Garel’s POV
Tidak salah kan kalau aku merindukan Azura?
Sudah cukup lama aku tidak bertemu dengannya, mau mengirimi chat atau meneleponnya pun susah karena ponselnya masih disita. Aku sempat beberapa kali ingin berkunjung ke rumahnya, tapi saat itu juga selalu bentrok dengan jadwal kerjaku.
Yah, aku memutuskan untuk bekerja di bengkel pamannya Edo. Tentunya bukan sebagai pekerja tetap, melainkan pamannya Edo hanya menelponku dikala sedang banyak kendaraan yang rusak. Aku tidak tau hal apa yang membuat dia menjadikanku sebagai pekerja panggilan, tapi aku tidak keberatan sama kali. Toh aku juga masih di gaji.
Dan sekarang, aku meminta Bang Roni---pamannya Edo---untuk jangan menelponku hari ini karena aku sudah bertekad untuk menemui Azura.
Aku mengetuk pintu rumah Azura beberapa kali, namun tetap tidak ada yang membukakan pintu. Apa mereka sedang tidak ada di rumah?
“Iya tunggu sebentar.” teriak seseorang dari dalam rumah
Ah, ternyata ada orang.
Pintu itu terbuka dan menampilkan Ibunya Azura yang terlihat kaget saat melihatku. Aku tersenyum dan langsung menyalimi tangannya.
“Kamu Garel kan?” tanyanya memastikan
Aku mengangguk. “Iya, tante.”
“Ada perlu apa ke sini?” tanyanya
“Azuranya ada tante....?”
"Widya."
"Ah iya, tante Widya, Azura ada?" tanyaku sekali lagi
Tante Widya mengernyit. “Azura? Loh bukannya dari semalam dia sama kamu ya?”
Kini aku yang mengernyit. “Sama saya?”
Tante Widya mengangguk. “Semalam dia bilang kalau dia mau pergi ke rumah kamu, soalnya ada pesta berbeque, dan dia juga bilang mau nginep di rumah kamu.”
Loh, sejak kapan aku mengadakan pesta berbeque, di rumah pula? Dari kemarin pagi sampai malam aku sibuk di bengkel dan Bang Roni tidak mengizinkanku pulang sebelum pekerjaan selesai.
Apa Azura lagi berbohong ke keluarganya? Mungkin saja sebenarnya dia sedang main bersama teman-temannya. Tapi kenapa harus aku yang dijadikan alasan?
“Apa Azura bohong?” tanya tante Widya curiga
Aku membasahi bibirku. “Semalam saya emang mengadakan pesta berbeque di rumah sekalian ngerayain kelulusan, tante. Tapi tadi pagi Azura pamit pulang, saya pikir dia udah di rumah. Mungkin aja sekarang dia lagi main sama teman-temannya.” jelasku
“Ya ampun itu anak!” geram tante Widya. “Kalau mau main ya pulang dulu ke rumah, mandi dulu, ganti baju. Apa susahnya sih!”
“Azura mungkin lupa ngabarin tante.” ucapku
“Nggak, tante tau dia sengaja nggak mau kasih kabar biar nggak disuruh pulang.” Tante Widya berdecak sebal. “Gini nih kalau libur panjang dan diizinin main. Emang anak nggak tau diri.”
Aku hanya bisa meringis.
“Kalau kamu ketemu turunan si Barbie itu, suruh dia pulang.” ucap tante Widya
“Iya, tante.” Aku lalu menyalami tante Widya. “Saya pamit dulu.”
“Hati-hati ya.”
Aku mengangguk dan setelah itu berjalan ke motorku. Azura, kamu berhutang padaku! Kalau mau bohong, ya pintar dikit, seenggaknya kabari aku dulu. Duh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
أدب المراهقين[Untuk pembaca usia 15 tahun ke atas] "Apa yang kamu lakukan, baik atau buruk, pasti akan mendapat balasan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti. Percayalah." Kalimat itu harus dipegang baik-baik oleh setiap manusia. Setiap perbuatan yang d...