Part 17

885 140 30
                                    

Happy Reading .. 🌻🌻🌻

"Selamat datang. Aku Bae Wan Young."

Myungsoo menjabat tangan Tn. Bae erat sambil membungkukkan badan. "Aku Kim Myungsoo. Maaf atas keterlambatanku tuan, aku tidak menyangka akan terjebak macet seperti itu."

Myungsoo merasa menyesal karena terlambat datang hampir setengah jam dari waktu yang telah ditentukan. Apalagi pihaknya lah yang menentukan waktu pertemuan. Dari ajaran sang kakek, Myungsoo belajar bahwa lebih baik menunggu seseorang daripada membuat orang lain menunggu kita.

"Tak masalah. Justru kami berterimakasih atas keterlambatanmu. Kami jadi memiliki waktu lebih untuk bersiap-siap." Tn. Bae tersenyum hangat.

Mereka memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu. Tak ada basa basi selama acara makan malam. Keheningan menemani mereka berempat. Hanya denting garpu dan pisau yang beradu dengan piring yang menjadi latar suara.

Keheningan itu terusik tatkala Hweji tak sengaja menumpahkan wine ke bajunya dan meminta ijin pergi ke kamar kecil. Hal itu mengundang respon dari Gia yang sejak awal kedatangan Myungsoo terlihat tak menyukai sosok Hweji.

"Sepertinya sekretaris anda sedikit tak nyaman Tuan, apa dia sedang kurang sehat?"

Myungsoo tahu bahwa itu adalah sindiran. Myungsoo juga sadar aura tak bersahabat yang ditunjukkan sekretaris calon rekan bisnisnya ini. "Benarkah? Maaf kalau sikapnya membuatmu tak nyaman. Itu salahku. Aku akan lebih memperhatikan sikapnya. Aku yang akan mengatur sendiri sikapnya agar tak menganggumu lagi di kemudian hari."

Meski Myungsoo tak suka jika Hweji dekat-dekat dengannya, bukan berarti dia membenci Hweji. Hasil kerja Hweji tak pernah mengecewakan Myungsoo itu sebabnya dia tak mendepak Hweji dari posisinya sebagai sekretarisnya di kantor meski sikap Hweji kadang berlebihan. Dia tak suka mencampuradukkan urusan pekerjaan dengan perasaan pribadi. Itulah yang membuat Myungsoo menjawab dengan jawaban halus yang cukup menusuk Gia. Buktinya saat ini Gia terlihat malu atas ucapan sembrononya.

"Maafkan ucapannya Tuan. Dia memang seperti itu. Dia mengutarakan semua pikirannya dengan sangat jelas. Aku akan bicara dengannya nanti." Tn. Bae menengahi. Situasinya mulai tak nyaman. Dia tak ingin kesepakatan ini batal hanya karena tingkah konyol Gia.

"Myungsoo saja Tn. Bae. Aku jauh lebih muda dari anda. Kumohon jangan membuatku malu dengan memanggilku seperti itu. Aku bahkan mungkin seusia dengan anakmu." Myungsoo memilih mengabaikan ucapan Tn. Bae tentang sikap Gia. Akan lebih baik jika mereka membicarakan hal lain.

"Tapi di usiamu sekarang kau bahkan sudah jadi orang hebat. Menghandle ratusan ribu pegawai bukan hal yang mudah dan kau bisa melakukannya dengan baik."

"Tidak. Aku juga masih banyak belajar. Kakek selalu membantuku. Dia memantauku dari belakang. Jadi aku tak bekerja sendirian."

"Tuan Kim.. dia orang yang sangat luar biasa. Instingnya dalam berbisnis tak pernah salah."

"Ya. Dan itu juga yang membuat kita ada disini sekarang."

"Maksudmu?"

"Sebenarnya kakek secara pribadi yang mengusulkan kerjasama ini. Dia memintaku untuk mengajukan tawaran kerjasama pada Bae Industries."

Tn. Bae terdiam. Dia tak menyangka bahwa ternyata pendiri Ganghan yang ingin melakukan kerjasama. "Tapi.. apakah Tn. Kim mengatakan sesuatu?" Myungsoo mengerutkan keningnya pertanda tak mengerti. "Maksudku seingatku aku belum pernah bertemu secara pribadi dengan beliau. Aku hanya khawatir terjadi kesalahpahaman. Mungkin Tn. Kim keliru mengenali perusahaanku."

Seketika Myungsoo tersenyum. Dia menyadari kemana arah pembicaraan Tn. Bae. Bagaimanapun Ganghan adalah perusahaan salah satu yang terbesar di Korea, jika dibandingkan dengan Bae Industries sama sekali tidak sepadan. Wajar jika mereka merasa sedikit segan untuk berhubungan dengan Ganghan yang penuh kuasa.

Meaning Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang