05 - Second Chance

1.6K 277 31
                                    

Jinyoung dan Nancy terlihat sedang bercanda di taman depan dorm mereka. Dorm laki-laki dan perempuan terpisah dan posisinya saling berhadapan. Tidak hanya mereka berdua, banyak mahasiswa yang sedang bersantai disana atau sendirian mengerjakan tugas di gazebo yang disediakan.

Jinyoung sedang mencoba merebut kunci dormnya yang berbentuk kartu itu dari tangan Nancy. Jika tanpa kunci, dia tidak bisa masuk. Mereka bercanda sampai Jinyoung memiliki ide untuk membawa Nancy ke dekat air mancur yang berada di tengah taman.

"Kesabaran gue udah abis ya, gue tenggelemin di air mancur nih!" ucapnya seranya mengangkat Nancy dan berjalan ke sana. Nancy terus berontak, namun Jinyoung tetap gigih menggendongnya. Sampai satu suara mengganggu kebersamaan mereka.

"Jinyoung! Nancy!" panggil Daniel dan berjalan ke arah mereka, diikuti Jihoon yang malas melihat mereka. Saat Jinyoung menyadari jika ada Jihoon disitu, secara refleks dia langsung menurunkan nancy.

"Kalian ngapain?" tanya Daniel sambil tersenyum lebar.

Nancy dan Jinyoung saling berhadapan kemudian Jinyoung menjawab, "Main-main aja kok. Kalian?"

"Habis ke toko buku, nganter nih maba." Ucapnya tersenyum lebar dan mengacak rambut Jihoon pelan. Jihoon hanya mendecih sebal.

"Kalian satu roomate kan?" tanya Daniel pada mereka berdua, yang dibalas anggukan canggung oleh Jihoon.

Sedangkan Nancy hanya memandang penuh tanya. Merasa sangat canggung, Jihoon kemudian berpamit duluan ke kamarnya. Tak berapa lama disusul Daniel dan Jinyoung yang juga membubarkan diri.

"Gue gak suka lo jalan sama Daniel." Ucap Jinyoung tanpa basa basi sesampainya mereka di kamar.

"Emang lo siapa ngelarang-larang gue." Jawabnya santai sambil melepas jaketnya dan menggantungnya di hook. "Urusin aja si Nancy."

"Gue ga ada apa-apa sama dia. dia tuh Cuma sa-"

"Gue ga butuh penjelasan lo Young. End of discussion. Gue capek." Ucapnya dan berjalan ke kamar mandi untuk berganti piyama.

Jinyoung menunggu Jihoon untuk selesai berganti pakaian. Saat pintu toilet terbuka, Jinyoung langsung membawa Jihoon di hadapannya. Kedua bahu Jihoon dipegangnya kuat-kuat agar dia tidak bisa kemana-mana.

"Harus berapa kali gue minta maaf? Harus berapa kali gue bilang gue menyesal? Harus berapa kali gue bilang gue masih cinta sama lo?" ditatapnya Jihoon lekat, sampai Jihoon tidak kuat dan memalingkan wajahnya.

"Sampai kapan lo ngerti gimana sakitnya perasaan gue yang dulu Cuma jadi bahan taruhan lo sama temen-temen berandalan lo? Udah puas mainin gue, bikin gue jatuh ke pesona casanova kaya lo, trus lo tinggalin gitu aja?"

"I was about to tell you the truth."

"No you won't. Lo terlalu nyaman dengan permainan busuk lo."

"Aku bisa buktiin kalau aku beneran masih—"

Jihoon yang udah ga kuat, pengen pergi dari kamar mereka tapi pas dia mau raih gagang pintu, tangannya di tarik dan dia langsung nabrak dada Jinyoung, dia pun pegang pinggang Jihoon kuat, posisinya deket banget sampai Jihoon bisa ngerasain nafas Jinyoung di wajahnya.

"Gue udah berubah, Hoon. Gue ga berandalan lagi. Tapi hati gue buat lo, ga pernah berubah." Ucapnya tanpa memutus kontak mata dari Jihoon.

Jihoon menemukan arti ketulusan dari sorot matanya, dan perlahan Jihoon luluh namun tetap pada pendiriannya. Saat mulai tenggelam dalam tatapan indah Jinyoung, Jihoon menepis pikirannya dan berkata, "Proof it." Kemudian menepis Jinyoung kasar dan pergi keluar kamar.

Room(h)ates // DeepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang