Chapter 33 - Sangat pahit.

1K 41 4
                                    

“Dua wanitamu ada di sini. Cepat bebaskan mereka. Oh, jangan lupa bawa surat tanah. –papamu”

Persetan!

Aku berteriak kencang dan mencengkram ponselku. Bangsat, bangsat, bangsat! Dasar pria gila, sudah kubilang jangan melibatkan mama!

Dan apalagi sekarang? Jangan mentang-mentang aku sedang dekat dengan Azura, si bangsat itu juga menggunakan Azura sebagai umpan? Si brengsek itu juga membuat Azura masuk ke perangkapnya? Aku tertawa kencang. Pintar sekali dia menggunakan kelemahanku sebagai ancaman. Dasar kuno. Untuk apa, sialan?! UNTUK APA?!! UNTUK APA MEMBAWA AZURA?!! Azura tidak bersalah. Azura tidak tau apapun. Azura tidak ada hubungannya dengan permasalahan sialan ini!

Aku berdiri, aku harus membebaskan Azura dan mama. Aku harus mencari cara agar dua wanitaku tidak terluka.

“ARGH!!!” Aku memukul berkali-kali dinding dihadapanku.

Kling!

Aku memejamkan mata. Dahiku menyentuh dinding yang sedikit retak. Aku menelan ludahku susah payah.

“BANGSAT!!” Kupukul sekali lagi dinding di depanku.

Aku mengambil ponselku yang tergeletak di atas sofa dan membuka notifikasi WhatsApp masuk. Ternyata dari si brengsek itu lagi.

“Datang sendiri. Saya tunggu di sini. Cepat!”

Aku mendengus. “Oke, kalau itu mau lo.” gumamku

-0-

Dengan langkah lebar aku memasuki perkarangan perusahaan Evarado. Rasanya aku ingin tertawa melihat beberapa orang yang masih saja mau diperbudak olehnya. Rasanya aku ingin ludahin wajah sialannya. Rasanya aku ingin membakar perusahaan sialan ini agar si tua bangka itu jera.

Oh iya, dia kan iblis, mana bisa dia jera dan bertaubat. Dengan cara apapun, baik cara halus atau kasar, pria gila itu tidak akan pernah berubah. Aku menyesal pernah berpikiran untuk merubah sikapnya demi mama.

“Minggir.” ucapku saat dua orang menghadangiku masuk

“Anda siapa?”

Aku mendengus. “Bos gila lo nggak pernah bilang tentang anaknya?”

Dua orang itu saling beradu pandang sebelum akhirnya mempersilahkanku masuk. Sebenarnya aku jijik dan mau muntah mengakui bahwa aku adalah anak dari seorang bajingan seperti dia.

Aku langsung menuju meja resepsionis. “Mana bos gila lo?” tanyaku

Wanita itu menatapku sesaat sebelum akhirnya menelpon seseorang. Aku mendengus geli, pasti dia menelpon Evarado dengan mengatakan bahwa musuhnya sudah berada di dalam kandangnya.

Banci, bisanya main di kandang doang.

Wanita itu menutup telpon lalu berdiri. “Mari ikut saya.” ucapnya

Aku mengikuti wanita itu berjalan menuju ke salah satu tempat. Ketika sampai di satu ruangan, dia mempersilahkanku masuk. Aku langsung masuk ke dalam dan menemukan si bangsat itu tengah duduk sambil tersenyum lebar.

“Akhirnya kamu datang ke sini.” ucap Evarado sambil merentangkan kedua tangannya

Dia berdiri lalu berjalan ke arahku. “Sudah berapa lama kita nggak ketemu, anakku?” tanyanya

Aku mendengus geli.

“Mana mereka?” tanyaku

Evarado terkekeh. “Santai dulu dong, kita ngobrol sambil minum teh dulu. Kan udah lama nggak ketemu.”

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang