Pesan 7

543 38 1
                                    

Semuanya kembali seperti sedia kala. Hanya tiga kali Rimba berlaku manis padanya. Pertama ketika mereka makan di rumah makan padang setelah akad nikah mereka. Yang kedua ketika malam tahun baru. Dan yang ketiga ketika mereka periksa ke rumah sakit. Jujur Fayla menyukai setiap perilaku Rimba yang manis dan perhatian itu.

Apakah ini terlalu cepat jika Fayla menyimpulkan bahwa ia telah jatuh pada pesona Rimba?

Bohong jika Fayla tidak menyukai wajah Rimba yang rupawan. Sejak ucapan akad, matanya sudah terpikat oleh ketampanan Rimba. Karena setelah akadlah Fayla bisa melihat wajah Rimba dengan intens.

Jika ada di dekat Rimba, Fayla merasa risau terkadang juga ia menjadi salah tingkah sendiri.

Namun jauh dari Rimba membuatnya selalu menerka-nerka apa yang sedang Rimba lakukan.

Seperti saat ini, Fayla tengah duduk disalah satu meja kafetaria sebuah kantor yang tampak sepi. Ia baru saja membersihkan meja-meja yang ada di kafetaria tersebut.

Menjadi pelayan sangatlah melelahkan. Ia harus bolak-balik membawa pesanan. Belum lagi pesanan yang tak kunjung ada hentinya. Fayla sudah membulatkan tekadnya untuk resign bekerja di sini. Dia lebih mementingkan kondisi anak yang ada di perutnya. Ia tak mau terjadi sesuatu pada anaknya. Dan berakhir dengan ia yang menyesalinya.

Tadi dia juga sudah mengatakan pada kepala kafetaria bahwa ia ingin berhenti bekerja di sini dan kepala kafetaria menyetujuinya.

Cukup mudah memang keluar dari kafetaria tersebut, membuat Fayla bernafas lega.

Sebelum ia bekerja tadi tepatnya sebelum jam istirahat kantor, ada salah seorang pegawai kantor bagian HRD yang menemuinya. Dia mengatakan ingin mengangkat Fayla menjadi salah satu staf di perusahaan tersebut. Namun Fayla menolaknya dan mengatakan jika dia tidak ingin bekerja berat terlebih dahulu karena dia tengah hamil.

Fayla segera berberes karena ia sudah bisa pulang. Semua pekerjaannya sudah selesai dan dia tak ada lagi kewajiban disana.

Sebelum pulang ke rumahnya Fayla mampir membeli martabak manis rasa ketan hitam. Rasanya ia sangat menginginkannya.

"Mas, martabak manis ketan hitamnya satu ya?" Fayla memesan pada salah pedagang martabak. Pedagang martabak itu ada 5 orang dan mereka laki-laki semua. Dan rata-rata masih muda, seumuran dengan Fayla.

Tempat Fayla membeli martabak memang sangat ramai dan tak pernah sepi pelanggan. Di situ juga menyediakan martabak telur. Rasanya yang enak dan harganya yang terjangkau membuat martabak di sini ramai pengunjung. Belum lagi karena varian rasa yang komplit, menambah nilai plus di kedai martabak ini.

"Oh, siap mbak." Sahut salah seorang dari lima laki-laki tersebut. Fayla berdiri di samping tempat memasak martabak. Dia melihat bagaimana pembuatan martabak tersebut.

"Lhoh, Fayla kamu ngapain di sini?" tanya tante Tari yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

"Eh, tante." Fayla langsung menyalami tante Tari.

"Ini tante Fayla lagi pengen makan martabak." Jelasnya.

"Oh, lagi ngidam ya kamu?" tanya tante Tari sambil tersenyum usil. Tanganya ia gunakan untuk mencolek lengan Fayla.

"Hehe, Iya tante."

"Enggak sama Rimba?"

"Enggak tante, tadi Rimba masih di kampus. Tante juga lagi beli martabak ya? Telor apa manis?"

"Martabak telor, tante sukanya yang martabak telor. Sama kayak mertua kamu," ujar tante Tari sambil tersenyum.

"Mama suka martabak telor, tan?" Ada binar yang berbeda dari mata Fayla.

Pesan Dari HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang