tidak tidur di ranjang yang dengannya, melainkantidur di sofa.
Nazar menelan ludah.
Menjambak rambutnya frustasi.Mungkin Nazar bisa gila malam itu jika ia tidak melihat benda berwarna coklat yang tergeletak di lantai dekat ranjang, dompetnya.
Nazar segera meraihnya, membukanya, dan kemudian tersenyum setelah melihat gambaran wajah itu di dalamnya.
Wajah mungil, ayu, dan yang paling penting selalu membuat Nazar tenang ketika menatapnya."Anna, minta dengan Tuhan untuk segera cabut nyawa Nazar "
Sejak 10 tahun lalu, Nazar tidak pernah lupa mengucapkan itu kepada Anna, lebih tepatnya foto gadis itu. Tapi mirisnya, sampai sekarang gadisnya itu belum juga mengabulkan permintaannya.
"Anna, tidak akan pernah ada wanita lain di hati Nazar, selain Anna "
Entah mengapa suara nazar sedikit bergetar saat mengucapkan kalimat itu, tidak seperti waktu-waktu lalu.Ada sesuatu yang aneh.
Tapi Nazar tidak akan mau perduli soal hal itu.
Ia mencium foto gadisnya, menutup kembali dompet itu, dan meninggalkan kamar rahmania tanpa menutup pintu.Meninggalkan perempuan itu sendirian,
Kedinginan.******
Rahma terbangun dengan kondisi tidak seperti biasanya.
Perempuan itu harus mengerjapkan mata beberapa kali untuk membuka matanya, dan saat sepasang matanya terbuka dengan sempurna, ia merasa panas.Rahma terbatuk sesaat,
Sebelum akhirnya memaksakan diri untuk bangkit dari sofa.Lelaki itu sudah tidak ada di tempatnya, padahal rahma rasa ini masih terlalu pagi buta, pukul setengah lima, tidak biasanya lelaki itu bangun sepagi ini.
Setelah selesai merapihkan ranjang, rahma segera turun untuk menuju dapur, kembali pada rutinitas hariannya.
Dan saat melewati ruang tv, langkah terhenti.
Tv LED itu menyala, menampilkan berita olahraga, memani seseorang yang sedang tidur di sofa.
Nazar, suaminya.Rahma meraih remot yg tergeletak di meja, menekan tombol merah untuk mematikan tv.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)
Romansa(COMPLETED) Berbagi itu indah. Sejak secil ibunya selalu mengajari hal itu kepada rahma. Tapi, jika berbagi suami? Itu tidak akan semudah membangikan permen dan mainan. Berbagi suami itu menyesakkan. Terlebih jika suaminya adalah nazar. Nazar...