9

4.6K 227 6
                                    

Pria mengimpikan wanita sempurna. Wanita menginginkan pria sempurna. Mereka tidak tahu bahwa Allah menciptakan mereka untuk menyempurnakan satu sama lain.
-Meira


🌹🌹🌹🌹

Hari berganti hari. Bulan berganti Bulan dan Tahun berganti Tahun. Seperti sekarang sudah 1 Bulan Meira berkerja di tempat Mas Fatah.

Kehidupannya berubah dan dia amat bahagia. Saat semuanya dikaitkan dengan Allah. Maka, semuanya akan terasa mudah. Meira yakin semua itu tidak akan sia-sia jika dia terus menyakini bahwa Allah itu maha Adil.

Saat ini, Meira bersiap untuk berangkat kerja. Tidak lupa untuk berpamitan kepada orang tuanya.

Dia menuju keluar rumah untuk berangkat. Lalu, Meira melihat seseorang berdiri tepat tidak jauh dari rumahnya.

Orang itu tersenyum kepada Meira. Tidak begitu jelas karena jarak mereka lumayan jauh. Meira akhirnya menghampiri orang itu. Dan terkejut melihat siapa orang itu.

"Alif!" Pekik Meira terkejut.

Alif tersenyum kecil melihat raut muka Meira. Dia menggarukkan rambut pendeknya sambil berdehem.

"Jangan kaget ya Mei. Gue cuma pengen nganter lo aja." Kata Alif.

Namun, tidak dengan Meira. kali ini dia merasa dirinya kembali teringat pada masa SMA.

Saat Alif mengajaknya untuk berangkat bersama.

Flashback

" Mei berangkat duluan ya. Assalamualaikum."

Meira berjalan keluar dari rumahnya untuk menunggu angkot.

Namun, langkah kakinya berhenti. Raut wajahnya berubah ketika melihat sosok laki-laki yang berdiri tidak jauh dihadapannya.

Tidak peduli laki-laki itu melihatnya. Meira melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kepada laki-laki itu.

"Gue pengen lo berangkat bareng gue. Ga ada penolakan." ucap laki-laki itu membuat langkah Meira berhenti lagi.

"Please, gue gak mau bareng sama lo Alif." kata Meira penuh penekanan.

Laki-laki yang bernama Alif tersenyum kecut.

Dia mendekati Meira yang terdiam kaku. Jarak mereka lumayan dekat. Namun, Meira melangkah mundur. Akan tetapi, Alif telah membelai rambutnya yang terurai.

"Kali ini aja lo bareng sama gue. Dan gue ga akan lagi datang buat ngajak bareng." ucap Alif menyakinkan.

"Oke. Kali ini aja."

Meira menerima ajakan Alif. Entah kenapa Ketua kelas yang didambakan kalangan wanita itu ingin mengajak Meira berangkat sekolah bersama.

Rasanya Meira sedikit terganggu dengan kehadiran Alif. Namun, di sisi lain Meira menyukai Alif yang baik dan berwibawa itu.

Flashback end.

"Aku mau naik angkot aja Alif. Lebih baik kamu langsung pergi kuliah saja." kata Meira sambil tersenyum.

Melihat Meira menolaknya. Alif tau bahwa dia pernah bilang tidak akan pernah datang lagi.

Namun, disisi lain dia ingin dekat dengan Meira. Dan bagaimana caranya dia melakukan sesuatu agar Meira menerimanya.

"Kali ini aja, tapi gue ga janji buat ga akan datang lagi. Dan ga boleh ada penolakan." ujar Alif sambil terkekeh.
"Tapi kuliah-"

"Gue kuliah siang Mei. Yuk takutnya lo telat kerja." Potong Alif dengan cepat.

Akhirnya Meira menerima ajakan Alif. Sudah kemarin dia diantar dan sekarang juga dia di jemput.

❤❤❤❤

Suasana di dalam mobil sangat hening. Meira terdiam dan Alif fokus pada aktivitas menyetirnya. Ingin mengobrol tapi Meira tidak bisa. Begitu dengan Alif, dia bingung harus memulai pembicaraan dari mana.

"Ohiya Mei, tipe calon suami idaman lo itu kaya gimana sih?" Alif bertanya, membuyarkan keheningan diantara mereka berdua. Bodohnya Alif bertanya hal yang tidak seharusnya dia tanyakan.

"Eh," Meira terkejut mendengar pertanyaan Alif.

"Kok jawabannya kaya gitu sih Mei."

Meira terdiam, tidak menjawab pertanyaan Alif. Dia malu jika tipenya ingin seperti Alif. Namun, dia cepat-cepat menggeleng.

"Oke kalau lo ga bisa jawab. Sekarang gue ganti topik." ujar Alif.

Alif memikirkan sesuatu untuk bertanya kepada Meira.

"Lo siap gak kalau menikah muda." Tanya Alif lagi.

Meira tersentak dengan pertanyaan kedua Alif. Ada apa dengan Alif. Mengapa pertanyaannya itu diluar dugaan.

"Siap saja, kalau emang Allah menakdirkan" jawab Meira sambil mengenggam tangannya sendiri karena kaku dan gugup.

"Oh gitu ya, emang lo ga kepikiran buat mendambakan pria sempurna."

Senyum terukir di bibir Meira. Melihat senyuman itu Alif semakin terpesona dengan Meira.

"Pria mengimpikan wanita sempurna. Wanita menginginkan pria sempurna. Mereka tidak tahu bahwa Allah menciptakan mereka untuk menyempurnakan satu sama lain" jelas Meira.

Alif yang mendengar perkataan Meira terdiam sesaat. Lalu menatap Meira yang sedang memperhatikan jalanan.

"Mei."

"Hm." Meira berdehem dan beralih pada Alif yang sedang menatapnya.

"Kalau emang saling menyempurnakan satu sama lain. Lo keberatan ga buat jadi calon istri gue nantinya." kata Alif, membuat Meira membulatkan matanya karena terkejut kagi.

"Maksud kamu itu ap-"

"Duh, maaf gue hari ini ngomong ngelantur ya." potong Alif sambil tersenyum kecil.

Alif memfokuskan menyetirnya lagi pada jalanan. Sedangkan Meira masih terdiam memikirkan perkataan Alif tadi.

Setelah beberapa menit mobil berhenti menandakan sudah sampai. Meira membenarkan tas selempangnya.

"Syukron Alif." Meira membuka pintu mobil dan menelungkupkan tangannya di depan dada kepada Alif.

"Sama-sama. Gue cabut ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Andai lo tau Mei. Bahwa gue menyimpan rasa sama lo udah lama. Gue harap lo peka tapi ternyata enggak." Batin Alif.

Alif tersenyum miris dengan dirinya. Namun, dia menghela napas pelan dan melirik jam tangan yang melingkari tangannya.

"Hari ini jadwal mengaji gue ya, oke sekalian gue pengen curhat lagi sama pak ustadz. Semoga aja gue dapat motivasi lagi." ujarnya pada diri sendiri.

❤❤❤❤

❤❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang