Part 22

806 149 77
                                    

Happy Reading .. 🌻🌻🌻


Myungsoo terlihat mencoba menghubungi seseorang berkali – kali. Mengabaikan makanannya yang mulai dingin.

"Kau sedang memastikan sekretarismu sampai di rumah dengan selamat ya?" tanya Hayoung dengan mulut yang penuh sushi.

Myungsoo mendengus sambil menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Hayoung. "Kakek memintaku mengatur makan malam dengan rekan bisnisnya. Tapi orang itu tak bisa dihubungi. Tak ada respon."

Hayoung yang mendengar hanya mengangguk – angguk tanda paham. "Mungkin sedang sibuk. Ayo habiskan makananmu oppa, sudah mulai dingin."

Myungsoo menyerah. Mungkin Hayoung benar. Tn. Bae memang sedang sibuk. Dia akan mencoba menghubunginya lagi nanti. Dia meletakkan ponselnya di meja dan mengikuti suruhan Hayoung untuk mulai makan. Mereka berdua memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah sakit.

Hayoung menghubungi Myungsoo untuk menemaninya menjenguk sahabatnya yang baru saja melahirkan. Hayoung belum lama pulang ke Korea setelah menyelesaikan studinya di luar negeri, akibatnya dia tak punya banyak teman. Jadi dia tak punya pilihan selain mengajak Myungsoo hari ini.

"Kapan kekasihmu akan datang?" tanya Myungsoo.

"Entah. Dia bilang masih sibuk menyiapkan tesisnya."

"Kau yakin dia tidak selingkuh disana?"

Hayoung menghentakkan sumpitnya ke meja dengan suara keras. "Kau berniat membuat hubunganku rusak ya? Aku tidak suka padamu. Jadi jangan berusaha mendapatkan aku."

Myungsoo tertawa. "Dia tahu tentang aku?"

Hayoung mengangguk sambil kembali mengambil sushinya lagi di piring.

"Dia tidak cemburu?"

"Untuk apa cemburu denganmu? Dia bukan tipe pencemburu."

"Kau yakin? Aku kan sangat tampan. Wajahku bahkan menduduki peringkat pertama sebagai model wajah yang paling diinginkan untuk konstruksi operasi plastik."

Hayoung tersedak. "Kau sudah gila. Kupikir kau adalah manusia tanpa emosi saat pertama kali bertemu. Kau seperti es batu. Tapi ternyata aku tertipu. Kau manusia paling tidak tahu malu yang pernah kutemui oppa."

Myungsoo tertawa keras.

"Kau sedang bahagia ya? Kuperhatikan dari tadi sikapmu sangat aneh."

"Seperti apa misalnya?"

Hayoung meneguk minumannya sambil mengangkat bahu.

"Sangat terlihat ya?" Myungsoo ikut meneguk kopinya.

"Jadi benar kau sedang bahagia? Kenapa? Ayo ceritakan." Hayoung berseru antusias sambil menopang dagunya dengan dua tangan di atas meja.

"Kau batal menjenguk temanmu?" tanya Myungsoo mengalihkan perhatian sambil mengiris potongan terakhir daging steaknya. Entah kenapa dia merasa ini belum saatnya untuk menceritakan tentang Sooji pada orang lain selain keluarganya.

"Masih banyak waktu. Lagipula Oppa juga belum selesai makan."

"Akan kuceritakan nanti." Myungsoo meneguk kopinya sebelum mengelap mulutnya dan berdiri. "Kita pergi sekarang."

Mobil Myungsoo mulai meninggalkan pelataran restoran saat Hayoung menagih janjinya untuk bercerita. Myungsoo menghela nafas. Bertambah satu lagi wanita keras kepala di sekitarnya.

"Kau ingat aku menghampiri seorang wanita saat menemanimu ke acara pernikahan temanmu beberapa hari yang lalu?" tanya Myungsoo untuk mengawali ceritanya.

Meaning Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang