Part 45

346 72 38
                                    

Happy Reading .. 🌻🌻🌻

Udara siang ini cukup aneh. Cuacanya sangat panas tapi angin berhembus kencang. Cardigan warna putih yang dipakai Sooji tampaknya belum cukup tebal untuk melindungi tubuhnya dari angin. Sesekali dia terlihat menggigil meski sudah duduk di dalam restoran. Wajahnya masih sedikit pucat. Lipstik warna pink yang terpoles di bibirnya hanya samar saja menyembunyikan wajah pucatnya. Matanya yang masih sayu tak bisa berbohong.

Saat ini pasti kakak dan ibunya sedang mengomel di rumah. Sooji pergi tanpa memberitahu siapapun. Dia hanya mengirimkan pesan setelah ada di luar rumah.

"Aku pergi sebentar. Ada hal penting yang harus kulakukan."

Tulisnya di grup chat keluarga. Tentu saja seperti yang diduganya, hampir semua orang memarahinya. Hanya sang ayah yang mengingatkannya untuk segera pulang. Bagaimanapun kondisi badannya masih lemah.

Tapi Sooji memang harus menemui Myungsoo sesegera mungkin. Jadi dia memaksakan diri menyetir cukup jauh untuk mengajak kekasihnya makan siang. Dia cukup beruntung, Myungsoo tak ada jadwal makan siang dengan klien atau kepergiannya hanya akan sia-sia saja.

Mobil Myungsoo tiba setelah Sooji menunggu sekitar 30menit. Rambutnya sedikit berantakan terkena angin saat turun dari mobil, tapi dia tetap terlihat tampan. Sooji menyukainya.

"Sayang.."

Myungsoo berjalan cepat ke meja Sooji yang berdiri untuk menyambutnya dan meraih kekasihnya itu ke dalam pelukan.

"Maaf membuatmu menunggu lama."

Sooji menggeleng dalam pelukan hangat Myungsoo.

"Harusnya bilang kalau ingin makan siang bersama. Kan aku bisa menjemputmu."

Sooji melepaskan pelukan Myungsoo dan menyuruhnya duduk. "Aku ingin memberimu kejutan."

"Dengan tubuh yang masih demam dan wajah pucat ini? Ya. Kau berhasil kalau begitu."

Sooji terkekeh. "Aku baik-baik saja Myungsoo."

"Baik apanya? Lihat!" Myungsoo menggenggam tangan kiri Sooji. "Suhu tubuhmu cukup hangat. Pasti kau demam lagi."

"Angin di luar cukup kencang. Makanya aku jadi kedinginan."

Myungsoo kehabisan kata. Dia bisa saja terus mendebat Sooji tapi dia bahkan tak tega untuk terus berdebat dengannya.

"Ayo makan. Kau sudah pesan?" Myungsoo melunakkan suaranya.

Sooji menggeleng sambil tertawa pelan.

"Yang benar saja! Harus kuapakan kau ini?"

Sooji lagi-lagi tertawa melihat Myungsoo menggerutu. Lelaki itu langsung membuka buku menu dan memanggil pelayan. Dia memesankan sup krim jagung dengan teh panas untuk Sooji, sementara untuk dirinya sendiri Myungsoo hanya memesan steak dengan kopi.

"Kau sungguh baik-baik saja?" tanya Myungsoo, kali ini dengan nada yang berbeda. Dan Sooji tahu saat ini Myungsoo benar-benar khawatir dengannya.

Sooji menenangkan Myungsoo dengan mengusap tangan kanannya yang sedari tadi masih menggenggam tangannya. "Iya. Berhentilah khawatir."

Tapi itu tak mampu membuat Myungsoo jadi tenang. Dia tahu wanita yang sangat dicintainya ini sedang berbohong. Sooji-nya sama sekali tidak baik-baik saja. Tapi Myungsoo diam saja. Dia tak akan berdebat lagi. Setidaknya hal yang membuat Sooji tetap memaksakan diri meskipun masih belum pulih, adalah untuk pergi menemuinya. Dengan begitu Myungsoo akan lebih leluasa untuk mengawasi kekasihnya yang keras kepala itu.

10menit kemudian makanan mereka datang. Sooji dan Myungsoo makan dalam diam. Entah bagaimana, keduanya menyadari jika ada hal mendesak yang menunggu untuk diungkapkan. Myungsoo bisa merasakan jika ajakan makan siang Sooji kali ini bukan sekedar untuk makan.

Meaning Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang