Aku menggeram kesal saat seseorang menggoyang-goyangkan tubuhku dan memanggil namaku beberapa kali, mencoba membangunkan tidur cantikku. Aku ingin mengabaikannya dan kembali ke alam mimpi, namun dia semakin menyebalkan dengan menarik-narik selimut yang melilit tubuhku. Aku lantas membalik badan, ah ternyata si Abang jelek.
“Apa sih? Ganggu orang lagi tidur aja!” gerutuku
“Siapa suruh tidur sore-sore.” Bang Ezra menyentil keningku. “Noh ada pangeran lo lagi nunggu di ruang tengah.”
Aku mengernyit lalu duduk. “Siapa?” tanyaku
“Garel.”
Kerutan di dahiku semakin dalam. Mau ngapain dia ke sini?
Aku langsung loncat dari kasur lalu berlari menuruni tangga untuk menemui Garel. Saat di ruang tengah, langkahku berhenti saat beradu pandang dengan mata yang sudah lama tidak aku lihat.
“Buruan sana mandi terus ganti baju yang rapi. Jangan malu-maluin gue.” Bang Ezra tau-tau datang dan langsung mendorongku ke kamar mandi
Garel hanya tersenyum simpul lalu mengangguk, mengisyaratkanku untuk mandi. Sebelum masuk ke kamar mandi, aku sempat mendelik sebal ke Bang Ezra yang dibalas dengan menyentil keningku.
Setelah mandi, aku memakai pakaian yang sedikit rapi. Aku menangkap kata rapi adalah aku dilarang memakai pakaian yang membuat Garel malu jalan bersamaku. Jadi karena kebetulan mama masih belum pulang dari kampung, aku memutuskan untuk memakai kaus abu-abu dan mini skirt warna pink. Haha.
Sesekali tidak apa-apalah aku memamerkan betis kecilku.
Setelah mengambil sling bag, aku kembali ke ruang tengah dan duduk diantara Bang Ezra dan Garel yang tengah mengobrol.
“Ada apa sih ini? Ngapain gue disuruh rapi? Emang mau pergi ya? Kemana?” tanyaku beruntun
Bukannya menjawab, Garel justru berdiri dan menarik tanganku, sehingga mau tidak mau aku juga berdiri.
“Kita pamit dulu kak.” ucap Garel
Bang Ezra berdiri lalu mengangguk. “Hati-hati ya.”
Garel menarikku keluar rumah dan berjalan menuju motornya yang terparkir di halaman depan rumahku.
“Kita mau ngapain sih? Mau pergi? Kemana?” tanyaku
Garel naik ke motornya lalu menyerahkan satu helm kepadaku. “Naik aja, nanti lo juga tau.”
Aku menerima helm yang dia berikan lalu memakainya. Setelah itu naik ke motornya dengan sedikit ribet. Garel lalu mulai melajukan motornya membawaku entah kemana.
Ugh, sepertinya aku memang tidak ditakdirkan memamerkan kakiku yang seperti lidi.
-0-
Aku turun dari motor Garel dan mengamati sekelilingku. Banyak pohon-pohon rindang yang berdiri di sisi lapangan. Meskipun tempat ini sangat sejuk, tapi hanya ada dua orang---cewek dan cowok---yang ada di tempat ini. Yang cowok sedang bermain basket, sementara yang cewek tengah duduk di tangga sambil memerhatikan si cowok.
“Loh kok kita ke sini?” tanyaku heran
“Udah lo ikut aja.” ucap Garel sambil menarik tanganku
Aku di bawa Garel ke arah lapangan lalu menaiki tangga yang juga dijadikan tempat untuk duduk. Saat sampai di atas, kupikir tidak ada jalan lain, ternyata masih ada lapangan. Namun bedanya di sisi lapangan tidak ada pohon, melainkan terdapat beberapa bangku panjang. Garel membawaku ke salah satu bangku.
“Kita mau ngapain sih di sini?” tanyaku ketika kita sudah duduk
Garel tiba-tiba merebahkan tubuhnya di atas bangku. “Ngeliatin langit.” jawabnya sambil menatap lurus ke langit
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
Teen Fiction[Untuk pembaca usia 15 tahun ke atas] "Apa yang kamu lakukan, baik atau buruk, pasti akan mendapat balasan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti. Percayalah." Kalimat itu harus dipegang baik-baik oleh setiap manusia. Setiap perbuatan yang d...