Happy Reading .. 🌻🌻🌻
Terkadang kita bisa merasa nyaman dengan orang asing dan justru merasa asing dengan orang yang dekat dengan kita.
Mungkin hal itu yang kini sedang dialami oleh Sooji. Dia merasa sangat diterima di rumah keluarga Kim. Semua orang seakan berlomba merebut perhatiannya.
Tn. Kim tak hentinya menyodorkan makanan ini dan itu. Dia bahkan tak membiarkan Sooji beranjak dari sisinya meski sejenak.
Jisoo-- meski tak terlalu terang-terangan tapi dia terlihat selalu mengajak Sooji bicara di setiap ada kesempatan.
Si kecil Sarang yang menolak untuk tidur siang seperti rutinitasnya setiap hari setelah makan siang, kini memilih untuk duduk di pangkuan sang kakek sambil bermain ipad. Dan sesekali bersikap manja pada Sooji.
Hanya Myungsoo yang tak terlihat setelah makan siang. Dia minta ijin pada semua orang untuk pergi ke ruang kerjanya. Ada banyak hal yang harus dia urus karena kepulangannya yang tertunda dari Pulau Udo kemarin.
"Kau tahu-- aku pikir kakek tidak akan pernah melupakan hari ini." ucap Jisoo sambil tersenyum.
Saat ini Jisoo sedang ada di dapur menyelesaikan beberapa masakan untuk dibawa pulang oleh Sooji. Sooji sudah menolak agar tak membuat Jisoo repot, tapi satu-satunya menantu keluarga Kim itu bersikeras melakukannya. Dan disinilah Sooji, yang juga bersikeras membantu Jisoo memasak. Meski tak banyak yang bisa dia lakukan.
"Kenapa eonni bilang begitu?"
"Bukan karena kakek merasa bahagia bertemu denganmu. Tapi karena dia bisa melihat cicitnya tertawa lagi."
Jisoo menyodorkan pisau dan bawang bombay untuk dipotong Sooji. "Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali putriku tertawa selebar itu."
Kali ini Jisoo beranjak ke depan kompor sambil mengaduk sup ayam ginseng yang baunya sangat harum. "Memang dia belum sepenuhnya kembali seperti dulu, tapi kau pasti bisa merasakan. Sarang sudah jauh berbeda dibanding saat pertama kali kau kemari, benarkan?"
Sooji tersenyum sambil mengangguk. "Eonni benar."
"Dan semua itu karena kau."
"Aku?"
"He-em.. di rumah ini satu-satunya hal yang bisa membuat Sarang sedikit banyak mengeluarkan ekspresinya adalah saat kami membicarakan tentang Myungsoo." Pandangan Jisoo menerawang mengingat banyak momen tentang putrinya. "Putriku itu usianya saja yang baru 10tahun. Tapi jiwanya sudah 3x lipat usianya. Dia sangat dewasa."
Sooji terkekeh. Dia mengangguk membenarkan ucapan Jisoo. Dia juga beberapa kali sempat terkejut mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari gadis kecil itu. Sama sekali bukan kalimat yang dia bayangkan akan keluar dari seorang anak berusia 10tahun.
"Dia sangat peduli pada pamannya. Dia selalu ingin pamannya cepat punya kekasih dan menikah. Itulah sebabnya dia terlihat banyak bicara sekarang. Tanpa dia sadari, dia sangat bahagia melihat kau bersama Myungsoo sekarang."
Jisoo mematikan api kompor dan menghampiri Sooji. Dia mengenggam kedua tangan gadis cantik itu sepenuh hati. "Sooji, sungguh. Kami berterima kasih akan kehadiranmu. Dan jika-- jika kau mungkin merasa kami bersikap berlebihan padamu, tolong.. maklumi kami ya. Terutama mungkin kakek. Kau pasti merasa tidak nyaman dengan sikap kakek yang berlebihan kan?"
Sooji tersentuh dengan semua pengakuan Jisoo. Hatinya berdetak sangat kencang. "Eonni, aku sama sekali tidak merasa seperti itu. Sungguh. Aku benar-benar bahagia. Kalian sangat perhatian padaku."
"Syukurlah kalau kau merasa begitu." Jisoo tampak menghela nafas lega. "Kakek hanya takut dia akan mengulang kesalahan yang sama."
Sooji mengerutkan keningnya. "Maksud eonni?" Dia mengikuti Jisoo yang kini melangkah menuju meja makan kecil di dapur yang biasa digunakan para pelayan untuk makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meaning Of Love
FanfictionSooji Melihat orang yang kucintai tersenyum, walau hatiku hancur. Itulah arti cinta bagiku.. Myungsoo Melakukan apapun diinginkannya, sekalipun itu tak membuatku bahagia. Itulah arti cinta bagiku. Soomi Hidup bersama dengan orang yang kucintai da...