Chapter 24 - Ini memang konyol.

1.1K 38 2
                                    

Azura's POV

Ketika Ujian Nasional sudah berakhir, aku merasa seperti berada di alam bebas, sangat melegakan. Aku tidak terlalu berharap nilaiku tinggi, mengingat betapa sulitnya soal-soal UN, dan aku juga sudah yakin cepat atau lambat papa akan memasukkanku ke universitas swasta. Aku tidak mempermasalahkan itu, swasta atau negeri bagiku sama saja.

"Wei, lo nggak mau apa dapat tanda tangan Barbie paling cantik?" tanyaku pada Alodie

Alodie memutar bola matanya. "Paling cantik seplanet pluto."

Aku melebarkan senyumku. Aku mengambil spidol yang Alodie pegang lalu menandatangani seragamnya dan menuliskan beberapa kata spesial yang sudah aku siapkan.

Banyak yang bilang lebih baik seragam sekolah di kasih oleh orang yang membutuhkan, tapi ada juga yang bilang tidak apa-apa coret-coret seragam karena itu akan menjadi kenang-kenangan sewaktu sudah kerja bahkan punya anak. Dan kami yang datang ke tempat yang jauh dari area sekolah memilih mengikuti opsi yang kedua. Haha.

Pihak sekolah memang melarang kami melakukan coret-coret apalagi konvoi, bahkan tadi pagi kami sempat main kucing-kucingan dengan pihak sekolah untuk menyembunyikan seragam ganti, spidol, dan pilox karena pasti pihak sekolah menggeledah tas kami sewaktu kami berada di ruang ujian. Dan benar saja, sewaktu ujian selesai dan kami balik ke kelas, tas kami berubah posisi.

"Gantian." Aku menyerahkan spidol ke Alodie, memintanya untuk menandatangani seragamku

Alodie berdiri di belakangku dan menuliskan sesuatu di kerah belakangku. Sambil menunggunya selesai, aku tersenyum menatap teman-teman seangkatanku yang sedang coret-coret seragam menggunakan spidol atau pilox. Ah rasanya baru kemarin kami jadi anak baru dan dimarahi oleh senior sewaktu MOS, tapi sekarang kami akan menghadapi dunia yang sesungguhnya.

Aku berharap mereka tidak akan pernah melupakan teman seperjuangan. Aku harap mereka tidak melupakanku.

Pandanganku beralih ke Aldan, Hasta, Zio, dan Marsel yang asyik bercanda dengan cowok-cowok yang lain. Aku menuruti perkataan Garel untuk menunggu sampai keadaan membaik, tapi saat dirasa mereka sudah tidak emosi lagi aku mencoba mendekati mereka, tapi kenyataannya mereka masih menjauhiku.

Aku harus pakai cara apalagi?

"Lo udah minta tanda tangan sama mereka?" tanya Alodie tiba-tiba

Aku menoleh ke belakang lalu menggeleng pelan. "Jangankan minta tanda tangan, dimaafin aja belum." ucapku lesu

"Kasian banget sih hidup lo."

Aku cemberut. "Bantuin gue dong. Katanya lo mau bantuin gue?"

"Bantuin apaan?"

Aku memutar tubuhku menjadi menghadap Alodie. "Suruh mereka maafin gue. Masa udah lulus masih marahan sih. Liburan gue nanti nggak seru kalau nggak ada mereka." jelasku

"Kan ada gue." ucap Alodie

"Lo kan nanti mau ke Bali bareng pacar tercinta lo."

"Lo bisa ikut."

Aku menggeleng cepat. "Yang ada nanti gue berubah jadi kutu karena kelamaan nggak di anggap."

Alodie tergelak.

"Kalian kan udah lama nggak ketemu, pasti nanti di sana sayang-sayangan." Aku bergidik membayangkan Alodie dan pacarnya mesra-mesraan. "Dih, lebih baik gue liat Ji Chang Wook sama Yoona kisseu daripada liat kemesraan kalian."

Alodie menoyor kepalaku. Aku cemberut. "Yaudah gue bantuin lo." ucapnya

Alodie berjalan mendekati keempat kurcaci itu. Aku masih berdiri di tempatku, melihat Alodie yang sedang berbicara serius dengan mereka, sesekali mereka protes terhadap apa yang dibicarakan Alodie. Aku meremas tanganku, apa Alodie mampu membuat mereka memaafkanku?

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang