32

3.3K 172 6
                                    


Setelah aku kembali. Aku harap kalian sudah menjadi keluarga yang bahagia.






**


Meira sangat tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Ayahnya memberi tahu bahwa pernikahan dirinya dengan Fatah akan dipercepat.

Bagaimana bisa proses pendekatan mereka hanya berlangsung selama seminggu.

Saat ini, Meira duduk di hadapan ayahnya. Dia masih ingin mendengarkan apa yang akan ayahnya bicarakan padanya. Dia menatap lekat ayahnya, semoga saja harapan Meira terwujud agar pernikahannya jangan dipercepat.

"Ayah sudah sepakat sama Bunda Fatah." Ayah Meira menghela napas pelan, kemudian meneguk kopinya yang dibuat oleh Meira.

Meira masih diam, dia masih tidak bisa bicara. Dia masih ingin menghabiskan waktunya dengan Fatah.

"Ayah rasa kalian sudah lama kenal. Meskipun kalian belum puas dengan ta'arufan kalian. Kalian bisa melanjutkannya setelah menikah. Mei, seharusnya kamu sadar. Ini semua demi kebaikan kalian." jelas Ayah Meira.

Benar juga. Apa yang dikatakan ayahnya benar. Meira terlalu bahagia dengan apa yang dia rasakan saat-saat ini. Dia ingin bersama Fatah dengan keadaan halal.

Setelah memikirkan matang-matang, akhirnya Meira mengangguk. Hal itu membuat Ayah Meira tersenyum lega. Begitu juga Meira, pernikahannya akan segera dipercepat membuat jantungnya berdegup kencang.

****

"Fatah siap bun." ucap Fatah dengan mantap.

Dia setuju dan bersedia dengan apa yang dikatakan bunda. Pernikahannya akan dipercepat.

Proses ta'arufnya hanya berlangsung selama seminggu. Namun, seminggu itu sangat berkesan. Untuk ke depannya mungkin akan lebih baik dari pendekatan mereka.

"Sekarang kalian tinggal menunggu saja tanggalnya. Biar bunda yang urus semuanya." sahut bunda.

Fatah mengangguk, kemudian dia menelepon Meira untuk memberitahu berita ini.

Namun, ketika dia menelepon. Sambungan Meira sedang sibuk, apakah Meira sedang menelepon orang lain.

Tetapi, saat kemudian Fatah kembali menelepon, Meira sudah meneleponnya terlebih dahulu.

"Assalamu'alaykum, Mas" suara Meira terdengar seperti orang yang ingin memberitahu sesuatu.

"Wa'alaykumussalam, Mei"

"Mas, aku telah mendapat kabar?" Alis Fatah terangkat sebelah, sepertinya niat mereka berdua sama. Sama-sama ingin memberitahu sesuatu.

"Kabar apa itu?" tanya Fatah.

"Mas yakin ingin mendengarnya?" Fatah ingin tertawa sepertinya Meira engan untuk memberitahu.

"Iya. Tapi, kalau kamu tidak siap tak apa."

"Bukan begitu Mas, tapi aku malu."

"Malu kenapa? Lagian Mas tidak mengoda kamu."

"Ii apaan sih. Ga jadi deh. Mas juga pasti bakal tau nanti."

"Yasudah, Mas ingin memberitahu sesuatu sama kamu?"

"Apa?"

"Pengen tau ya?"

"Ish nyebelin"

"Hehe, begini... pernikahan kita akan dipercepat."

Tidak ada suara dari Meira. Meira hanya diam dan itu membuat Fatah sedikit kecewa karena Meira tak memberi reaksi apa-apa.

MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang