Twenty-one

5.9K 275 19
                                    

Sometimes it's hard, to follow your heart
But tears don't mean you're losing, everybody's bruising
There's nothing wrong with who you are
-Who You Are-
.
.
.
.

Debora merapatkan jaketnya sambil sesekali menggosokkan kedua telapak tangannya. Udara dingin mulai menusuk kulit putihnya yang tidak terlapisi kain. Asap mengepul keluar dari bibir ranumnya seiring dengan hembusan nafasnya. Debora sudah berulang kali melirik jam tangannya. Pukul 9.40 malam. Sudah lewat 40 menit waktu janjiannya dengan Reev. Debora menyesal mengetahui fakta bahwa rumahnya memang benar-benar jauh dari jalan raya sehingga sangat sulit menemui taksi di sini. Debora menimbang apakah ia harus menelepon ayahnya? Tapi ini sudah larut. Debora takut ia akan mengganggu waktu istirahat ayahnya.

Tiba-tiba mobil Porsche merah melintas dan berhenti tepat di depannya. Seseorang di dalam menurunkan kaca mobil dan terlihat wanita cantik di sana.

"Butuh tumpangan?" Wanita itu menundukkan sedikit kepalanya agar bisa melihat Debora. Debora sedikit mendekat lalu membungkukkan badannya sejajar dengan wajah lawan bicaranya.

"Apa aku bisa menumpang sampai jalan raya saja?"

"Sure," jawabnya menyetujui.

Debora lantas membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalam. Tangan gadis di sampingnya terulur untuk menyalakan pemanas udara setelah melihat Debora kedinginan.

"Kau tinggal di kawasan ini?" tanya gadis itu memecah keheningan.

"Bisa dibilang begitu. Kau juga tinggal di kawasan ini?" Debora menatap gadis disampingnya sambil berusaha menyembunyikan ekpresi kagum pada wajah cantik itu.

"Aku baru pindah di sini. Rumahku baru selesai di bangun 5 hari yang lalu. Siapa namamu?" gadis itu menoleh dengan wajah imutnya. Jika dilihat-lihat, mungkin gadis itu lebih muda di banding Debora. Entah hanya wajah imutnya yang menipu atau memang dia memang masih berumur sekitar 18 tahun.

"Debora," jawab Debora dengan sedikit senyuman hanya untuk memberi rasa kesopanan dan rasa terima kasih.

"Namaku Anna." kata gadis disamping Debora, Anna, yang masih setia menampilkan senyum manisnya. Debora mau tidak mau ikut tersenyum melihat Anna. Sepertinya senyuman Anna memang menular kepada orang-orang disekitarnya.

"Kau ingin kemana?" tanya Anna.

"Green Seattle. Kau bisa menurunkanku di mana saja asal ada taksi lewat jika arahnya berlawanan dengan tujuanmu."

Anna menggeleng. "Kebetulan sekali aku memang akan ke arah sana. Aku akan mengantarmu sampai tujuan saja."

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu," kata Debora jujur.

Anna hanya tersenyum lalu fokus dengan jalanan di depannya.

*
*
*

Mata Reev terpusat pada pintu yang berjarak 5 meter di depannya itu. Berharap seseorang membuka pintu dan menemukan wajah seseorang yang dirindukannya. Baru 15 menit yang lalu Debora mengiriminya pesan bahwa ia sedang dalam perjalanan. Reev tidak tahu apa yang membuat Debora datang terlambat dan tidak sesuai dengan waktu janjiannya. Apa Debora tidak begitu tertarik untuk bertemu dengannya? Reev berpikir mungkin hanya dia yang terlalu bersemangat. Reev juga merasa mungkin hanya Reev-lah yang merasakan rindu secara sepihak. Memikirkan itu membuat hati Reev sedikit terluka. Seharusnya Steve memang harus lebih mengendalikan rasa sukanya kepada Debora. Reev tidak seharusnya mengembak biakkan perasaannya begitu cepat. Jika begini nanti Reev yang akan selalu terluka. Tidak! Ini bukan salahnya. Ini salah Debora yang terlalu menarik. Sekali-kali gadisnya memang harus diberi pelajaran karena selalu berhasil membuat Reev menggila.

The Bastard Kill MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang