Special part for DinaMardina3 dan Dama_31
Thank you udah ngikutin Pesan dari hati sampai saat iniHari ini adalah hari kepindahan Fayla dan Rimba. Papa Rimba menyetujui keputusannya untuk hidup mandiri. Sedangkan mama Rimba masih menampakkan aura tak bersahabat.
Fayla mengelilingi isi kontrakan sambil menunggu Rimba yang masih mengambil beberapa barang.
Rumah kontrakan ini terkesan minimalis dan letaknya berada di pojok dari bangunan-bangunan lainnya. Sebenarnya rumah ini milik salah satu karyawan papa mertuanya yang dipindah tugas ke perusahaan cabang. Jadi, karyawan papa mertuanya itu dengan senang hati mengontrakkan rumahnya pada anak bosnya dengan harga yang tak terlalu mahal tentunya. Toh kedua belah pihak sama-sama untung. Pihak Fayla dan Rimba untung karena mendapat tempat ttinggal. Sedangkan, pihak yang mengontrakkan untung karena rumahnya ada yang mengurus dan dia mendapat uang. Kontrakan ini berada disalah satu perumahan yang tak jauh dari kampus mereka.
Fayla sangat menyukai rumah kontrakannya itu. Kesan pertamanya adalah simpel dan nyaman. Apalagi di samping ruang keluarga ada taman kecil yang menambah suasana rumah menjadi lebih segar.
"Suka nggak sama kontrakannya?" tanya Rimba yang tiba-tiba sudaha ada di sampingnya.
"Suka banget."
"Seger banget ya, di sini." tutur Rimba dan Fayla mengangguk setuju dengan ucapan Rimba.
"Gue laper banget. Di depan ada pedagang sayur." Fayla diam mencerna ucapan Rimba. Rimba lapar dan di luar ada pedagang sayur. Lalu apa hubungannya? Kalau lapar ya harusnya makan.
Fayla berdehem menahan senyumnya saat paham akan perkataan Rimba. Dari dua kata yang Rimba ucapkan terselip sebuah makna. Dan Fayla baru paham kesimpulannya bahwa Rimba menyuruhnya untuk memasak.
"Oke," sahut Fayla. Ia berjalan keluar rumah. Tapi baru beberapa langkah Rimba memanggilnya.
"Iya?" Rimba mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang 50 ribuan.
"Buat belanja." Setelah itu Rimba meninggalkan Fayla dengan masuk ke kamar. Sedangkan Fayla tersenyum geli dengan sikap Rimba yang menurutnya sangat lucu. Sebelum benar-benar keluar Fayla memasuki dapur untuk menanak nasi terlebih dahulu dengan rice cooker.
Di depan rumah sebrangnya ada pedagang sayur keliling yang di maksud Rimba.
"Permisi ibu-ibu," sapa Fayla. Ia tersenyum ramah kepada mereka semua.
"Eneng yang nyewa di rumahnya Pak Hadi ya?" tanya salah satu ibu yang memegang tomat.
"Iya bu, saya dan suami yang nyewa rumah depan."
"Wah semoga betah ya, neng." Sahut pedagang sayur. Fayla tersenyum dan berterima kasih. Kebanyakan tetangganya bersikap baik padanya. Walaupun ada saya yang menatapnya tak suka dan ada juga yang tidak perduli.
Fayla memilih Sawi putih, ayam, tahu, tempe dan beberapa bumbu yang dibutuhkan. Setelah itu dia membayar dan berpamitan pada ibu-ibu yang masih berbelanja.
"Mau masak apa?" tanya Rimba ketika Fayla baru membuka pintu. Fayla mengucapkan istighfar sambil mengelus dadanya. Setelah jantungnya bekerja normal, Fayla mendongak untuk menatap Rimba.
"Oseng-oseng sawi, tahu tempe goreng sama ayam emm ..." Fayla berpikir sejenak. Akan dia apakan ayamnya?
"Ayamnya di goreng aja!" Fayla mengangguk. Lalu ia membawa bahan-bahan itu ke dapur yang sudah lengkap peralatan masaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Dari Hati
RomansCinta datang karena terbiasa. Terbiasa bersama hingga timbul rasa ketergantungan. Sulit mengucap rasa namun begitu mudah bertindak akan rasa. Dia yang tengah jatuh cinta, ingin rasanya menghilang jauh. Namun cinta mengombang-ambingkan perasaannya...