Annisa baru saja akan melangkah ke kamar mandi saat terdengar suara bel dari pintu rumahnya.
Ia menunggu sejenak berpikir kalau mbak Tini yang akan membukakan pintu. Namun beberapa lama ia menunggu masih saja terdengar suara bel yang terus berbunyi.
Wanita paruh baya itu pun menyambar kerudung langsungnya dan berjalan keluar kamar. Mungkin mbak Tini sedang mandi sehingga tidak membukakan pintu.
Ting tong.
"Assalamualaikum" terdengar seruan salam dari teras depan
"Walaikumsalam" jawab Annisa sambil membuka pintu
"hai Nis, kamu apa kabar?"
Wina tersenyum senang kemudian langsung memeluk Annisa. Sementara Annisa sendiri masih terkejut dengan segerombolan tamunya yang datang.
Setelahnya Annisa menyalami semua tamunya bergantian, "mbak Win mau ke rumah kok nggak bilang dulu"
"sengaja kok biar surpsise" mereka semua tertawa bersama
"yaudah yuk masuk-masuk"
Aby dan keluarga besarnya melangkah masuk menuju ruang tamu. Mereka sudah duduk di sofa sementara Annisa pergi ke dapur meminta mbak Tini membuatkan minuman untuk tamunya,
"sepi banget Nis. Millen sama Aksen kemana?" tanya Wina begitu Annisa kembali
Yap. Wina memang sudah mengetahui perihal Aksen--Aby yang menceritakan semuanya pada Wina. Namun sayang ia tak mengatakan kenyataan yang sejujurnya.
Ia hanya mengatakan kalau Aksen putra dari Bella--sahabat Millen yang telah meninggal dunia. Sedikit pun Aby tak mengungkapkan bahwa Aksen adalah anak kandungnya.
Aby masih belum siap jika harus membongkar semuanya sekarang. Ah tidak, sebenarnya sampai kapan pun juga Aby tidak akan siap mengungkapkan yang sejujurnya pada kedua orang tuanya.
Tetapi ia sendiri sadar cepat atau lambat ayah dan ibunya pasti mengetahui semuanya. Walaupun entah kapan tetapi Aby berharap tidak untuk saat ini.
Sebut saja Aby pengecut. Ya, ia memang pengecut. Bahkan ia mengakui hal tersebut. Pengecut dan brengsek. Menurutnya itulah sebutan yang tepat untuk dirinya.
Annisa tersenyum, "Millen lagi pergi ke rumah Jenny--temannya, sekalian ajak Aksen juga. Millen nggak bilang By sama kamu?"
Aby mengangkat wajah begitu Annisa bertanya padanya, "bilang kok Tan" jawabnya bohong
Mana mungkin Millen mengatakan hal tersebut pada Aby kalau nyatanya setelah putus mereka jarang sekali berbalas chat atau mungkin tak pernah.
"atau mungkin saya telepon dulu aja Millen-nya supaya cepet pulang"
"nggak usah Tante, nanti juga Millen pulang" cegah Aby
Bersamaan dengan itu mbak Tini datang dari arah dapur membawa nampan berisi beberapa gelas minuman dan beberapa toples makanan.
"ayo silahkan diminum" ucap Annisa
Hendra, Wina, Lita dan Andra mengambil gelas mereka kemudian menyeruput minumannya sedikit. Sementara Putra sibuk dengan putri kecilnya dan Aby sibuk dengan pikirannya sendiri,
"jadi ada maksud apa Aby dan keluarga datang ke sini?" Annisa tersenyum
Hendra meletakkan gelas dimeja, "jadi begini Nis, kita sama-sama tahu kalau selama ini Aby dan Millen menjalin hubungan. Dan hubungan mereka pun sudah berjalan dalam hitungan tahun"
"... nggak mungkin kalau selamanya Aby dan Millen hanya menjadi sepasang kekasih. Untuk itu saya di sini sebagai ayah dari Aby bermaksud ingin melamar putri kamu--Millen untuk putra saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Love [Completed]
Ficción GeneralSemua terasa membingungkan bagi Milen. Aby yang setahun lalu meminta putus secara tiba-tiba datang bersama keluarganya untuk melamar Millen. Belum cukup sampai disitu, Millen pun merasa ada yang aneh saat melihat kedekatan antara Aby dan Aksen--anak...