Matanya beralih, yang semula menatap galaksi indah di mata Jihoon menjadi turun kebawah untuk menatap belah kemerahan itu. Jihoon juga mematung, tidak sanggup untuk bergerak barang seinchi. Dan seperti menyambut kedatangannya, Jihoon menutup matanya.
Tak berapa lama kedua bibir mereka bersatu. Disaksikan oleh ribuan bintang yang tersebar di langit malam.
Ciuman itu terlepas, hanya sebatas menempelkan kedua bibir mereka sepersekian detik. Namun saat kedua kepala itu saling menjauh, mata mereka berkata lain. Maka, keduanya kembali menyatukan bibir mereka.
Jantung mereka berdebar tak karuan, keduanya sama-sama gugup dan tidak tahu apa yang terjadi namun sama-sama ingin. Pertama kali berciuman di alam bebas dengan disaksikan ribuan bintang memberikan sensasi yang luar biasa. Lebih, mereka tidak peduli dengan status mereka yang juga masih abu-abu.
Jemari Jinyoung bergerak pelan menyusuri pipi halus Jihoon. Sedangkan Jihoon, tangan kiri ia gunakan untuk menopang tubuhnya dengan tangan kanan meremas rambut Jinyoung pelan. Bibir Jinyoung terus bergerak mendominasi permainan, dan sesekali menyesap bibir bawah Jihoon pelan.
Keduanya melepas saat masing-masing kehabisan oksigen. Dengan kedua dahi yang masih bersatu, keduanya sama-sama merasakan napas masing-masing yang masih memburu. Jemari Jihoon yang bertengger di leher jenjang Jinyoung tanpa sadar bergerak naik turun, membuat bulu kuduk Jinyoung berdiri.
"A-ayo." Ucap Jinyoung yang masih terbata.
"Hm?" tanya Jihoon, menjauhkan kepalanya agar bisa melihat Jinyoung.
"Ayo kita jalin hubungan ini lagi, kita mulai dari awal lagi. Jadi milikku lagi." Ucapnya dengan suara serak. Mungkin karena angin pagi. Ya, fajar sepertinya akan datang.
Jihoon terkekeh, pipinya bersemu kemerahan dan juga menahan gejolak euforia di dalam dirinya. Ini, yang selama ini dia inginkan.
"Bego!" ucapnya. "Kenapa baru sekarang?"
Pertanyaan Jihoon membuat tanda tanya besar untuk Jinyoung. masih belum paham artinya, diapun bertanya, "Jadi artinya?"
"Menurutmu?" ucap Jihoon, sambil menganggukkan kepalanya.
Dan mereka kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini dengan status mereka yang sudah jelas dan tidak abu-abu lagi.
--
Mereka pulang saat ayam mulai berkokok, pertanda fajar menyingsing. Segera berjalan menuruni kebun teh sebelum warga berdatangan memulai pekerjaan mereka. Mereka berjalan dengan kedua tangan mereka bersatu, dengan Jinyoung membawa tikar dan Jihoon membawa sisa makanan mereka.
Sesampainya di rumah, kakek dan nenek Jinyoung masih tertidur pulas. Terlihat dari lampu rumah yang masih gelap. Mereka mengendap melalui halaman samping, membuka jendela kamar Jinyoung dan menyusup ke sana. Mereka memang tidak berpamitan untuk pergi di pagi buta karena Jinyoung pasti tidak mendapatkan izin.
Setelah melepas jaket, Jihoon langsung saja merebahkan tubuhnya di kasur milik Jinyoung. Disusul dengan Jinyoung, yang juga melakukan hal yang sama. Tidak berapa lama Jihoon bangkit, berniat untuk istirahat di kamarnya, kamar tamu. Namun belum juga berjalan, Jinyoung menahan lengan Jihoon dan bertanya, "Kemana?"
"Tidur. Ngantuk." Ucapnya sambil menunjuk arah pintu.
"Tidur sini aja. Ya? Ya? Ya?" pinta Jinyoung sambil menepuk bagian kasur yang kosong di sampingnya.
"Cih, ogah! Nggak tidur ntar." Jawabnya.
"Tidur beneran! Janji!" ucap Jinyoung. Jihoon terkekeh pelan dengan tingkah manja Jinyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room(h)ates // Deepwink
Fanfiction[Completed] Kalau jodoh emang ga kemana. ... .. . Deepwink college! AU Warn: bxb, yaoi, deepwink ... .. . [Highest rank #1 in winkdeep] [Highest rank #3 in deepwink] ... .. . © Bumblebaenim 2018