13

4.1K 218 10
                                    

Suatu hari nanti,
akan ada laki-laki yang akan menjagamu dari siapapun dan apapun yang menyakitimu.
-Fatah



❤❤❤❤


Semenjak kejadian lalu. Suasana di rumah Fatah berbeda sekali dan tidak seperti biasanya.

Meira mengamati orang-orang di dalam rumah Fatah. Semuanya seperti biasa saja. Tetapi, yang dipikirkan Meira berbeda.

Salah satu orang yang Meira pikirkan dan dia amati beberapa hari lalu. Ya, dia Fatah yang selalu membuat Meira bertanya-tanya akan sikapnya yang berbeda akhir-akhir ini.

Ada yang berbeda dengan Fatah. Dia begitu dingin kepada Meira. Fatah berbeda dari biasanya dan membuat Meira semakin bingung oleh tingkah Fatah.

Agak sedikit perih timbul di hati Meira. Namun, Meira tetap kuat dan ingin bertanya kepada Fatah apakah dia mempunyai salah.

Saat yang tepat sekali ketika Meira berniat untuk bertanya. Dia melihat Fatah berjalan menuju kamarnya. Dan segera Meira menghampiri Fatah.

"Mas Fatah." Panggil Meira membuat Fatah menghentikan langkahnya. Akan tetapi, Fatah tidak berbalik badan hanya membelakangi Meira.

Meira menghampiri Fatah dan memberanikan diri berdiri tepat di depan Fatah. Mungkin, Meira terlalu berani sekali bersikap seperti ini.

Tetapi, dia harus bertanya kepada Fatah. Dia menunduk supaya pandangannya terjaga. Entah reaksi apa yang tercetak di wajah Fatah sekarang Meira tidak tahu.

"Mas, anu saya ingin menanyak-"
Tiba-tiba saja Fatah melanjutkan langkahnya tanpa mendengarkan perkataan Meira selanjutnya.

Dan itu, membuat Meira terkejut dengan apa yang Fatah lakukan. Rasanya Meira ingin menangis. Tetapi, dia harus kuat. Meira tidak mau berpikir aneh-aneh dia akan tetap selalu berhusnudzon kepada Fatah.

❤❤❤❤


Fatah POV

Aku tidak tahu harus bagaimana dengan perasaanku. Tiap di sepertiga malam aku selalu berdo'a dan mencurahkan isi hatiku kepada Allah. Aku juga melakukan salat istikharah untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Entah yang aku rasakan pada Meira itu perasaan suka seperti apa aku tidak tahu. Aku ingin mencari jawabannya.

Namun, semenjak kejadian itu. Aku merasakan hal yang tidak pernah aku rasakan. Perasaan itu muncul tiba-tiba. Dorongan untuk memeluknya membuat aku sadar akan perasaan yang dulu aku cari jawabannya. Dan akhirnya aku sudah tau jawabannya.

Ya aku menyukainya, oh tidak aku memang mencintainya. Tetapi aku telah melakukan kesalahan yang membuat diriku tak pantas bersamanya.

Rasa bersalah terus saja menghantuiku.. aku malu akan diriku melakukan hal seperti itu kepada Meira. Memeluknya tiba-tiba membuatku seakan tidak mau menampakkan diri lagi kepada Meira.

Namun, sulit sekali untuk melakukan hal seperti itu. Aku masih ingin melihat senyumannya dan suaranya.

Tapi aku tidak akan lagi menyentuh Meira sampai dia memang jodohku. Aku akan menjaga jarak dan berbicara seperlunya. Bukan tidak mau bersikap seperti biasa. Hanya saja aku tidak mau kejadian itu terulang lagi dan akan membuat Meira membenciku.

Cukup untukku melihat Meira bahagia dan selalu tersenyum. Itu sudah cukup untuk menenangkan hatiku. Meskipun akan menyakitkan hati Meira. Aku melakukan hal ini untuk menjaganya.

Diriku memang bukan pria yang baik untuknya. Tapi, meskipun begitu aku akan berusaha untuk menjadi pria yang baik untuknya kelak.

Jika memang aku tidak ditakdirkan untuknya. Aku ikhlas sepenuh hati. Asalkan dia bahagia itu sudah cukup bagiku.

Aku berdo'a jika pria yang dijodohkannya itu bisa menjaga diri Meira dari siapapun dan apapun yang menyakiti Meira. Untuk kali ini yaAllah, kuikhlaskan seluruh rasaku ini kepadaMu. Jika dia bukan ditakdirkan untukku maka berilah pria yang paling baik untuknya.

POV END


❤❤❤❤

"Meira, kamu baik-baik saja?"ucap bunda kepada Meira.

Sejak tadi Meira terbatuk dan jatuh ke lantai lalu bangkit lagi. Membuat bunda yang melihatnya tidak tega melihat Meira seperti itu.

Meira mengangguk lemah sambil memegang sapu lantai. Bunda yang melihat keadaan Meira sangat khawatir dengan keadaan Meira sekarang.

"Bunda tau kamu pura-pura kuat Mei. Tapi sebaiknya kamu beristirahat saja." ucap bunda lagi.

"Tidak bun, mei baik-baik saja." jawab Meira menyakinkan.

"Mei tap-"

"Tak apa bun. Mei benar-benar baik-baik saja."

Bunda mengangguk jika memang Meira berkata seperti itu. Tetapi bunda merasa khawatir.

"Jika kamu memang lelah. Istirahat saja mei."

Meira mengangguk sambil tersenyum. Kemudian bunda berjalan menuju dapur dan Meira melanjutkan pekerjaannya lagi.

Tapi disisi lain. Seseorang melihat mereka berdua berbicara. Ya, dia Fatah. Sejak tadi Fatah menatap Meira dari atas tangga.

Akhirnya pekerjaan Meira selesai. Dia duduk tepat di halaman depan rumah Fatah sambil menghela napas pelan. Menatap langit yang berwanabiru dan cerah membuat Meira tersenyum kecil.

Dia bisa saja tersenyum. Namun, pikirannya masih memikirkan seseorang. Bayangan Fatah tiba-tiba saja hadir di matanya. Membuat Meira menggeleng kepalanya dengan cepat. Dan langsung mengucapkan istigfar di dalam hatinya.

"Mei?" ucap Fadil yang membuat Meira tersentak.

"Iya Mas Fadil?" jawab Meira langsung bangkit dari duduknya.

Melihat itu Fadil tersenyum dengan tingkah Meira.

"Santai saja mei. Duduk lagi saja." ucap Fadil kepada Meira.

"Tidak Mas. Mei merasa tidak sopan jika Mas berdiri sedangkan meira duduk."

"YaAllah mei, kaku sekali kamu itu ya." gumam Fadil membuat Meira menunduk malu.

Akhirnya Fadil duduk duluan dan diikuti oleh Meira. Dia menyenderkan badannya tepat di kursi.

"Kamu tau mei?"

"Iya Mas."

"Tidak jadi deh, hehe"

Setelah perbincangan itu. Mereka saling diam dalam pikiran mereka masing-masing.

Tanpa disadari Fadil bangkit dari tempat duduknya dan berdiri didepan Meira. Membuat Meira berdongak tetapi saat mata mereka bertemu. Meira langsung menunduk.

"Saya ingin kamu mengingat sesuatu" ujar Fadil lalu berjalan meninggalkan Meira yang tidak tau maksud dari perkataannya itu.

~~~

MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang