Chapter 11 - Jangan seperti itu.

1.6K 55 0
                                    

AZURA'S POV

Baru dua hari sejak aku di skors, tapi aku sudah merasa lelah di kamar terus-menerus, aku juga lapar karena sejak kemarin belum makan. Aku sedang tidak mood, semua itu kulakukan karena aku masih kesal dengan papa. Semenjak barang-barangku disita, aku merasa sudah tidak punya kehidupan lagi.

"Azura.."

Aku menoleh ke arah pintu kamar yang di kunci. Dari kemarin mama dan Bang Ezra terus mengetuk pintu kamarku, meminta aku membukakan pintu, tapi aku selalu menolaknya.

"Ada teman lo nih."

Aku mengernyit bingung, "Siapa?"

"Buka dulu pintunya."

"Ah bohong lo mah." Tentu saja aku tidak percaya begitu saja dengan abang

"Sumpah, ngapain gue bohong sama lo."

"Yaudah kasih tau siapa teman gue."

Tidak ada jawaban lagi dari abang. Tuh kan benar, dia bohong. Lagipula, ini masih jam sekolah, teman-temanku tidak mungkin ke sini.

"Ini gue yang datang, Garel."

Eh?

Aku menatap pintu kamar terkejut. Aku tidak salah dengar kan?

"Bisa buka pintunya nggak?" tanyanya

Aku mengerjap, "Ng-ngapain lo ke sini?"

"Buka dulu pintunya." ucapnya

Aku terdiam sejenak. Untuk apa Garel ke rumahku? Garel tidak sekolah?

"Azura." panggilnya

"I-iya.."

Aku turun dari kasur lalu membuka pintu kamarku, dan benar, Garel tengah berdiri di depan kamarku.

"Lo ngapain?" tanyaku masih terkejut

"Waktu gue atau mama yang ngetuk pintu, lo nggak mau buka. Giliran orang ini yang panggil, lo malah bukain. Cakep benar." sindir Bang Ezra yang berdiri di samping Garel

Aku hanya melirik abang sekilas lalu kembali menatap Garel.

"Lo ngapain di sini? Lo nggak sekolah? Terus tau darimana gue di rumah?" tanyaku beruntun

Garel terkekeh pelan, "Jalan yuk."

"Hah?" Aku menatap Garel terkejut

"Ayo jalan." ucapnya

"Udah sana jalan, daripada lo di rumah terus. Pusing gue dengar lo nangis." ucap Bang Ezra

Aku lantas menatap Bang Ezra, "Kalau papa tau gimana?"

"Ya kalian pulangnya sebelum orang-orang kantor balik kerja."

"Mama gimana?" tanyaku

"Mama biar gue yang handle."

Mataku menyipit, "Gue nggak percaya sama lo. Waktu gue main dan lo bilang lo mau handle papa sama mama, nyatanya? Lo nggak bisa pegang janji lo."

Bang Ezra memutar bola matanya. "Ya lo aja yang nggak tau diri. Main sampai tengah malam. Mau jadi cabe-cabean?"

Aku mencibir kesal. Sumpah, aku kesal sama abang.

"Udah sana pergi." ucap Bang Ezra

Aku menunjuk tepat di depan wajah abang. "Tapi kali ini lo beneran bisa handle?"

Abang menepis tanganku. "Iya elah, tenang aja."

Senyumku mengembang, lantas aku mengecup pipinya.

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang