Ish nyebelin, katanya ke toilet cuma lima menit saja, tapi kenapa sudah lebih dari sepuluh menit Garel tidak kunjung menemuiku lagi?
Aku mengembungkan kedua pipiku seraya menopang dagu di antara kedua lutut. Dia lagi ngapain sih di toilet? Aku capek di tatap seperti anak kecil yang sedang kehilangan orang tuanya.
Aku jadi teringat kata-kata Hasta, Marsel, dan Aldan sewaktu aku menanyakan kepada mereka mengapa Zio sangat lama di toilet.
"Lo kayak nggak tau cowok aja Ra kalau lama-lama di toilet tandanya lagi ngapain."
Oh tidak!
Aku menggeleng cepat, mengenyahkan semua pikiran kotor dari kepalaku. Gara-gara mereka yang membawa virus kotor, aku jadi ikutan berpikir yang tidak-tidak.
Aku menepuk-nepuk kepalaku cukup kencang. "Lo masih polos, nggak boleh mikir macem-macem." gumamku kepada diriku sendiri
Aish, menyebalkan.
Andai saja ponselku tidak di sita papa, pasti sudah dari tadi aku menghubungi Garel.
"Dek, ngapain duduk di situ kayak anak hilang?"
Aku sangat kenal suara itu. Aku lantas mendongak dan terkejut melihat Abangku yang super jelek melebihi alien berdiri di hadapanku.
"Bang Ezra ngapain di sini?" tanyaku
"Lo yang ngapain di sini?"
"Ish, malah balik nanya." ucapku sebal. "Setau gue lo lagi main catur sama papa."
Bang Ezra memutar bola matanya. "Gue bosan main catur mulu. Papa selalu curang."
Aku berdecak. "Bukan papa yang curang, tapi emang lo-nya yang nggak bisa main."
"Gue tadi lagi nggak konsentrasi makanya kalah."
Pret!
"Gue tau lo kesini pasti gara-gara Garel tadi bilang mau ajak gue kesini kan? Huh, nggak kreatif banget sih!" sindirku
Bang Ezra berdecak. "Gue udah tau acara ini sebelum cowok lo ngasih tau."
"Halah, kipak!"
Bang Ezra memutar bola matanya. "Lo belum jawab pertanyaan gue, ngapain lo di depan toilet pria?"
Saat itu juga aku kembali teringat bahwa aku kehilangan Garel.
"Abaaangggg.." rengekku sambil merentangkan kedua tangannya
Bang Ezra mendekatiku bersama seorang perempuan yang tidak aku kenal.
"Ngapain sih lo?" Bang Ezra celingak-celinguk. "Garel mana?"
"Dia hilang." jawabku lesu
Bang Ezra menaikkan sebelah alisnya. "Dia yang kehilangan lo atau lo yang kehilangan dia?"
"Ermm.." Aku menggaruk tengkukku. "Dua-duanya."
"Gimana bisa lo kehilangan Garel?" tanya Bang Ezra
"Tadi Garel bilang mau ke toilet, yaudah dia pergi ke toilet dan gue masih nonton band Indie yang gue lupa namanya. Tapi pas selesai lagu ketiga, gue baru sadar kalau Garel nggak balik lagi." jelasku
"Terus?"
"Yaudah gue kesini dan gue tunggu Garel, tapi sampai sekarang dia nggak keluar. Gue takut dia kepeleset di dalam terus K.O."
Bang Ezra menatapku kasihan. "Kasihan banget sih, belum pacaran udah ditinggalin."
Langsung saja aku menendang kaki Bang Ezra dengan kesal. "Nyebelin, bukannya bantuin juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
Подростковая литература[Untuk pembaca usia 15 tahun ke atas] "Apa yang kamu lakukan, baik atau buruk, pasti akan mendapat balasan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti. Percayalah." Kalimat itu harus dipegang baik-baik oleh setiap manusia. Setiap perbuatan yang d...