Apa hayo?

5.1K 213 17
                                    

"Itu Afifah, anak bu hajah ina "
"Itu? afifah? Dia masih kecil saat aku pergi "

"Tentulah, umurnya masih 10 tahun saat kau pergi. Sekarang sudah dewasa, 18 tahun, pas untuk diajak menikah "

Rizky tidak bergeming.
Pandangannya benar-benar terfokus pada seorang bocah perempuan yang sedang mengaji pada afifah.
Suaranya, wajahnya, begitu terasa tidak asing baginya.

Dan makin dipandangi, makin pula terasa hangat hatinya.

"Astagfirullah "
Gadis bernama afifah itu langsung mengenakan cadar yang sempat ia lepas saat sholat tadi.
Tidak menyangka jika ada dua orang lelaki dewasa di sekitarnya.

"Maaf af, tapi sepertinya lelaki ini jatuh cinta padamu "

Rizky langsung menatap aji, rasanya ingin menyumpal mulut sahabatnya itu karena telah berkata yang tidak-tidak, menebar fitnah.

"Maaf "
Hanya itu yang dikatakan oleh rizky sebelum meninggalkan teras masjid.

Tanpa disadari oleh lelaki itu, sepasang mata milik afifah menatapi kepergiannya.
Dan dibalik cadarnya, seutas senyum melengkung dengan sempurna.

Allah tidak pernah tertidur.
Maha pengasih lagi maha penyayang.
Janji Allah benar-benar nyata bagi mereka yang senantiasa berihtiar dan berdoa.

☁☁☁☁☁☁

Semuanya terjadi begitu cepat,mengalir begitu saja tanpa aba-aba.

Kepulangan aji dan rizky disambut dengan sepasang suami istri yang sedang terduduk di ruang tamu bersama mak siti.

Percakapan hangat yang sempat terdengar dari luar pun membeku seketika.

Rizky masih berdiri di ambang pintu.
Kakinya seakan kaku untuk sekedar diseret masuk.

Lelaki itu beristigfar dalam hati.
Terlebih ketika debaran-debaran lama itu kembali timbul di sudut hatinya.
Debaran debaran yang kian detik bukannya mereda tetapi malah berbacu dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Nang, ayo masuk, mak sudah buatkan minum untukmu juga "

"Rizky lelah mak, biarkan dia istirahat saja "
Seakan mengerti, aji mengucapkannya sambil mendorong tubuh sahabatnya masuk.

Meskipun rizky sudah berkata jika ia ikhlas atau sebagainya tapi aji tetap tidak bisa percaya dengan seutuhnya.
Ia tau betapa sahabatnya mencintai gadis bernama anisa itu, dan sepertinya masih hingga kini.

Ia harus membawa Rizky pergi, atau pemuda itu akan hancur lebur jika terlalu lama berdiri di sini, menatap pemandangan ini.

"Apa kabar di? "
Yang diajak masuk malah bersuara, membuat aji kembali dibuat heran olehnya.
Lagi dan lagi, sok tegar.

"Alhamdulilah baik, kau? " dalam dua kata itu terselip sebuah nada gundah, entah gundah dalam bentuk yang seperti apa.

"Seperti yang terlihat sekarang ini-"
Mendadak bibirnya kelu, ada sebuah kalimat yang tertahan di sudut lidahnya, sukar untuk diucap.

Rizky sempat memberikan seutas senyum sebelum meninggalkan ruang tamu.
Tentu dengan bantuan aji yang sedikit menyangga punggungnya.

Aji bergegas kembali menuju ruang tamu setelah beberapa saat kemudian.

"Untuk apa kalian kemari? "
"Aji, ngumung api niku nak? "
"Mak, tulung tinggalkan kami sebentar "

Mak siti mengangguk,sempat menggeleng-gelengkan kepala sebelum meninggalkan ruang tamu.

"Untuk apa kalian kemari? Lebih baik kalian pulang! "

"Ji- "
"Aku tidak sudi untuk sekedar melihat kau lagi.
Pulang dan bawa istrimu pergi"

Didi sempat menatap ke arah istrinya sebentar, ada binar kepanikan yang timbul di relung hatinya karna sejak tadi istrinya tidak bergeming sedikit pun, diam seribu bahasa dengan tatapan kosong.

Di sepanjang perjalanan, istrinya itu hanya terdiam.
Beberapa kali bibir didi ingin melontarkan sebuah Pertanyaan, tapi selalu diurungkannya.

Dan ketika baru selangkah saja memasuki rumah, isak tangis itu pecah seketika.

Syifa bahkan sudah tidak bisa memperdulikan laeli dan ibunya yang sedang duduk bersama di ruang tamu.

Rasanya terlalu sesak.
Hatinya sudah terlalu pengap untuk diajak bungkam.

Setelah bertahun-tahun selalu berharap, selalu di-doa-kannya setelah shalat, akhirnya semua doa dan harapannya itu terjawab.

Dan bukannya senang, perasaanya justru tidak karuan.
Terlebih saat memori-memori lama mulai berlarian di dalam kepalanya.

Syifa langsung berlari menuju kamar.
Membanting tubuhnya di kasur.
Menenggelamkan wajahnya dalam selipan bantal-bantal.

*****
Sepenggal kisah dari RINDU (Anna Uhibbuka Fillah)
Cooming soon:)

*****Sepenggal kisah dari RINDU (Anna Uhibbuka Fillah) Cooming soon:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang