Part 4

1.1K 138 3
                                    

Happy reading...❤

"Apa oppa tidak bisa tinggal lebih lama lagi?"

Woohyun yang sedang menyetir hanya melirik sekilas ke arah kaca spion tengah yang menampakkan wajah cantik Soomi yang duduk di kursi belakang mobil. "Bagaimana jika kau yang berkunjung ke Gyeonggi? Jika bibi tidak bisa pergi tanpamu, maka kau juga harus ikut juga." jawab Woohyun seraya tersenyum dan tak mengurangi sedikit pun fokusnya untuk menyetir.

"Ahh, membujuk ibu sama dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami oppa. Kemungkinannya sangat kecil." keluh Soomi.

"Tapi bukan berarti tidak mungkin kan?" Woohyun pun menoleh pada Sooji yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Duduk di samping kemudi tak membuat Sooji terganggu dengan obrolan Soomi dan Woohyun. Dia sama sekali tak bersuara sejak mereka naik ke mobil. "Bagaimana menurutmu Sooji?"

"Ohh.. Huh? Apa? Apanya yang bagaimana?" ujar Sooji kaget. Tak menyangka Woohyun akan tiba-tiba mengajaknya bicara seperti itu.

"Tidak bisakah kau simpan ponselmu sebentar Sooji?" Bukannya Woohyun yang menjawab pertanyaannya, malah suara Soomi yang terdengar. "Apa kau sesibuk itu sampai tak bisa ikut bicara dengan kami?"

"Mian eonni. Persiapan pernikahannya semakin dekat. Hanya tinggal beberapa hari lagi. Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik." jawab Sooji sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas. Baginya tak ada pekerjaan yang lebih penting daripada kakaknya. Jika kakaknya sudah menuntut perhatian seperti ini, Sooji akan langsung meninggalkan apapun yang sedang dia lakukan. Tak peduli sepenting apapun itu, karena dia sangat menghargai Soomi.

"Huh.. Seperti kau saja yang akan menikah."

Seketika Woohyun tertawa tanpa henti. "Kau tahu Soomi, kemarin ibuku juga mengatakan hal yang sama persis denganmu."

"Memang benarkan oppa, dia bertingkah seperti dia sendiri yang akan menikah. Dia begitu khawatir hingga tak sempat mengurus dirinya sendiri."

Mendengar dua orang yang dikasihinya sedang mengejeknya, Sooji hanya diam. Bibirnya mengerucut layaknya tokoh donal bebek. "Aku kan hanya ingin mengerjakan pekerjaanku dengan baik." ucap Sooji menggeruti untuk membela diri.

"Dan aku hanya ingin adikku meluangkan waktu untuk keluarganya. Apa aku juga salah?"

Tanpa disadari suasana di dalam mobil jadi tak nyaman. Nada bicara Soomi mulai berubah. Sepertinya amarah yang sudah disimpannya beberapa hari ini untuk Sooji mulai tak bisa dibendung lagi. Menyadari hal itu Woohyun pun segera mengalihkan pembicaraan. Bagaimanapun dia tak ingin terjebak diantara dua wanita yang bertikai. Baginya itu memusingkan.

"Hei.. Kalian harus membantuku. Bantu aku untuk membujuk ibuku agar merestui kekasihku. Kalian kan wanita. Mungkin saja ibuku akan luluh jika kalian yang bicara padanya."

Seketika Soomi dan Sooji menjawab serempak, "Bibi tak akan merestuinya."

"Kalian jahat sekali."

Dan meledaklah tawa mereka berdua. Mereka tahu hubungan Woohyun dengan kekasihnya belum mendapat restu dari bibi mereka. Dan itu menjadi kesenangan tersendiri saat mereka bisa mengolok Woohyun karena hal itu. Ekspresi Woohyun sangat menghibur bagi mereka. Ketegangan yang telah tercipta antara Soomi dan Sooji mencair begitu saja berkat usaha Woohyun.

Sejak kecil jika mereka berdua sedang bertengkar Woohyun juga selalu berhasil mendamaikan mereka, hal yang tak mampu dilakukan orangtua si kembar. Dan hal itu tak berubah hingga detik ini. Setelahnya mereka menghabiskan waktu perjalanan dengan saling mengejek satu sama lain dan tertawa bersama.

Setelah sarapan pagi, Woohyun berfikir untuk langsung berpamitan. Dia berkata bahwa masih ada janji untuk bertemu dengan temannya sebelum kembali ke Gyeonggi.

Meaning Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang