11

4.1K 241 0
                                    

Ketika hatiku mulai menyebut namamu, Disaat itulah, aku tersadar bahwa cinta ini telah tumbuh.
-Fatah


🌺🌺🌺


Meira menangis ketika nenek menghilang, saat itu dia juga tetap diam di tempatnya, entah kemana dia harus mencari nenek. Dan, orang lain melihatnya nenangis diapun tidak peduli.

Yang sekarang dipikirkan bagaimana nenek bisa hilang. Padahal, Meira hanya sebentar berpamitan.

Tiba-tiba, ponsel Meira bergetar. Dan terkejut Fatah meneleponnya. Diapun masih mengamati ponselnya yang bergetar itu. Apakah dia harus mengangkatnya atau tidak? Namun, dia cepat-cepat mengangkat telepon dari Fatah.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Meira kamu dimana?" suara Fatah yang terdengar di sana membuat Meira kembali ingin menangis

"Wa-waalaikumsalam warahamatullahi wabarakatuh Mas, Meira ada di taman perumahan Mas."
Meira tidak bisa menahan tangisnya lagi. Dadanya sakit. Dan dia tidak tahu harus bagaimana.

"Kamu kenapa Meira, Halloo Mei-"

Dia mematikan ponselnya. Meira tidak akan berdiam saja, dia mulai bangkit dari rasa sedihnya.

Kemudian membersihkan daun-daun yang menempel di gamisnya. Saatnya dia harus mencari nenek.

Namun, Tiba-tiba Fatah berlari ke arahnya sambil terengah-engah.

"Meira, kamu baik-baik saja." tanya Fatah dihadapannya sambil menetralkan napasnya karena lelah berlari.

"Ba-baik mas." jawab Meira gugup. Ternyata Fatah belum sadar bahwa neneknya tidak ada.

Fatah melihat mata Meira yang sembab Ada apa dengannya, kenapa dia?. Batin fatah.

"Kamu kenapa Meira?" tanya Fatah tapi Meira menggeleng cepat.

"Tidak apa-apa Mas,"

Tapi, ponsel Meira bergetar lagi, dan nomor yang tak dikenal meneleponnya. Dia cepat-cepat mengangkatnya barangkali dia mengetahui sesuatu.

"Wah Meira, gue tau lo sekarang bakal nangis, eh pasti udah nangis ya dan ga bisa ngapa-ngapain karena lo kehilangan nenek lo kan," ucap seseorang yang di sana membuat Meira terkejut.

"Kamu siapa? Apakah kamu dalang dari semua ini." kata Meira cepat. Namun, di sisi lain Fatah menatap Meira dengan tatapan bingung.

"Emang gue, terus lo mau apa? Disini gue pengen lo menderita."

"Astagfirullah, kenapa kamu tega melakukan semua ini"

"Karena gue benci lo, ngerti gak"

Mendengar itu, Meira akhirnya menangis lagi sambil memegang ponselnya di telinga.

Sedikit bingung kenapa tiba-tiba Meira menangis. Akhirnya, Fatah merebut ponsel yang dipegang oleh Meira.

"Kamu siapa? Kamu membuat seorang wanita menangis"

"Ka Fatah, Ko-"

Tut tut tut

Fatah tersenyum getir dan dia tau bahwa orang yang membuat Meira menangis adalah Kania. Dia mengusap wajahnya dengan gusar. Tidak menyangka bahwa Kania membuat Meira menangis dan dia tidak tau apa sebabnya.

Meira menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena malu dan dia tidak tahu harus mengatakan apa pada Fatah.

"Bisa jelaskan ada masalah apa?" Fatah mencoba menenangkan Meira.

"Mas, tolong jangan marah, dan saya mengakui kesalahan saya."
Fatah mengangguk dan membuat Meira menceritakan yang sebenarnya.

Setelah diceritakan yang telah terjadi, Fatah tersenyum kepada Meira. Membuat Meira kebingungan.

"Orang yang menelepon kamu itu Kania, tapi tenang saja, nenek akan baik-baik saja. Kania tidak akan melakukan apa-apa kepada nenek." jelas Fatah membuat Meira sedikit tenang.

Fatah akhirnya menelepon Kania dengan berbicara panjang lebar, ditambah nadanya yang sedikit di tinggikan.

Melihat itu Meira sangat berterimakasih karena mempertemukan seseorang yang mengerti keadaannya.

"Semuanya udah selesai, katanya Kania ingin main-main saja dengan nenek. Jadi tidak sempat untuk memberitahu kepadamu" Ujar Fatah kepada Meira.

"Alhamdulillah, Mas terimakasih sudah mempercayai saya." kata Meira dengan mata yang masih berkaca-kaca karena terharu.

Melihat mata Meira berkaca-kaca, entah kenapa Fatah melakukan hal yang seperti ini. Ya dia tiba-tiba saja memeluk Meira. Dan membuat Meira terlonjak atas sikapnya.

Dengan cepat, Meira melepaskan pelukan Fatah. Hatinya berdesir dan jantungnya berdegup kencang.

Tidak tahu dengan jantungnya yang berdegup kencang itu.

Meira memunggungi Fatah sambil mengatur degupannya.

Sedangkan, Fatah salah tingkah juga merasa bersalah. Melihat Meira memunggunginya dia merasa bersalah sekali. Entah kenapa ada dorongan pada dirinya untuk memeluk Meira.

"Afwan Meira. Saya keterlaluan dan saya khilaf." ucap Fatah dengan wajah yang menunduk.

Mendengar itu, Meira membalikkan badannya untuk menatap Fatah. Dia mengangguk sambil memegang dadanya yang masih berdegup.

"Iya Mas. Saya maklumi." jawab Meira ikut menunduk juga.

Keduanya saling menunduk. Entah apa yang mereka pikirkan. Namun, skenario Allah tidak terduga kan. Keduanya akan menyadari perasaan mereka masing-masing.

🌺🌺🌺🌺

MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang