When you've fighting for it all your life
You've been working every day and night
That’s how a superhero learns to fly
Every day, every hour, turn the pain into power
—Superheroes—
.
.
.Genap sebulan sudah umur pernikahan Debora dan Reev. Mereka tinggal bersama di sebuah rumah yang agak jauh dari keramaian. Ada jarak sekitar 500-1000 meter dari rumah lain di sekitar mereka. Rumah yang nyaman dan tidak terlalu megah.
Awalnya Debora sempat menolak ketika diajak tinggal satu atap dengan Reev. Tapi bukan Reev jika tidak bisa membujuk Debora dengan segala akal cerdiknya. Keseharian mereka tidak pernah absen dari keributan. Reev selalu berhasil membuat mood Debora naik turun layaknya roller-coaster. Debora sudah berusaha menghiraukan Reev, tapi entah dengan cara apapun Reev selalu berhasil merebut perhatian Debora. Tanpa disadari, mereka seperti mengulang keadaan saat 15 tahun lalu, sebelum kejadian mengerikan itu merampas kebahagiaan mereka berdua.
"Deb, sampai kapan kau akan tidur?"
Debora mengalah untuk membuka matanya saat mendengar suara berat itu tidak berhenti menggema ditelinganya sejak setengah jam yang lalu. Tapi beberapa detik kemudian ia kembali memejamkan matanya.
"Kenapa kau selalu seenaknya menerobos masuk ke kamarku? Kau tidak bekerja, huh?" tanya Debora dengan suara serak khas bangun tidur. Debora dan Reev memang tidak tidur di kamar yang sama. Debora yang memintanya, dan Reev menyetujuinya. Tapi Reev selalu tanpa permisi masuk ke kamar Debora. Pernah sekitar sepekan yang lalu Reev masuk kamar Debora saat Debora hampir saja melepaskan pakaiannya. Untungnya Reev masuk tepat saat Debora baru memegang ujung bawah kaosnya. Setelah kejadian itu Debora selalu mengingatkan dirinya sendiri untuk mengunci kamarnya. Tapi semuanya menjadi sia-sia saat tahu bahwa Reev juga punya kunci kamar Debora.
"Inikan akhir pekan." Reev mendekati ranjang Debora dan berjongkok sehingga wajahnya sejajar dengan wajah Debora.
"Kau kemarin tidak sempat makan malam, kan? Aku sudah membuatkan sarapan untukmu. Tapi karena ini sudah pukul 11 siang mungkin ini lebih pantas disebut makan siang."
Debora terduduk sambil masih memejamkan matanya. Ia membuka matanya penuh saat sadar ada seseorang yang mencoba merapikan dan mengikat rambutnya dari belakang.
"Rambutmu seperti singa setelah bangun tidur. Aku tidak tahan melihatnya." Debora mulai membiasakan diri untuk tidak terpancing emosi dengan ejekan Reev. Reev selalu seperti itu. Tindakannya selalu tidak sesuai dengan bicaranya. Jika ia bertindak sangat manis, nanti akhir-akhirnya Reev akan mengatakan kata-kata yang menjatuhkan harapannya.
"Kau memasak apa?" tanya Debora yang masih terduduk di ranjangnya.
"Sup salmon karelia. Akan kuhangatkan dulu, supnya sudah tidak hangat lagi karena kau tidak segera bangun."
Debora segera mengikuti Reev menuju meja makan minimalis dimana mereka berdua bisa duduk dengan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard Kill Me
RomanceWarning! Cerita ini mengandung kata-kata kasar dan beberapa adegan kekerasan. Mohon kebijakan dari pembaca. ** "Kau sedang memikirkan apa sih?" Debora tersenyum canggung menanggapi pertanyaan Steve. "Permintaanku terlalu sulit ya? Kau akan mening...