I'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, 'cause I need you to see
That you are the reason
-The Reason-**
Mobil sport Ferrari itu melaju membelah jalanan New York yang tampak lengang. Senyum Steve merekah sesaat setelah memikirkan sejuta ide gila dikepalanya. Malam ini ia akan bertemu wanitanya untuk menandatangi kontrak perjanjian kerja. Ia sudah tidak sabar melihat wajah cantik gadisnya. Ia mempercepat laju mobilnya sambil sesekali bersiul. Katakanlah ia gila. Memang jika berkaitan dengan Debora maka ia akan menjadi seperti ini. Hanya dengan Debora.
30 menit berlalu sejak penantiannya dengan jantung yang luar biasa berdebar. Steve mulai mengontrol dirinya sendiri agar tidak terlalu terlihat excited. Ia memarkirkan mobil apiknya ke dalam basement apartment yang khusus dibuat di bawah tanah. Bukan berlebihan. Hanya pencegahan jika terjadi sesuatu mengingat Steve adalah agen terhebat MI5 walau identitasnya tidak diketahui. Sebenarnya Steve masih punya tempat rahasia yang lebih banyak dan lebih menakjubkan dari ini. Menjadi agen MI5 membuat lelaki itu berpikir dan bertindak bukan seperti manusia pada layaknya.
Pertemuannya dengan Debora memang masih 30 menit lagi. Steve memang ingin menyiapkan sesuatu untuk Debora. Ini jam makan malam, bukankah tidak sopan jika kita tidak menyiapkan hidangan makan malam kepada tamu kita? Terlebih dia adalah tamu special bagi Steve. Steve sudah membeli bahan makanan untuk malam ini. Rencananya ia akan membuat hidangan utama khas Italia yaitu, Tagliatelle con Asparagi & Aragosta. Pasta khas Italia yang disajikan bersama lobster. Steve tau Debora sangan suka seafood, untuk itu tidak susah memikirkan makanan apa yang akan ia hidangkan untuk Debora malam ini.
Bertepatan dengan sentuhan terakhir hidangan pastanya, bel apartmentnya berbunyi.
Bukankah aku sudah memberitahunya password apartmentku?
Steve lekas menuju intercom dan wajah cantik Debora terlihat dilayar intercomnya. Dia menekan tombol otomatis untuk membuka pintu apartmentnya.
"Aku pikir kau bukan orang yang mudah melupakan 4 digit angka."
Debora terperangah melihat penampilan Steve yang masih mengenakan celemek dan terlihat sedikit berantakan. Ini adalah hal langka untuk dilihat.
"Aku tidak suka masuk apartment orang asing dengan langsung menerobos masuk pintunya."
Hati Steve sedikit tercubit mendengar Debora mengatakan Steve adalah 'orang asing'.
"Lain kali langsung masuk saja agar aku tidak perlu repot-repot membukakan pintu untukmu."
"Lain kali? Bukankah aku tidak perlu ke apartmentmu lagi? Aku dikontrak untuk bekerja di MI5, bukan di apartmentmu."
Debora tampak mengernyit bingung karena tanggapan yang diberikan Steve malah tersenyum penuh arti kepadanya. Detik selanjutnya Steve malah membuat pergerakan aneh dengan terus mendekati Debora. Debora seperti dibius oleh tatapannya. Kenapa tatapan Steve selalu seperti ini? Seharusnya Debora tau bahwa pekerjaan ini beresiko. Bukan karena ia harus menjadi mata-mata atau target pembunuhan para penjahat. Tapi karena ia berada di tempat yang sama di mana Steve berada. Itu berarti frekuensi bertemu dengannya semakin banyak. Ia takut terjatuh lagi dengan pesona Steve. Bagaimana bisa ia lolos dari tatapan netra biru itu? Tatapan Steve berubah lembut seketika ia larut dalam pesona cantik gadis didepannya ini. Ia seperti menemukan kepingan puzzle yang hilang dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard Kill Me
RomanceWarning! Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan beberapa adegan kekerasan. Mohon kebijakan dari pembaca. ** "Kau sedang memikirkan apa sih?" Debora tersenyum canggung menanggapi pertanyaan Steve. "Permintaanku terlalu sulit ya? Kau akan mening...