15

4.2K 191 0
                                    


Gue kaya gini juga karena gue khawatir, gue ga mau lo kenapa-napa - Alif

🌾🌾🌾🌾

Pagi yang cerah mengawali semua orang untuk beraktivitas. Wajah Kota Tangerang sangat cerah, secerah hari ini. Namun, sebaliknya dengan Meira, dia tidak melakukan apapun hari ini. Badannya lemas, suhu tubuhnya tinggi. Pertanda dia mengalami demam.

Selimut yang dia pakai menyelimuti tubuhnya itu tidak semuanya tertutupi. Panas yang sangat tinggi di dalam tubuhnya, membuatnya sedikit tidak nyaman.

Tiba-tiba saja dering ponselnya bergetar. Sudah sekian lama dia tidak melihat ponselnya lagi. Dan satu pesan dari Nita membuat Meira berusaha bangkit dari tidurnya.

From: Nita

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Mei, Ke rumahku ya sekarang. Aku ingin memperlihatkan sesuatu yang bagus untukmu. Di tunggu y

Setelah membaca itu, Meira merasa tidak enak jika dirinya tidak datang. Saat ini, badannya masih lemas untuk melakukan apapun. Tetapi, Meira mencoba bangkit dan menguatkan dirinya. Sedikit rasa pusing menjalar di kepalanya. Namun, dia menggeleng cepat supaya pusing itu hilang.

🌷🌷🌷🌷


Fatah sedari tadi mondar mandir tidak jelas. Membuat bunda dan Fadil kebingungan. Sudah pukul 10 pagi, kehadiran seseorang tidak kunjung datang. Ya, Meira tidak datang membuat seluruh anggota keluarga Fatah cemas.

"Mungkin Meira ada keperluan mendadak." ucap bunda mengawali pembicaraan.

"Lagian, kita tidak tahu nomor ponselnya dan tempat tinggalnya." tambah bunda.

Fatah tertegun mendengar perkataan bundanya. Mungkin saja memang benar, Meira ada keperluan.

Tetapi, rasa cemas terhadap Meira tidak hilang dalam dirinya. Dan itu membuat Fatah semakin yakin bahwa Meira tidak baik-baik saja.

"Sudahlah, jika memang seperti itu. Besok juga Meira mungkin akan datang dan mengatakan alasannya dia tidak bekerja sekarang." kata Fadil dan bunda mengangguk setuju dengan perkataan Fadil.

Sedangkan Fatah hanya diam dan tidak menatap mereka berdua. Membuat mereka berdua bermain mata dan bertanya dalam diam. Akhirnya mereka tidak tahu apa yang membuat Fatah seperti itu.

🌷🌷🌷🌷

Tepat pukul 11 siang, akhirnya Meira selesai membenahi dirinya. Baju gamis pink muda yang dia pakai beserta kerudungnya membuat Meira tersenyum kecil di depan cermin. Wajahnya memang pucat sekali. Namun, Meira menambah lifgoss di bibirnya supaya tidak terlihat pucat dan kering.

Hanya riasan bedak tabur dan liffgoss yang dia pakai. Setelah persiapan selesai, Meira langsung keluar kamar untuk berpamitan kepada orang tuanya.

Dia keluar rumah setelah berpamitan kepada orang tuanya. Terik matahari sangat menyilaukan mata Meira. Panas di tubuhnya belum turun-turun sejak tadi. Badannya masih lemas tetapi dia berusaha kuat.

Sebelum berangkat, Meira memang sudah sarapan untuk mengumpulkan tenaga supaya tidak makin lemas. Tetapi, Meira kira semuanya akan terasa baik-baik saja. Pusing yang tadi menghilang, tiba-tiba saja datang ketika Meira memulai berjalan menuju tempat tujuan.

Pandangannya mulai buram. Hampir saja dia ambruk ke tanah. Namun, seseorang memanggil dia.

Meira mendengar suara itu, tetapi tidak menghiraukan sumber suara yang memanggilnya.

Dia berusaha untuk bangkit dengan tenaganya. Dia berusaha melihat dengan jelas, dan tampak seseorang berjongkok dihadapan Meira.

"Mei?" tanya seseorang dihadapan Meira.

Mata Meira mulai membuka pelan. Dan dia terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.

"Alif!" Meira terkejut melihat Alif berjongkok dihadapannya.

"Lo sakit ya Mei." tanya Alif lagi. Meira ingin menjawab. Namin, tiba-tiba saja Alif memegang dahi Meira. Dan membuat Meira membulatkan matanya lebar.

"Lo panas banget" ucap Alif tidak peka dengan keadaan. Dengan cepat Meira menepis tangan Alif yang memegang dahinya.

"Mei, sorry banget. Gue khilaf , ga sengaja megang lo." ucap Alif lagi dengan kepala menunduk.

Rasanya Meira ingin menangis. Tangannya mulai bergetar dan tubuhnya semakin lemas. Namun, sulit untuk menangis. Dia tidak bisa marah, jika memang seperti itu. Meira memaklumi karena dia tau bahwa manusia itu pelupa.

Tetapi tubuhnya masih bergetar.
Melihat itu, Alif sangat khawatir dengan keadaan Meira. Tampaknya Meira mulai untuk berdiri. Alif ingin membantunya. Tetapi, Meira berkata dia bisa sendiri. Meira membersihkan gamisnya yang sedikit kotor.

"Aku duluan ya Alif. Jazzakallah khoyr" ucap Meira membuat Alif semakin khawatir.

"Lo mau ke rumah Nita kan. Mumpung arah kita sama. Mending lo bareng gue aja." Tebak Alif. Meira sedikit bingung mengapa Alif tau tujuannya.

"Tap-"

"Lo tau kan, ga ada penolakan." Tegas Alif membuka mobilnya untuk Meira.

Pada akhirnya Meira menurut dan masuk ke dalam mobil Alif. Lalu, Alif menyalakan mobilnya menuju tempat Nita.

Gue kaya gini juga karena gue khawatir, gue ga mau lo kenapa-napa. Batin Alif.


🌷🌷🌷🌷



Mobil Alif tepat berhenti di depan rumah Nita. Dia melirik Meira yang sedang kesusahan melepaskan sabuk pengaman mobil. Melihat itu Alif mendekati Meira untuk membantu. Namun, Meira sedikit peka dengan keadaan . Dia menyetopi Alif untuk tidak membantunya.

"Tidak usah. Aku bisa sendiri" ucap Meira yang masih melepaskan sabuk dan akhirnya dia bisa melepaskan sabuk pengamannya.

Alif masih duduk di kursi pengemudi. Sesekali melihat Meira yang sedang membenarkan tas selempangnya. Lalu dia membuka pintu mobil dan menatap Alif.

"Syukron Alif" ucap Meira membuat Alif mengangguk kepalanya.

Lalu, mobil Alif menghilang dari pandangan Meira, kemudian, tepat didepan rumah Nita. Meira langsung memencet bel rumah Nita. Terdengar suara mengisyaratkan Meira untuk menunggu sebentar.

Lalu, datanglah seseorang gadis berjilbab cokelat tua membuka pintu. Dan itu Nita, dia tersenyum kepada Meira. Kemudian, mereka masuk ke dalam rumah Nita.

Nita membawa Meira ke kamarnya. Meira terkagum dengan kamar Nita. Warna yang sederhana memancarkan aura keindahan ruangan. Ditambah kerapihan yang tertata membuat Meira semakin memuji kamar sahabatnya itu.

Meira melihat Nita membuka laci yang terletak di samping tempat tidur. Kemudian, Nita mendekati sahabatnya yang sedang duduk di tempat tidur. Dia memberi sebungkus kotak yang berukuran besar kepada Meira.

"Apa ini?" tanya Meira kebingungan.

"Buat kamu" jawab Nita sambil tersenyum kepada Meira.

"Maksudnya apa?" Tanya Meira lagi. Dia masih belum menerima kotak yang diberikan Nita.

"Bukan apa-apa. Terima aja Mei." Ucap Nita langsung meletakan kotak itu di tangan Meira.

"Tap-"

"Terima aja Mei. Anggap itu hadiah dari aku." Potong Nita.

"Nit, aku ga minta apa-apa ko. Cukup kamu jadi sahabatku saja itu sudah membuatku bahagia." Jelas Meira dengan sepenuh hati.

Mendengar itu, Nita mengenggam tangan Meira dengan tatapan memohon.

Kemudian, Nita memeluk Meira dengan erat. Dia menangkupkan dagunya di pundak Meira.

"Aku mohon. Jangan banyak bertanya ya Mei. Cukup terima saja." ujar Nita.

"Syukron, Jazzakillah Khoyr Nit"
Meira menerimanya dengan berat hati. Dan perbincangan mereka bukan hanya sampai di situ aja.

Mereka membicarakan hal-hal yang mengasyikan. Tawa, canda dan kebahagian membuat suasana kamar Nita menjadi berwarna. Meskipun sahabatnya tidak tahu bahwa muka Meira pucat dan sedang sakit.

MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang