1

9.1K 467 23
                                    

Budayakan sebelum membaca vote dulu baru coment:) Syukron katsiran😊







🌹🌹🌹

Orang lain berhak untuk berubah. Tugas kita bukan menghakimi. Namun berubahlah lebih baik untuk diri sendiri.
-Nita







❤❤❤❤

Bagaimana tidak risi dengan penglihatan orang-orang terhadapnya. Setiap dia berjalan pasti saja ada orang-orang membicarakannya.

Ya, gadis bergamis biru yang sedang berjalan menuju suatu tempat. Namun, Entah apa yang dibicarakan mereka, dia tidak menghiraukannya.

Harusnya sekarang dia sangat kesal dan ingin marah namun dia tidak mau seperti itu. Hanya sabar dan tawakal kuncinya.

Akhirnya dia sampai pada tempat tujuannya. Ya, sekarang dia berdiri di sebuah gedung besar.

Dengan langkah pelan dia berjalan masuk ke dalam gedung besar itu sambil membawa sebuah map

"Maaf, Mbak Meira, lamaran Mbak dari kemarin tidak ada satupun yang memenuhi syarat." gadis bernama Meira itu terdiam, padahal dia memilih bekerja setelah lulus SMA. Namun, perusahaan selalu saja menolak lulusan SMA.

Mungkin kondisi keluarganya yang sekarang sangat memprihatinkan. Sedangkan dia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sudah haknya untuk membantu keluarganya dalam masalah perekonomian.

"Mbak.?" Meira terkejut dan menatap pekerja wanita dihadapannya itu.

Dia tersenyum sambil mengangguk. pegawai itu memberi berkas lamaran Meira, tanpa ragu Meira memasukan berkas lamarannya yang ke dalam map.

Setelah semua nya selesai, dia akhirnya keluar dari perusahan. Masih dengan pikiran yang berkecamuk.

Meira berjalan pelan sambil memikirkan caranya agar dia mendapat pekerjaan dengan cepat.

BRUKK...

Bagi Meira ini sial, mengapa dia harus menabrak seseorang disaat suasana hatinya tidak baik.

"Maaf, saya tidak sengaja." Mendengar itu Meira tau bahwa suara itu adalah suara pria. Dengan cepat, Meira bangkit tanpa menerima uluran tangan orang yang menabraknya.

"Permisi." Meira pergi terburu-buru sambil menggenggam map yang dia bawa. Tanpa menghiraukan orang yang sudah menabraknya tadi.

🌹🌹🌹🌹

Sudah beberapa minggu Meira tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali, akan tetapi dia tidak menyerah.

Namun, Meira memikirkan bagaimana bisa dia terus menjadi bahan penglihatan orang-orang. Ada apa dengan dirinya? Apakah Meira berpakaian tidak baik? Atau apa?

Setiap kali dia menginjak kakinya ke suatu tempat pasti ada saja yang melihat dirinya dengan tatapan yang sulit untuk Meira definisikan.

"Aku butuh ketenangan" gumam Meira bangkit dari tempat duduk halte.

Namun, di sisi lain dia bertemu Nita sahabat SMAnya. Nita adalah orang yang pertama kali memberikan semangat dalam hidup Meira dan perubahan Meira saat ini karena Nita.

Dia teringat perkataan Nita.
"Orang lain berhak untuk berubah mei. Tugas kita bukan menghakimi namun berubahlah lebih baik untuk diri sendiri."

"YaAllah itu kamu mei, apakabar?" Nita terkejut ketika melihat Meira duduk di halte sendirian.

Dia membuka mobilnya dan berjalan menghampiri Meira.

"Alhamdulillah bikhoir Nit, kamu sendiri bagaimana?" Meira tidak menyangka bisa bertemu Nita di jalanan padahal dia belum siap.

"Bentar, kita ngobrolnya di mobilku aja ya," ingin menolak. Namun, Nita terlebih dahulu meraih tangan Meira untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Aku bikhoir juga Mei, gimana pekerjaan kamu Mei sudah dapat yang pas?" Meira menggeleng pelan dan tersenyum, melihat temannya belum dapat pekerjaan membuat Nita turut bersedih.

"Udah jangan dipikirin, nanti juga kalau rezeki tidak akan kemana ko." Meira menyakinkan Nita supaya wajah cantik Nita tidak sedih, dia ingin Nita bahagia dan tidak mau bersedih karena Meira.

"Hm iya deh. Nanti aku bantuin kamu ko cari kerja."

"Engg-"

"Gak usah kaya gitu Mei, kaya aku itu siapa kamu saja." Meira tidak bisa apa-apa, Nita itu selalu memaksa dan Meira selalu menyerah ketika Nita menguasai pembicaraan.

Nita memberi kartu pengenalnya kepada Meira. Meira kebingungan dan tidak tahu maksudnya apa.

"Apa ini Nit?"

"Itu kartu pengenal aku, kalau kamu kangen aku, langsung ke alamat ini saja ya." Meira tersenyum kepada Nita.

"Iya, kalau aku ada waktu." Sambil mencubit pipi Nita yang masih cuby dan itu membuat Nita cemberut

"Ih Mei masih ga berubah ya."

🌹🌹🌹🌹


Setelah pembicaraan mereka di mobil. Nita mengantar pulang Meira. Namun, Meira meminta Nita untuk memberhentikannya di tengah jalan.

"Ini kan bukan rumah kamu, sebentar lagi mau sampai." Nita melihat Meira siap-siap untuk turun dan merapihkan berkasnya di kursi.

"Aku ada urusan dulu Nit. Jazzakillah khoyr ya Nit." Meira membuka pintu mobil dan keluar, dia melambaikan tangannya ketika mobil Nita menjauh.

Sebenarnya, Meira berkunjung ke rumah neneknya sebentar, karena memang sedikit jauh dari rumahnya dia tidak akan melupakan neneknya begitu saja.

Hari ternyata sudah sore, sebentar lagi magrib, dia harus segera cepat-cepat kerumah neneknya.

Akan tetapi, cobaan datang begitu saja. Tanpa disadari, Meira diikuti oleh segerombolan pria nakal.

Dengan hati was-was dia segera berjalan agak cepat kemudian berlari ketika melihat orang-orang itu semakin cepat ke arah Meira.

DUG...

Meira tersandung, kakinya terluka sedikit. Namun, dia kemudian berdiri dengan kaki yang agak kesakitan.

Namun, karena sakit Meira tidak menyimbangi langkahnya dan hampir terjatuh jika saja dia tidak di pegang oleh tangan seseorang.

Meira menoleh karena ke arah orang yang menolongnya itu. Dan terkejut, dia mendorong laki-laki itu sambil menunduk.

Entah sejak kapan tubuh Meira bergetar hebat. Rasanya air matanya ingin jatuh karena tidak bisa dibendung lagi.

" Tenang, saya tidak macam-macam." Meira menjauhi dirinya dan untungnya segerombolan laki-laki itu pergi karena melihat mereka berdua.

Meira hampir menangis karena tubuhnya gemetaran. Melihat Meira begitu. Pria itu mendekati Meira supaya tidak terjadi kesalahpahaman.

Namun, Meira menghentikan langkah pria itu dengan memberi jarak. Kemudian, Meira berpaling dan melanjutkan langkahnya sambil memeluk erat tubuhnya.

Syukron untuk yang sudah baca:) semoga suka dengan ceritaku:)

MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang