Part 44

341 66 19
                                    

15bulan cukup buat aku agak lupa terakhir part nyampe mana wkwk😂
Saranku sih, baca ulang part sebelumnya yaa sebelom baca part ini.
Happy Reading .. 🌻🌻🌻


"Astaga Sooji!" Soomi langsung bangkit dari sofa saat pintu terbuka.

Orang tuanya sudah tiba di rumah setengah jam yang lalu. Sekarang mereka sedang berganti pakaian. Setibanya di rumah Soomi langsung memberondong mereka dengan banyak pertanyaan tentang Sooji. Dan setelah mendengar semua penjelasan orang tuanya Soomi memutuskan untuk tetap menunggu Sooji di ruang tamu hingga dia pulang.

Ketika pintu terbuka dia bersiap untuk mengomeli adiknya karena membuatnya khawatir. Namun semua omelan yang siap dikeluarkannya malah tertelan kembali dan berganti dengan kepanikan. Bagaimana tidak, bukannya Sooji yang berjalan masuk melainkan Myungsoo dengan Sooji berada di gendongannya.

Myungsoo membopong Sooji yang masih tertidur. Dia tak tega membangunkannya. Ditambah lagi sepertinya suhu badannya terus naik.

"Apa yang terjadi?"

"Dia hanya tertidur. Jangan khawatir."

Soomi mengusap kepala Sooji. "Dia demam."

Myungsoo mengangguk. "Tolong tunjukkan kamarnya."

Soomi berjalan lebih dulu menaiki tangga dan membuka pintu kamar Sooji agar Myungsoo bisa masuk.

"Aku akan menelepon dokter."

Sembari menunggu Soomi, Myungsoo melepas sepatu Sooji dan merapikan selimutnya. Dia menggenggam erat tangan Sooji di balik selimut. Hal yang luput oleh penglihatan Soomi.

"---baik dok. Aku mengerti. Terima kasih."

"Bagaimana?"

"Aku harus menurunkan demamnya segera." Soomi berlalu begitu saja setelah menjawab pertanyaan Myungsoo. Dia pergi ke dapur dan kembali dengan sebaskom air hangat di tangannya serta sebuah handuk.

Myungsoo beranjak dari sisi tempat tidur dan berdiri. Membiarkan Soomi mengambil tempatnya dan mulai mengompres Sooji. Sangat terlihat jika Soomi khawatir dengan keadaan Sooji.

Kepanikan semakin terlihat tiba-tiba terjadi saat Tn. dan Ny. Bae datang ke kamar Sooji. Myungsoo pun semakin menyingkir ke sudut ruangan. Untuk sesaat dia merasa sebaiknya dia pergi saja dari sana. Tapi niat itu diurungkannya. Dengan pergi dari sana tak akan mengubah apapun. Yang ada malah dia akan semakin khawatir karena tidak tahu bagaimana kondisi Sooji.

Sepuluh menit kemudian, terdengar helaan nafas lega dari tiga orang yang mengerubungi Sooji. Suhu tubuhnya sudah berangsur normal. Setelahnya Myungsoo pun baru ikut menghela nafas lega. Dan mendadak saja rasa kesemutan di kaki Myungsoo terasa jelas.

Bagaimana tidak lebih dari sepuluh menit pria itu berdiri diam di sudut ruangan tanpa bersuara bak patung. Matanya tak pernah lepas memandangi Sooji. Bahkan untuk menarik nafas saja Myungsoo terasa takut. Dia begitu terintimidasi dengan situasi disana.

"Soomi, sana ambilkan minum untuk Myungsoo."

Soomi dan Ny. Bae sontak menoleh ke arah sumber suara. Tampaknya mereka berdua juga tak menyadari jika Myungsoo masih disana.

Soomi menatap Sooji sesaat sebelum beranjak dari tempat tidur Sooji. Mempertimbangkan kondisi sang adik yang sudah mulai stabil dan orangtuanya ada disana, maka Soomi menuruti perintah sang ayah. Dia menghampiri Myungsoo -yang masih tak mengalihkan tatapannya dari Sooji- dan berkata, "Ayo. Kubuatkan kopi untukmu."

Isyarat kepala dari Tn. Bae menyadarkan Myungsoo bahwa dia memang harus pergi dari sana. Mungkin itu ada hubungannya dengan sorot mata Ny. Bae yang penuh amarah yang sekilas sempat ditangkap Myungsoo sebelum wanita itu berpaling.

Meaning Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang