"saya akhiri kelas hari ini, terimakasih"
Setelah selesai merapihkan buku-bukunya Millen langsung berjalan keluar kelas dengan tangan kanan yang menenteng tas hitam miliknya dan tangan kiri memegang beberapa buku bahan ajar.
Jari telunjuknya memencet tombol anak panah turun pada lift. Sambil menunggu lift datang Millen melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Pantas saja perutnya terasa keroncongan karena memang sudah waktunya makan siang.
Ting.
Bersamaan dengan datangnya lift terdengar deringan ponsel yang berasal dari dalam tas. Buru-buru Millen merogoh tas mencari benda pipih berwarna silver tersebut,
"Assalamualaikum. Iya mah?" ucapnya sambil melangkah masuk ke dalam lift diikuti beberapa mahasiswa lainnya
"Len, mama udah di rumah. Kamu nggak usah jemput di stasiun ya"
Millen mengerutkan dahi, "loh kok cepat banget. Bukannya mama bilang naik kereta yang siang"
"mama keabisan tiket jadi mama pilih kereta pagi"
"oh gitu.. yaudah deh, aku pulang sekarang. Ini juga udah selesai"
"kamu hati-hati ya. Assalamualaikum"
"iya mah. Walaikumsalam"
Millen memutuskan sambungan telepon kemudian memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas tepat ketika lift berhenti di lantai tiga.
Pintu lift yang terbuka langsung menampilkan sosok pria berkemeja dengan celana bahan hitam yang langsung tersenyum seraya menganggukkan kepalanya sebagai sapaan pada Millen.
Danu—teman seprofesi Millen yang juga seorang dosen di kampus tempat Millen mengajar. Millen dan Danu, dua orang dosen muda yang sudah banyak dikenal mahasiswa. Parasnya yang cantik dan tampan membuat banyak mahasiswa menjodoh-jodohkan mereka.
Tapi sayang, sedikit pun Millen tak menaruh hati pada Danu. Ia hanya menganggap Danu tak lebih dari rekan kerja dan teman biasa. Tanpa pernah mengetahui hal tersebut sangat bertolak belakang dengan Danu.
Melihat ada dua dosen muda yang menjadi dosen favorit di kampus membuat beberapa mahasiswa yang ada di dalam lift tersebut saling pandang dan senyam-senyum penuh arti.
Padahal nyatanya baik Millen dan Danu terlihat biasa-biasa saja hanya saja ada yang tak biasa dengan debaran jantung Danu.
Saat lift berhenti di lantai satu, Millen langsung melangkah keluar setelah pintu besi tersebut terbuka lebar. Ia berjalan menuju ruang dosen sambil sesekali melempar senyum pada mahasiswa yang menyapanya. Danu sendiri berjalan mengekori Millen di belakang.
Begitu di ruang dosen, Millen memasukkan beberapa buku yang tadi ia bawa ke dalam laci meja saat Jeny—teman sesama dosen datang menghampiri,
"Mil, makan nggak? biar sekalian pesen sama ibu kantin"
"nggak deh Jen. Gue langsung balik, nyokap udah balik dari Bandung soalnya"
Jeny mendecakkan lidah, "baru aja gue mau minta temenin shopping nanti"
Millen tersenyum, "lain kali ya. Kasian nyokap udah nungguin"
Setelahnya Millen menyambar tas kembali dan berjalan keluar ruangan dengan sebelumnya berpamitan pada beberapa dosen yang ada di sana. Millen terperanjat kaget saat membuka pintu ruangan dan langsung berhadapan dengan Danu yang ingin masuk ke dalam,
"Astagfirullah"
Danu tertawa, "kayak ngeliat hantu aja. Mau kemana bu Mil?"
"stop panggil saya bu Mil Pak Danu. Saya bukan ibu hamil"
![](https://img.wattpad.com/cover/132831758-288-k389838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Love [Completed]
Ficción GeneralSemua terasa membingungkan bagi Milen. Aby yang setahun lalu meminta putus secara tiba-tiba datang bersama keluarganya untuk melamar Millen. Belum cukup sampai disitu, Millen pun merasa ada yang aneh saat melihat kedekatan antara Aby dan Aksen--anak...