30

3.4K 185 8
                                    

Selamat membaca❤semoga sukak^^





Saya suka kamu apa adanya.

🌷🌷🌷🌷

Suasana di dalam ruangan terasa canggung. Apalagi tangan Fatah sudah berkeringat, dia merasa ruangan di dalam rumah Meira dingin atau panas.

Apa karena dia akan bertemu dengan Ayah Meira.
Sudah beberapa hari Fatah tidak mengunjungi rumah Meira semenjak kedatangannya yang pertama.

Pagi-pagi sekali tadi pagi Meida menelepon dirinya dan memberitahu bahwa Ayah Meira sudah datang. Dan sekarang dia harus berhadapan dengan calon mertuanya yang menurut Fatah sedikit menyeramkan.

Ayah Fatah datang lalu duduk berhadapan dengan Fatah. Wajah Ayah Fatah bermuka masam.

Berjenggot pendek, tetapi tatapan mata Ayah Meira sangat tajam dan siapapun yang melihat matanya pasti engan untuk menatapnya lagi.

Terutama Fatah yang melihat mata calon mertuanya langsung menunduk.

"Saya sudah dengar dari Meira. Apakah itu benar? Apakah kamu serius untuk melamarnya?" Ayah Meira mulai membuka suara. Suara beratnya terdengar jelas di telinga Fatah.

"Iiya" jawab Fatah gagap.

Mendengar jawaban Fatah yang lemah dan gagap.
Membuat Ayah Meira sedikit kesal, mengapa Fatah sangat lemah menjadi pria.

Dengan kekuatan seadanya, Ayah Fatah merangkul pundak Fatah dengan kencang. Membuat Fatah sedikit kesulitan bernapas.

"Duh, Ay-Ayah Meira saya sesak." sahut Fatah di sela rangkulan Ayah Meira semakin kencang.

"Kamu ini jadi pria lemah sekali, berhadapan dengan bapak calon istrimu saja sudah takut, apalagi berhadapan dengan orang yang merebut istrimu" ujar Ayah Meira melepaskan rangkulannya.

Fatah menetralkan napasnya, lalu beralih menatap Ayah Meira dengan tatapan seakan dia tidak seperti yang dikatakan Ayah Meira.

"Apa, kamu ingin melawan saya?" sahut Ayah Fatah menatap tajam ke arah Fatah.

Melihat itu Fatah langsung menunduk.
Mereka berdiam selama beberapa menit. Tidak ada pembicaraan selama acara hanya diam dan saling diam. Tetapi, Fatah akhirnya berdehem lalu menghela napas pelan.

"Pak, saya di sini tidak main-main dengan keputusan saya. Saya mencintai Meira, dan saya ingin melamar Meira. Meskipun saya memang laki-laki pengecut dan lemah, tetapi saya tidak akan membiarkan siapapun orang yang mencoba menyakiti istri saya. Apalagi merebut istri saya, saya akan terus menjaga istri saya, mencintai istri saya, menuntun menuju syurgaNga, berbahagia dunia dan akhirat. Izinkan saya untuk mengenggam tangan Meira pak. Mengenggam Meira dalam ketaatan. Izinkan saya untuk melamarnya pak. Saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuknya." tutur Fatah yang sekarang dia tidak takut lagi bertatap mata dengan Ayah Meira.

Ayah Meira takjub dengan kesungguhan Fatah. Fatah menjelaskan semuanya dan melamar anaknya dengan keyakinan juga keberanian yang Fatah miliki.

Dia tersenyum bahagia, dia yakin bahwa Fatah bisa membahagiakannya.

"Saya merestui kalian. Siapkan saja tanggal pernikahannya." ucap Ayah Meira sambil tersenyum.

Melihat itu, Fatah ikut tersenyum. Dia lega, berbicara dengan Ayah Meira tidak semengerikan yang dia pikirkan.

****


Meira menunggu jawaban ayahnya kepada Fatah. Dia berdiam di kamarnya sambil meremas seprai tempat tidur.

MengenggamMu Dalam Ketaatan [TAHAP REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang