Gyeonggi-do,
"Halo Bibi.."
Seorang wanita paruh baya yang sedang menyirami bunga menoleh begitu mendengar sapaan itu. Senyum lebar menghiasi wajahnya begitu tahu siapa yang menyapanya.
"Sooji, kau kah itu? Astaga.. Sudah lama sekali, ayo masuk."
"Apa kabar Bi?" tanya Sooji ketika mereka berdua duduk di ruang keluarga Bibi Nam, kerabat jauh dari sang Ibu.
Orangtua Bibi Nam adalah sepupu ipar dari kakek dan nenek Sooji dari pihak Ibu. Jadi sebenarnya mereka bukan saudara dekat. Tapi Sooji cukup sering bertemu mereka sejak kecil jadi dia cukup akrab dengan mereka.
Bibi Nam dan putra semata wayangnya tinggal di provinsi Gyeonggi. Mereka mengelola bisnis keluarga yang diturunkan dari mertua Bibi Nam. Sementara suaminya, telah meninggal 5tahun yang lalu karena kecelakaan.
"Kenapa? Kau akhirnya khawatir dengan bibimu ini hah?"
"Bibi.. kenapa bicara begitu? Bibi tau aku selalu mengkhawatirkan Bibi dan Oppa. Itulah sebabnya aku selalu meminta kalian pindah saja ke Seoul supaya lebih dekat denganku dan Ibu." rajuk Sooji.
"Sudah hentikan! Mana kekasihmu?"
Seketika wajah Sooji semakin cemberut. "Bibi, aku bersumpah tidak akan datang lagi kemari jika Bibi terus menanyakan hal yang sama."
Bibi Nam tergelak. Dia berdiri sambil berlalu ke dapur. Sebentar lagi jam makan siang, putranya akan pulang untuk makan siang dirumah. "Sudah kukatakan, sebaiknya kau berkencan saja dengan Woohyun. Putraku cukup tampan kan?"
"Kau tahu hubungan kami tidak seperti itu Bibi. Lagipula Oppa juga sudah punya kekasih kan?" Sooji menjawab santai sambil mengekori Bibinya ke dapur.
Bibi Nam hanya mendengus sambil memotong bawang daun. Dia akan membuat sup tahu pedas kesukaan Sooji. "Kau juga tahu kan aku tidak suka pada wanita yang bermake up tebal. Kalian sendiri yang bilang padaku jika kalian saling menyayangi."
"Tidak setebal itu Bi. Dia hanya suka memakai eyeliner yang cukup tegas. Itu saja. Ayolah Bi, restui saja mereka. Apa bibi tidak kasihan pada Oppa?" Sooji menampilkan wajah memohonnya sambil mengambil pisau dari tangan Bibi Nam dan mengambil alih tugasnya memotong bawang daun.
"Jadi benar kau menyayanginya?"
Sooji menghentikan kegiatannya dan menatap Bibi Nam yang kini memandangnya serius.
Sooji menggenggam tangan wanita itu sambil berkata lembut,
"Bibi.. Aku memang menyayanginya. Hanya sebagai seorang kakak laki-laki yang tidak pernah kumiliki, tidak lebih. Oppa juga demikian denganku. Aku meminta Bibi merestui mereka karena aku menyayangi Oppa."Ini bukan pertama kalinya Bibi Nam bersikap seperti ini. Sooji tahu jika wanita itu menginginkannya sebagai seorang menantu. Dan ini juga bukan pertama kalinya Sooji menolak dengan halus dan berakhir dengan penyesalan karena harus melihat wajah kecewa bibinya.
Itulah sebabnya akhir-akhir ini dia jarang mengunjungi bibinya. Selain karena pekerjaannya semakin sibuk, keinginan bibinya ini juga jadi alasan terbesarnya.
"Kau tahu, mendiang Pamanmu suka sekali denganmu." ujar Bibi Nam lesu.
Ini juga bukan pertama kali keinginannya dia ditolak keponakannya. Tapi dia pantang menyerah. Selama Sooji belum menikah, masih ada kesempatan untuk Sooji berubah pikiran, begitu pikirnya.
"Janjiku masih berlaku Bi. Bibi akan jadi orang pertama yang kuberitahu jika aku menyukai seseorang. Dan aku tidak akan berkencan dengan siapapun jika Bibi tidak merestuinya." Sooji menenangkan Bibinya dengan senyum yang sangat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meaning Of Love
FanfictionSooji Melihat orang yang kucintai tersenyum, walau hatiku hancur. Itulah arti cinta bagiku.. Myungsoo Melakukan apapun diinginkannya, sekalipun itu tak membuatku bahagia. Itulah arti cinta bagiku. Soomi Hidup bersama dengan orang yang kucintai da...