Sejauh apapun seseorang pergi menghindari,
Pada akhirnya akan kembali tuk menghadapi.Bulan Desember akan segera berakhir, terhitung 10 hari kedepan. Tak ada yang berbeda dari perempuan bernama Fayla As Sifa. Semua sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya. Merayakan tahun baru sendirian, tanpa keluarga disekitarnya. Ia adalah anak yatim-piatu. Ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja. Sedangkan ibunya meninggal sejak ia memasuki perkuliahan karena penyakit kanker yang ia derita.
Namun, semua itu dulu. Kini semuanya menjadi berbeda. Hanya karena sebuah kesalahan yang terjadi waktu itu. Ketika ia pulang dari acara seminar.
Muak, kecewa, jijik dan menyesal tercampur menjadi satu. Ia sangat kecewa pada dirinya, Ia jijik. Seandainya waktu itu ia tak membaca brosur seminar. Andai ia tak keluar aula hotel terakhir. Dan andai ia tak mengikuti acara itu. Pasti semua tak akan terjadi. Orangtuanya pasti akan kecewa dengannya. Pasti mereka malu memiliki anak seperti Fayla.
"Astagfirullah. Astagfirullah. Astagfirullah. Maafkan hambamu yang kotor ini ya Allah."
Tak dapat dipungkiri, dibalik kesakitan itu semua, ia merasakan setitik rasa bahagia. Karena ia tak akan sendiri lagi. Hari-harinya akan ada yang menemani.
Fayla meremas dadanya yang terasa nyeri. Isakan demi isakan lolos begitu saja dari bibir mungilnya. Ketika ingatan pahit malam itu terlintas dibenaknya. Ketika lelaki brengsek itu menyentuhnya. Dan ketika ia kehilangan harta yang paling berharganya.
Bagaimana ia akan menghidupi anaknya nanti? Sedangkan ia hidup sendiri saja sudah terpontang-panting. Fayla berkerja di kafetaria sebuah kantor perusahaan besar, dari pulang kuliah hingga pukul 5 sore sebagai pelayan. Dan setengah 7 ia akan bekerja di kafe terkenal dikalangan anak muda sebagai penyanyi dari hingga pukul 9 malam.
Apa bisa ia menghidupi anaknya sendiri? Belum lagi biaya kuliahnya. Biaya persiapan melahirkan. Biaya setelah ia melahirkan, tidak mungkinkan jika setelah melahirkan ia harus bekerja.
Lalu jika ia membesarkan sendiri kasian anaknya yang tak memiliki ayah. Harus menjawab apa kelak jika anaknya bertanya tentang ayahnya.
Juga, ia harus membuat Akta untuk anaknya. Karena Akta Sangat penting untuk kehidupan dimasa depan. Apa harus ia kosongkan nama ayahnya.
"Astagfirullah, maafkan hamba Ya Allah. Dosa besar apa yang sudah hamba lakukan dulu? Kenapa cobaanmu begitu besar. Astagfirullah." Keluh Fayla yang masih saja terisak.
***
Seorang lelaki yang memegang Cue -stik untuk bermain biliar- itu menghembuskan asap rokok yang barusan ia hisap. Ia tengah memikirkan bagaimana membuat Cue ball -bola utama atau bisa disebut juga bola penghubung- bisa mengenai bola target masuk ke pocket. Bukan hal biasa jika melihat lelaki itu melakukan atraksi dengan bola-bola dan tongkat ajaib itu. Jika Cue sudah dipegang oleh lelaki itu maka akan berubah menjadi tongkat ajaib karena semua atraksi berjalan mulus.
Teman-temannya duduk dikursi samping meja berwarna hijau itu. Menikmati minuman bergambar bintang dengan diiringi dentuman musik yang lumayan keras.
Lampu ruangan yang terkesan remang-remang itupun terpantul dari meja biliar yang memang sangat terang karena tepat diatasnya terdapat lampu yang menyala.
"Lo udah main dari jam tujuh tadi, bro, dan sekarang hampir jam sepuluh. Gak capek lo?" Tanya Ridho, lelaki itu yang tetap saja fokus pada stik dan bola-bola kecil itu.
"Udah sih dho, biarin aja. Rajanya biliar mah bebas mau ngapain aja." Cletuk Alan yang barusan meneguk minuman bergambar bintang itu. Lelaki itu memang rajanya biliar ditempat itu. Rimba Bramantyo, semua orang yang sering bermain biliar di King biliard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Dari Hati
Любовные романыCinta datang karena terbiasa. Terbiasa bersama hingga timbul rasa ketergantungan. Sulit mengucap rasa namun begitu mudah bertindak akan rasa. Dia yang tengah jatuh cinta, ingin rasanya menghilang jauh. Namun cinta mengombang-ambingkan perasaannya...