~Epilog~

12.3K 603 53
                                    

Selamat membaca, semoga jatuh cinta
******

Kelopak mata rahma terbuka dengan perlahan.

Setetes air lolos saat terangnya sinar lampu menyorot kedua bola matanya.

Rahma meringis, memegangi kepalanya yang terasa berat, merasakan sekujur tubuhnya yang terasa panas.

Dimana ia? Apa yang terjadi padanya?

Rahma mengedarkan pandangan ke ruangan bernuansa serba putih itu, butuh waktu beberapa saat hingga perempuan itu menyadari jika saat ini ia sedang berada di rumah sakit.

Pintu ruangannya dibuka dari luar, muncul dimas dengan senyum tipis, berjalan ke arahnya.

"Kau sudah sadar ternyata, bagaimana keadaanmu, rahma? "

"Seperti yang kau lihat dim "

"Jangan bersedih lagi, rahma. Aku tidak suka melihatmu seperti ini, itu menyakitiku "

"Sulit untuk tidak bersedih dim, dia ayahku, lelaki yang sangat aku cintai, cinta pertamaku, aku sudah kehilangan mas nazar dan sekarang ayah meninggalkanku untuk selamanya. Mengapa mereka semua meninggalkanku dim? " lirih rahma dengan air mata  berjatuhan, membuat dimas hanya bisa tersenyum kecut. Ada begitu banyak nyeri dari dalam dirinya saat melihat rahma menangis.

"Kau tau kenapa ayahmu pergi? Karna ayahmu itu orang baik rahma, Allah sayang padanya, ingin mencabut semua rasa sakitnya. Kau tidak boleh bersedih karna aku yakin beliau sudah bahagia di sana "

Dimas menghapus air mata di pipi rahma dengan jari-jarinya, kembali tersenyum tipis, berharap rahmanya bisa ikut tersenyum juga.

"Yang sebentar lagi jadi ibu, nggak boleh cengeng. Nanti dedeknya ikut cengeng loh "

"Terimakasih ya dim, aku nggak tau kalau semisal kamu nggak ada "

"Sama-sama rahma, tapi kamu harus tau, bukan aku yang bawa kamu ke sini "

Rahma hanya menatap bingung ke arah dimas, seakan tidak percaya jika bukan lelaki itu yang membawanya ke mari, karna ia ingat dengan jelas jika mereka hanya berdua di pemakaman.

Dimas tersenyum lebar, mengacak rambut rahma pelan.
"Tuan nazar yang membawamu ke mari rahma, dia tidak mengizinkanku ikut, tapi aku menyusul "

"M-mas nazar? "
Dimas mengangguk, membuat air mata rahma kembali menetes.

Jadi lelaki itu yang membawanya kemari? Lelaki itu telah kembali dan mau menemuinya lagi?

"Dia sedang mengurus acara tahlilan di rumahmu, dia menitipkanmu padaku, sementara waktu "

******

Sejak dimas mengatakan jika lelaki itu sedang dalam perjalanan ke mari, entah mengapa rahma menjadi tidak bisa tenang.

Jantungnya mendadak berdetak dengan kencang, sekujur tubuhnya juga seakan ikut gemetar.

Padahal ia hanya akan bertemu lelaki itu, namun mengapa tubuhnya berprilaku seperti remaja yang sedang jatuh cinta saja?

"Rahma, kau baik-baik saja kan? "
Rahma mengaggukkan kepala, tersenyum tipis kepada dimas.

Pintu ruangan dibuka dengan tiba-tiba, menampakkan sosok seorang lelaki yang mengenakan baju koko berwarna putih, yang tersenyum tipis ke arahnya.

"Aku rasa aku harus segera pulang rahma, semoga cepat sembuh "
Dimas langsung berpamitan, tidak mau merusak suasana. Atau lebih tepatnya tidak ingin merusak perasaannya lebih dalam lagi.

𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang