Beberapa bulan kemudian.
Mita melangkah masuk ke dalam rumah dengan menenteng sebuah plastik putih berlogo minimarket. Ia meletakkan kunci mobil di meja ruang tengah sebelum akhirnya menghempaskan bokongnya di sofa.
"nih kak es krimnya"
Millen meletakkan bantal sofa di sebelahnya kemudian mengambil plastik putih tersebut, "kok rasa vanilla sih Mit? Kan kakak pesen rasa coklat"
"rasa coklatnya abis kak, tinggal rasa vanilla. Ini yang buat Aksen juga aku beliin rasa strawberry"
"kalo emang nggak ada kenapa nggak telepon kakak dulu tadi"
"kan biasanya kalo nggak ada rasa coklat kakak bakalan beli yang vanilla"
Millen bangkit dari duduknya, "tapi kan sekarang lagi pengennya yang coklat" ia meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya
Mita hanya bisa memandang kepergian kakaknya dengan wajah melongo begitu juga dengan Annisa. Mereka merasa heran dengan sikap Millen yang mudah sekali marah hanya karena es krim. Biasanya juga tak seperti ini.
Saat ini Annisa dan Mita memang sedang menginap di rumah Millen menemani Millen dan juga Aksen yang sedang ditinggal keluar kota oleh Aby sejak empat hari yang lalu.
"kak Millen tuh kenapa sih, udah dibeliin malah ngambek" Mita mendumel kesal
Annisa mengelus rambut putri bungsunya. Ia sendiri juga bingung dengan sikap Millen beberapa hari ini yang selalu terlihat uring-uringan dan mudah sekali marah.
Apa mungkin ini semua disebabkan karena Millen yang merasa uring-uringan ditinggal dinas luar kota oleh Aby?
"nggak usah dianggap serius. Mungkin kakak kamu lagi kangen suaminya"
Setelah mengucapkan hal tersebut Annisa langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar Millen. Terlebih dulu ia mengetuk pintu kamar bercat coklat itu sebelum akhirnya terdengar sahutan dari dalam.
"kenapa Mah?"
Millen bertanya sambil dirinya yang sedang sibuk mengenakan mukena siap melaksanakan shalat Ashar.
"kamu mau shalat?"
"iya, udah adzan kan"
"kamu belum datang bulan Mil? Bukannya kamu kalo datang bulan barengan terus sama Mita dan sekarang Mita lagi datang bulan"
Mendengar apa yang diucapkan sang mamah membuat Millen diam sebentar. Ia berusaha mengingat-ngingat tanggal berapa sekarang. Tanggal lima belas. Annisa benar, biasanya ditanggal segini Millen sudah datang bulan tetapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda hal tersebut.
Apa mungkin--
"mungkin aku telat karena kecapekan. Yaudah aku shalat dulu mah"
Millen tidak ingin berpikir terlalu jauh dan berpikir bahwa dirinya hamil hanya karena belum datang bulan. Tidak, ia tidak ingin kecewa untuk yang kesekian kalinya karena Millen sendiri sudah terlalu sering merasakan hal tersebut.
Empat bulan yang lalu ia juga telat datang bulan, awalnya ia berpikir bahwa dirinya hamil tetapi yang terjadi ia telat datang bulan hanya karena kecapekan. Jadi bisa saja hal tersebut terulang kembali sekarang.
Meskipun begitu Annisa tidak yakin dengan jawaban putrinya. Ia merasa ada yang aneh dengan Millen. Mudah marah, terlihat lebih manja tiap kali berbicara di telepon dengan Aby dan telat datang bulan.
Belum lagi beberapa hari ini ia sering mendapati Millen yang terlihat mual dipagi hari. Tetapi tiap kali ditanya, putri sulungnya itu hanya mengatakan kalau ia masuk angin.
![](https://img.wattpad.com/cover/132831758-288-k389838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Love [Completed]
General FictionSemua terasa membingungkan bagi Milen. Aby yang setahun lalu meminta putus secara tiba-tiba datang bersama keluarganya untuk melamar Millen. Belum cukup sampai disitu, Millen pun merasa ada yang aneh saat melihat kedekatan antara Aby dan Aksen--anak...