16

3.9K 204 1
                                    

Karena cinta itu bisa datang secepat kilat dan juga datang selambat kilat - Fatah

🌼🌼🌼🌼



Tin nong ....

Bel rumah Fatah berbunyi. Membuat bunda dan Fatah berhenti melakukan aktivitas di pagi hari. Tanpa berpikir panjang, dengan cepat Fatah bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu depan.

Melihat itu, bunda menggeleng kepalanya dengan sikap Fatah dari kemarin hari hingga sekarang.

Fatah membuka pintu rumahnya. Dan tampaklah Meira berdiri dihadapannya. Senyuman tipis yang terukir di bibir Meira. Fatah melihat senyuman itu, senyuman yang membuat Fatah luluh seketika.

"Assalamu'alaikum Mas" ucap Meira menangkup kedua tangannya di dada.

"Wa'alaikumsalam" jawab Fatah dengan nada sedikit dingin kepada Meira. Meskipun dia tidak ingin bersikap dingin kepada gadis yang dihadapannya.

Meira merasa Fatah belum berubah sejak kemarin-kemarin. Entah kenapa, hatinya sedikit sakit. Namun, dia tetap tegar dan menerima sikap Fatah.

"Afwan Mas. Untuk kemarin saya tidak memberitahu bahwa saya ada acara." Ujar Meira meminta maaf.

"Ya, tidak apa-apa. Lain kali kamu sms atau telepon saya."

"Tapi saya tidak punya nomor Mas."

"Berikan ponsel kamu."

Meira memberikan ponselnya kepada Fatah. Lalu, Fatah mengetikan nomornya di ponsel Meira.

"Ini" kata Fatah menyodorkan ponsel kepada Meira.

Terdapat nomor Fatah diponselnya. Namanya tertera sebagai "Mas Fatah".

Fatah berbalik badan dan berjalan ke dalam rumah. Lalu, menuju ruang makan diikuti oleh Meira dari belakang sambil tersenyum kecil.

🌾🌾🌾🌾

Ketika Meira menyuapi makanan kepada nenek. Fadil mendekati Meira dengan wajah tersenyum. Dia duduk di samping Meira. Membuat Meira terkejut dengan kedatangannya.

"Mei?" kata Fadil di samping Meira.

"Iya Mas?" jawab Meira.

"Mas, ingin meminta bantuan kepada kamu." ucap Fadil.

"Bantuan apa Mas? InsyaAllah saya bantu." kata Meira.

Fadil menyodorkan sebuah undangan pernikahan kepada Meira. Meira melihat undangan itu dan menatap bingung kepada Fadil.

"Mas ingin saya menemani Mas ke acara ini?" tebak Meira membuat Fadil mengangguk cepat.

"Baiklah Mas. InsyaAllah saya bisa"

"Tapi, jika memang kamu tidak bisa. Mas tidak memaksa kok."

"Iya Mas. InsyaAllah saya bisa"

"Terimakasih Mei."

Meira mengangguk. Kemudian, melanjutkan aktivitas menyuapi nenek. Fadil yang tadi duduk di samping Meira mulai bangkit.

"Yasudah, Mas mau ke depan dulu ya."

"Iya Mas."

Tidak sengaja Fatah melihat semuanya. Dia juga mendapat undangan yang sama seperti Fadil. Ketika dia ingin mengajak Meira. Dia terdahului oleh kakaknya.

Dia berbalik badan menuju kamarnya. Sesampai di kamar, Fatah membuang undangan itu ke tempat sampah.

Rasanya dia tidak akan datang ke acara itu. Dia akan memberikan alasan untuk tidak datang. Fatah menghempaskan tubuhnya ke kasur.

MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang