18

3.7K 188 0
                                    

Aku sanggup ketika kamu berubah sikap kepadaku. Namun, rasanya aku tidak sanggup ketika aku harus menjauhimu atau melupakanmu. -Meira


🌾🌾🌾🌾


Meira ikut serta dalam menguburkan jenazah nenek. Tangisan terdengar dimana-mana. Terutama, tangisan bunda dan kedua anaknya sangat jelas terdengar oleh Meira. Meskipun tangisan Fadil dan Fatah tak terlihat. Tetapi, dia bisa merasakan bahwa mereka berdua menangis dalam diam.

Setelah penguburan dan acara membaca do'a selesai. Orang-orang yang berkumpul di makam perlahan mulai pergi.

Tidak untuk bunda, Fadil, dan Fatah. Mereka masih diam di makam, Meira ikut menemani mereka. Dia berdiri di samping bunda yang masih duduk di dekat batu nisan nenek.

Bunda tidak bergerak sama sekali. Menatap batu nisan nenek dengan tatapan kosong. Fadil dan Fatah berdiri di belakang mereka.

Fatah menatap punggung Meira dari belakang dan menunduk sedih.
Sudah saatnya dia akan berpisah dengan Meira.

Masa kerja Meira sudah selesai. Fatah ingin menepuk pundak Meira untuk memberitahu tentang masa pekerjaan Meira.

Namun, tiba-tiba bunda jatuh pingsan lagi di dekat kuburan nenek.
Semuanya panik, terutama Fadil dan Fatah, mereka cepat-cepat mendekati bunda. Lalu, Fadil mengangkat bunda dan mereka menuju ke rumah sakit.

❤❤❤❤

"Bunda hanya kelelahan saja. Darahnya rendah. Untuk saat ini bunda jangan melakukan pekerjaan dulu. Kemarin bunda sempat syok dengan kematian nenek dan ini beda lagi penjelasannya."jelas Fadil kepada Fatah beserta Meira.

Fadil mendengar penjelasan dokter kepadanya. Bunda kekurangan darah dan terlihat depresi dengan kematian nenek. Bunda memang sangat menyayangi nenek. Sampai-sampai bunda belum ikhlas untuk merelakan nenek.

Mereka bertiga pulang ke rumah. Bunda diantar ke kamarnya oleh Fadil.

Sedangkan Fatah dan Meira duduk di ruang keluarga. Mereka saling diam, menunduk dan hanya terdengar helaan napas masing-masing.

Sudah hampir 5 menit Fadil tidak menghampiri mereka berdua. Fatah mulai bosan dengan keheningan yang terjadi diantara dirinya dan Meira.

Dia melihat Meira beranjak berdiri dan membuat Fatah mulai membuka suara.

"Mau kemana?" tanya Fatah pelan.

Meira beralih menatap Fatah yang menatapnya.

"Mau izin ke Mas Fadil ,Mas." jawab Meira membuat Fatah kebingungan.

"Izin apa?" tanya Fatah lagi.

"Izin untuk pulang"

"Kenapa tidak izin ke saya?" Fatah bertanya balik.

Pertanyaan Fatah yang terakhir itu tidak Meira jawab. Justru membuat Meira berpikir mengapa dirinya harus izin kepada Fadil. Sedangkan Fatah sudah ada dihadapannya.

Meira terdiam, membuat Fatah tidak kuat lagi dengan kecangungan diantara mereka berdua. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berdiri tepat dihadapan Meira.

"Silahkan saja izin ke bang Fadil." ucap Fatah berjalan meninggalkan Meira yang masih terdiam.

"Mas, andai kamu tau. Saya ingin kita seperti dulu. Bersikap seoerti biasanya." Guman Meira pelan.

Meira sudah menyadari bahwa Fatah sudah berlalu. Dia sendirian akhirnya. Keheningan menyelimuti dirinya. Rasa sakit masih terasa di hatinya.

🌳🌳🌳🌳

Fadil mengizinkan Meira untuk pulang. Meira telah berada di luar. Setelah berpamitan kepada Fadil dia mulai berjalan entah kemana.

Kakinya sedikit lemas dengan aktivitas yang dia lakukan sepanjang hari ini. Perutnya sudah keroncongan, tandanya dia lapar.

Meira ingin segera pulang cepat. Namun, keadaan berkata lain. Tepat disaat dia ingin menyebrang jalan, sebuah mobil berhenti dihadapan Meira.
Seseorang membuka pintu mobil dan Kania berjalan menghampirinya.

Wajah Kania masih terlihat menyiratkan tanda kebenciaan kepada Meira. Meira memaklumi saja.

"Gue mau ngomong sama lo" ucap Kania to the point.

"Iya apa?" tanya Meira mengangkat satu alisnya.

Kania menghembuskan napas pelan. Sebelum berkata dia menatap wajah Meira lekat-lekat.

"Gue mau lo menjauh dari ka Fatah?" ucap Kania tiba-tiba.

Meira sedikit terkejut dengan perkataan Kania. Maksud Kania itu apa? Mengapa dia mengatakan hal seperti itu kepadanya.

"Gue ga mau lihat lo sama ka Fatah jalan bareng. Apalagi ngobrol sambil berduaan." tambah Kania membuat Meira semakin bingung.

"Kenapa?" tanya Meira lagi. Hanya itu yang bisa dia tanyakan terus. Cukup untuk Meira, Fatah bersikap dingin padanya. Namun, untuk menjauh dari Fatah kemungkinan Meira tidak bisa.

"Lo harusnya sadar diri Mei. Intropeksi dong" suara Kania semakin meninggi, Meira sedikit bergetar dibuatnya.

"Maaf Kania, memang di sini aku tidak mengerti perkataanmu. Tapi, tolong jelaskan secara detail sehingga aku bisa mengerti."ujar Meira panjang lebar.

Kania menatap sinis Meira. Tangannya sudah terkepal. Amarahnya memuncak.

"Intinya lo harus menjauh. Kalau engga, gue bakal ngelakuin sesuatu sama lo."

Kania meninggalkan Meira yang masih berdiri. Meira terdiam sesaat, setetes air mata membasahi pipinya dan dia menangis.

Kania sudah pergi dari hadapan Meira. Meninggalkan Meira sendirian di jalanan.

Saat itu pula hujan turun ketika dirinya masih diam di tempat. Air matanya tidak terlihat dan hanya air hujan yang membasahi dirinya.

Tiba-tiba saja ada sebuah mobil lagi berhenti di hadapannya. Meira masih belum menyadari kehadiran mobil itu. Seseorang keluar dari mobil, lalu berlari menuju Meira.

"Ga baik hujan-hujanan. Lebih baik lo ikut gue." ucap Alif tiba-tiba.

Meira mengalihkan pandangannya kepada Alif. Dia hanya tersenyum getir sambil menggeleng.

Alif tau bahwa Meira sedang dalam masalah. Dia tidak bisa diam saja untuk saat ini. Ketika gadis yang dia cintai menangis, itu membuat Alif merasa ikut sakit.

"Yaudah, gue temenin lo di sini." ucap Alif lagi dan itu membuat Meira membulatkan matanya tak percaya.

"Enggak usah" kata Meira pelan.

Alif mendengar itu. Namun, dia tetap berdiri di samping Meira merasakan hujan yang membasahi tubuhnya.

Mereka berdua berdiri diantara rintikan hujan yang membasahi mereka.

Keduanya saling diam tanpa berkata apapun. Hanya suara tangis pelan dari Meira. Alif mendengarkan tangisan Meira sambil memandang ke arah yang lain.

Gue tau, lo emang lemah Mei. Tapi gue ga tega liat lo kaya gini. Batin Alif.

MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang