15. Who better?

7.8K 521 32
                                    

Karna saya libur dan sempat nulis jadi update lagi, padahal baru 2 hari kan ya?:)

Untuk cerita yang lain bukannya saya nggak mau update. Ini tentang mood, dan siapa sih yang tidak lemah ketika berhadapan dengan itu?:)

*******

Rahma terbangun.

Mengerjapkan mata berulang kali untuk mengumpulkan kedaran.

Yang pertama ia sadari adalah ia berada di dalam kamar. Terbaring di atas ranjang, dengan selimut yang menutupi tubuh hingga sebatas dada.

Rahma meringis, memegangi kepalanya yang mendadak berdenyut sakit.

Rahma tidak ingat apa yang telah terjadi padanya, yang membuat seluruh badannya terasa lemas, kerongkongan yang kering, juga suhu tubuhnya yang terasa panas.

"Apa kau baik-baik saja? "
Rahma langsung menoleh, mendapati suaminya yang sedang terbaring di sampingnya, menatap cemas ke arahnya.

"A-aku b-baik mas- "
Rasanya sangat sulit untuk dipercaya oleh rahma. sangat sulit untuk dipercaya saat melihat lelaki itu di sisinya, seakan menjaga, terlebih saat suaminya itu tersenyum simpul padanya.

"Kau lapar? "

Rahma menggelengkan kepala pelan. Tidak ada sedikit pun rasa lapar yang ia rasakan kini. Yang ada hanya jantung yang berdegup cepat juga hati yang bergemuruh hebat.

"Tapi aku lapar "

"A-aku a-kan masak... "
Rahma hampir saja bangkit dari posisinya jika saja suaminya tidak menahan sebelah tangannya, dan membuat tubuhnya kembali jatuh ke ranjang.

"Aku tidak menyuruhmu memasak, aku hanya berakata jika aku lapar "
Lelaki itu terkekeh pelan, membuat rahma benar-benar dibuat tidak berkutik karenanya.
Akhirnya, untuk pertama kalinya, ia melihat suaminya tersenyum, juga tertawa. Tawa yang begitu hangat, seperti yang selalu ia tatap dari balik foto pemberian ibu.

Kini senyum dan tawa itu tergambar nyata di depan matanya, tidak lagi dari sebuah kertas tua yang sudah mulai menguning di setiap sisinya.

"Bersiap-siaplah, rahma. Aku akan tunggu di bawah "

Lelaki itu bangkit, dengan langkah lebarnya berhasil meninggalkan ruangan dalam waktu sekejap.

Meninggalkan rahma yang masih di tempatnya, dengan kedua bola mata yang berkaca.

Rahma mengusap perutnya, dapat merasakan jika di dalam sana ada yang sedang sangat berbahagia.

******

Suasana di dalam mobil selalu saja didominasi oleh sepi.

Tidak ada yang bicara.
Nazar fokus dengan kemudi, sementara rahma selalu ragu untuk memulai pembicaraan.  Ia tidak berani bicara, hanya sesekali curi pandang ke arah sang suami.
Meskipun kebersamaan mereka lagi-lagi sunyi, namun sunyi kali ini begitu terasa sangat berbeda.

Bukan lagi sunyi yang menggigilkan, melainkan sunyi yang menghagatkan.

Dalam diamnya, rahma tidak habis pikir sendiri. Mengapa Tuhan bisa menciptakan mahkluk yang setampan tuan nazar?

Sore ini lelaki itu tampak begitu tampan. dengan mengenakan kemeja berwarna blue sky, jangan lupakan juga rambutnya yang selau ditata dengan apik oleh pemiliknya itu.

Lelaki itu benar-benar tampan. Membuat rahma ingin sekali memeluknya erat.

Rahma segera menggelengkan kepala, mencoba membuang jauh-jauh pemikiran konyolnya.
Mana mungkin kan lelaki itu mau dipeluk olehnya?

𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang