Sepertinya sehabis dari sini aku harus ke dokter untuk mengecek kondisi paru-paruku. Tidak ada sudut yang tidak terkena asap rokok. Bisa mati lama-lama berada di satu ruangan yang isinya perokok semua.
Aku menatap kasihan om-om yang duduk melingkar yang tertawa lepas sambil menaruh kartu-kartu judinya di atas meja, juga para perempuan yang duduk manis disebelah mereka. Aku tau mereka melakukan semua ini hanya untuk kesenangan duniawi saja, hanya untuk memenuhi keegoisan mereka, dan hanya untuk memenuhi keserakahan mereka.
Hidup memang terlalu kejam. Aku bersyukur hidup di lingkungan yang baik-baik.
"Nama lo siapa?"
Aku menoleh menatap Rani yang duduk disebelahku. "Mawar." jawabku
Rani mendengus. "Nama samaran?" tebaknya tanpa melihatku
"Itu nama asli gue." ucapku bohong
"Tapi kok gue merasa familiar sama suara lo." ucap Rani sambil menoleh menatapku. Aku menelan ludahku susah payah. "Suara lo itu.. kayak seseorang yang gue kenal."
Entah aku harus merasa tersanjung atau justru ketakutan. Ternyata selama ini si cabe giling mengingat suaraku. Ouch, so sweet!
"Perasaan lo doang kali." ucapku
Mata Rani menyipit. "Tapi kali ini gue yakin kalau lo itu adalah orang yang gue kenal."
Aku menatap lurus ke depan. "Banyak orang yang suaranya kayak gue. Jadi lo nggak perlu curiga."
Dari sudut mataku, Rani masih tetap menatapku curiga.
"Gue penasaran sama wajah dibalik topeng lo itu." ucap Rani
Lagi, aku menelan ludahku susah payah. "Jangan penasaran, nanti lo kaget sama wajah gue."
Rani mendengus. "Seberapa cantik sih lo? Apa kecantikan lo mengalahkan gue?"
Ouch! "Tentu aja. Wajah lo nggak ada apa-apanya. Gue itu cantiknya 11-12 sama Miss Universe." ucapku berbangga diri
Rani menyeringai. "Kayaknya gue harus cari tau wajah dan nama asli lo."
Aku menatapnya. "Nggak perlu repot-repot. Nggak ada untungnya juga buat lo."
Rani mengedikkan bahunya. "Gue cuma pengen menghilangkan rasa penasaran gue."
Aku tersenyum tipis. "Daripada lo susah payah cari tau identitas gue, lebih baik lo urus diri lo sendiri. Gue yakin diri lo juga belum tentu benar."
"Jangan sok tau!"
Aku hanya mengedikkan bahu tak acuh. Tidak di sekolah, tidak di sini, si cabe giling sialan ini selalu menguji emosiku.
"Gue ada rencana bagus kalau sampai gue tau identitas asli lo." ucap Rani tiba-tiba
Aku menoleh kaget. Kulihat senyumnya mengembang sempurna. Wah, tidak boleh, aku tidak bisa membiarkan Rani mencari tau identitasku.
"Terserah lo mau ngomong apa, tapi gue jamin lo nggak akan pernah tau siapa gue." ucapku
"Perkataan yang menarik."
Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada. Aku harus mengalihkan pembicaraan. "Pria yang tadi sama lo, dia siapa? Dan apa hubungan lo sama pria itu?" tanyaku
"Kenapa? Lo mau sama dia?"
Aku mendengus. "Stok cowok yang sebaya sama gue masih banyak, jadi kenapa gue harus sama om-om oncom itu?"
"Terus kenapa lo tanya?" tanya Rani
Aku mengedikkan bahu. "Cuma penasaran aja."
"Kalau lo penasaran, silahkan cari tau sendiri." jawab Rani
![](https://img.wattpad.com/cover/132473794-288-k221335.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
Ficção Adolescente[Untuk pembaca usia 15 tahun ke atas] "Apa yang kamu lakukan, baik atau buruk, pasti akan mendapat balasan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti. Percayalah." Kalimat itu harus dipegang baik-baik oleh setiap manusia. Setiap perbuatan yang d...